Kabar Utama
Harga Pertamax di Kisaran Rp 12 Ribu
Kenaikan harga Pertamax dikeluhkan sejumlah warga dengan ragam alasan.
JAKARTA – Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dipastikan naik. PT Pertamina mengeklaim telah mengantongi restu pemerintah melalui beberapa menteri untuk menyesuaikan harga bensin RON 92 tersebut di kisaran Rp 12 ribu.
Namun, kepastian pemberlakuannya belum ditentukan secara resmi. “Di bawah Rp 12.900 lah, berkisar antara Rp 12.450 sampai Rp 12.600 per liter,” ujar Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahja Purnama (Ahok) kepada Republika, Kamis (31/3).
Direktur Utama Subholding Commercial and Trading Pertamina Alfian Nasution mengatakan, keputusan kenaikan harga Pertamax akan diumumkan langsung oleh pemerintah. Meski tak merinci, tapi Alfian mengakui pemerintah sudah memberikan lampu hijau kepada Pertamina untuk menyesuaikan harga Pertamax.
Alfian memastikan kenaikan harga tidak sebesar yang diisukan selama ini, yakni sekitar Rp 16 ribu per liter. Secara hitungan keekonomian saat ini, Pertamax berada di angka Rp 14 ribu per liter.
Dia memastikan kenaikan tidak akan melebihi harga keekonomian tersebut. “(Kenaikan) memang masih di bawah harga keekonomian. Tapi itu sangat mengurangi beban kami,” ujar Alfian.
Data dari PT Pertamina (Persero) menunjukkan bahwa realisasi konsumsi Pertalite hingga Februari 2022 mencapai 78 persen dari total konsumsi BBM. Data BPH Migas menunjukan, per 27 Maret 2022 stok Pertalite berada di angka 1,15 juta kiloliter. Merujuk stok ini, maka ketahanan energi khusus Pertalite mencapai 15,7 hari.
Sedangkan konsumsi Pertamax mencapai 21 persen dari total konsumsi BBM nasional. Meski 21 persen, kata Alfian, yang mengonsumsi Pertamax adalah kalangan menengah ke atas, yang secara kemampuan finansial dianggap tidak bermasalah dibandingkan kelompok subsidi.
Tetapi di lain sisi, saat Pertamina meminta pemerintah menaikkan harga Pertamax, pemerintah juga memutuskan untuk menjadikan BBM RON 90 atau Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) sejak 10 Maret melalui keputusan menteri ESDM. Artinya, kuota Pertalite ditentukan atau ada pembatasan.
Jatah Pertalite tahun ini sebanyak 23 juta kiloliter. Sementara konsumsi pertalite Januari-Februari sudah overkuota atau melebihi jatah, yakni 4,2 juta kiloliter atau kelebihan 18,5 persen. Jika tren kenaikan konsumsi terus terjadi seiring pulihnya aktivitas masyarakat, asumsi kuota Pertalite sebanyak 23 juta kiloliter akan habis sebelum akhir tahun.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan, nantinya pemerintah akan memberikan subsidi berupa kompensasi penjualan Pertalite kepada Pertamina. Uang yang dipakai untuk membayar kompensasi ini melalui APBN.
Dengan dijadikannya Pertalite sebagai JBKP, maka harga jual Pertalite ke masyarakat juga ditahan. Perlakuan yang sama sebelumnya juga dilakukan pemerintah untuk jenis BBM RON 88 atau Premium.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai, kondisi sengkarut BBM hari ini akan berimbas kepada masyarakat. Gap atau selisih harga antara Pertamax dan Pertalite yang menjadi sangat jauh akan memicu konsumen untuk shifting atau berpindah.
Kondisi ini bisa mengerek inflasi. “Meski tidak berdampak langsung terhadap kenaikan bahan pangan, tapi setidaknya di sektor transportasi,” ujar Faisal.
Keluhan warga
Kenaikan harga Pertamax dikeluhkan sejumlah warga dengan ragam alasan. Kenaikan dari harga Rp 9.000-an menjadi Rp 12 ribuan dianggap memberatkan. Di satu sisi, jika harus berpindah ke Pertalite, warga khawatir dengan durabilitas mesin kendaraannya.
“Kalau benar naik segitu, tinggi banget sih itu, memberatkan,” ujar seorang warga, Dani (30 tahun) di salah satu SPBU di Jalan Raya Ciater, Tangerang Selatan.
Dani yang seorang driver ojek daring (ojol) mengaku sedih dengan kenaikan harga BBM jenis RON 92 itu. Dia menyebut perlu menggunakan Pertamax agar mesin kendaraan roda duanya lebih halus dan awet.
“Sebenarnya lebih bagus dan lebih halus Pertamax, tapi saya akan sesuaikan dengan kondisi keuangan juga, (kecenderungan) memilih yang lebih murah,” ujar dia.
Dani semakin mengeluhkan hal itu lantaran saat ini harga barang kebutuhan secara umum kian meningkat. Dia berharap pemerintah lebih memperhatikan keluhan masyarakat.
“Bahan-bahan pokok sekarang kan juga naik, kemarin minyak goreng naik, tambah menjerit lah kami dengan ini (kenaikan Pertamax). Heran sama pemerintah, kayak nggak memperhatikan rakyatnya,” ujar dia.
Pandangan senada diungkapkan Rizal (40). Kenaikan harga Pertamax, menurutnya, bakal menimbulkan efek domino. Di sisi lain, daya beli masyarakat belum benar-benar pulih setelah dua tahun dihantam pandemi.
“Pekerja menengah ke bawah tentu merasa sangat berat. Seharusnya pendapatan masyarakat harus ditingkatkan dulu supaya daya belinya juga nggak lesu,” ujar dia.
Kelangkaan solar
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengatakan, kelangkaan solar subsidi di beberapa daerah sudah dibahas dengan Presiden Joko Widodo. Presiden, kata Ma’ruf, telah memberikan instruksi kepada menteri terkait.
Wapres menegaