Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (5/4/2022). PT Pertamina (Persero) Patra Niaga regional Kalimantan memastikan ketersediaan pasokan stok Pertalit | ANTARA FOTO/Makna Zaezar/rwa.

Ekonomi

Pertamina: Konsumsi Pertalite Naik

Pertamina mengeklaim stok Solar dan Pertalite berstatus aman di SPBU.

JAKARTA — PT Pertamina (Persero) memprediksi lonjakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite pada Ramadhan tahun ini. Angka kenaikan konsumsi Pertalite tercatat hingga 11 persen.

“Kami memang memproyeksikan konsumsi BBM, khususnya Pertalite, naik sampai 11 persen. Konsumsi Pertalite dari 73.180 kiloliter (KL) menjadi 81.406 KL per hari,” kata Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution dalam Rapat Dengar

Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (6/4).

Pada saat konsumsi Pertalite mengalami kenaikan, penjualan BBM jenis Pertamax (RON 92) justru menurun 15 persen dari sebelumnya 21.573 KL per hari menjadi 18.251 KL per hari. Penurunan juga diikuti produk BBM jenis lainnya. Misalnya, Pertamax Turbo (RON 98) yang mengalami penurunan sebesar 27 persen dari 584 KL per hari menjadi 426 KL per hari. Termasuk, Solar subsidi yang konsumsinya turun lima persen dari 2.345 KL per hari menjadi 2.280 KL per hari.

Alfian menampik adanya antrean panjang Solar dan Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Ia mengatakan, jajaran direksi Pertamina sudah turun ke lapangan dan membantah adanya antrean. Bahkan, Alfian mengatakan, stok Solar dan Pertalite aman.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan adanya antrean masyarakat di SPBU. Masyarakat memburu Solar dan Pertalite. Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Gerindra Ramson Siagian mengatakan, di daerah pemilihannya (dapilnya), yakni wilayah Cilacap, banyak masyarakat  mengeluhkan tidak adanya stok Solar dan Pertalite. “Ini semua teriak truk enggak dapat Solar. Pertalite antreannya panjang,” ujar Ramson.

Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS Diah Nurwitasari juga menyuarakan hal yang sama. Ia menyebutkan, di daerah Bandung diketahui penyaluran Solar dan Pertalite tidak sesuai paparan Pertamina dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI. “Saya tanya langsung, bus-bus dan truk semua enggak dapat Solar, akhirnya pasokan barang ke pasar juga enggak lancar, harga semuanya juga jadi naik di pasar. Sampai kapan masyarakat harus menelan pil pahit kenaikan harga,” kata Diah.

Di tengah hujan kritikan anggota Komisi VI DPR RI, Pjs Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto P Ginting mengatakan, pihaknya telah mengatasi kekurangan pasokan BBM, terutama jenis Pertalite dan Solar, di beberapa lokasi SPBU. Ia mengeklaim, pasokan BBM subsidi ke SPBU saat ini sudah lancar kembali.

Stok Solar dan Pertalite dalam posisi aman. “Pertamina juga terus memonitor secara real time dan memasok SPBU yang stoknya sudah mulai menipis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Irto.

Terhambatnya pasokan BBM subsidi ke SPBU adalah bagian dari respons kenaikan harga BBM jenis Pertamax pada Jumat (1/4) sehingga pengguna kendaraan migrasi (shifting) ke Pertalite. Sejak Jumat pekan lalu, Pertamina juga menyiagakan terminal (BBM) hingga 24 jam untuk mengisi SPBU yang kekurangan pasokan.

Irto mengakui, secara umum terjadi tren peningkatan konsumsi BBM masyarakat dengan terus terkendalinya pandemi Covid-19. Apalagi, tren rerata konsumsi mulai menyerupai tahun 2019. “Pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai lima persen turut mendorong aktivitas logistik kendaraan angkutan dan ekonomi masyarakat sehingga turut menyumbang peningkatan konsumsi BBM,” kata Irto.

Menurut Irto, pada Jumat dan Sabtu pekan lalu, Pertalite sempat ada peningkatan permintaan mengingat mobilisasi masyarakat juga tinggi. Sementara, pada Ahad konsumsi sudah melandai. “Potensi peralihan dari Pertamax ke Pertalite mungkin ada, namun belum bisa kita lihat dalam dua-tiga hari setelah penyesuaian harga. Ini masih sementara saja, nanti akan kita lihat dalam 1-2 minggu trennya,” ujar Irto.

Menanggapi masalah stok BBM tersebut, peneliti ReforMiner Institute Zainul Arifin menilai terhambatnya pasokan BBM subsidi ke SPBU lebih karena stok yang belum datang. “Namun, karena momentumnya (bersamaan dengan kenaikan harga Pertamax) kemudian bergulir sedemikian rupa di media sosial menjadi ramai,” kata Zainul.

Zainul menyebutkan, kasus kekurangan BBM subsidi di beberapa SPBU mesti jadi pelajaran semua pihak bahwa sebelum ada kenaikan harga, stok BBM harus siap. Selain itu, harus ada instruksi tegas pada semua SPBU dan komunikasi publik yang baik tetap perlu dilakukan.

Lonjakan permintaan

Pertamina memproyeksikan permintaan BBM, terutama Solar, naik tajam 20 sampai 30 persen selama Ramadhan hingga Lebaran akibat pertumbuhan ekonomi dan kegiatan pemulihan yang lebih cepat pascapandemi Covid-19. “Kami merasakan demand ini naiknya tajam, khususnya yang terkait dengan Solar, karena kaitannya dengan logistik menjelang Idul Fitri,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

Nicke mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah upaya untuk mengantisipasi lonjakan solar, termasuk Pertalite hingga Pertamax, dengan menyiapkan Satuan Tugas Ramadhan dan Idul Fitri (Satgas Rafi) mulai 11 April sampai 10 Mei 2022.

Meski resmi bertugas pada Senin pekan depan, Nicke menambahkan, satgas ini telah bekerja sejak 14 Maret 2022 untuk mengantisipasi kelangkaan Solar dan kenaikan harga Pertamax. Satgas Rafi melibatkan tim holding dan subholding Pertamina serta instansi terkait mulai dari Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, BPH Migas, kepolisian, dan tentara, Jasa Marga, hingga Telkom.

Tak hanya itu, Pertamina juga menyediakan layanan tambahan BBM di jalur potensial meliputi jalur tol, jalur wisata, dan jalur lintas utama. Perseroan juga akan menggunakan Integrated Enterprise Data & Center Command Center (IEDCC) yang merupakan pusat informasi penyaluran energi mulai dari upstream, kilang, perkapalan, terminal BBM hingga SPBU juga akan disiagakan selama 24 jam.

Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman optimistis pihaknya bisa mendukung pemenuhan kebutuhan bahan bakar masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri pada tahun ini. Pada Maret 2022, kilang-kilang milik Pertamina akan memproduksi solar 10,475 juta barel, Pertamax sebanyak 1,421 juta barel, dan Pertalite 4,028 juta barel.

“Bulan Maret ini lebih besar produksi daripada rencana. Dengan gambaran seperti ini dari kilang domestik, insya Allah kami mampu untuk mendukung kebutuhan masyarakat,” ujar Taufik. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

AP II: Trafik Penerbangan Mulai Naik pada Ramadhan

AP II harus memastikan keselamatan para penumpang pesawat

SELENGKAPNYA

Tiga Bansos Disalurkan Pekan Ini

Bansos sangat ditunggu masyarakat di tengah kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok. 

SELENGKAPNYA

Libur Lebaran 10 Hari 

Cuti bersama ini bisa untuk bersilaturahim dengan orang tua dan keluarga di kampung halaman.

SELENGKAPNYA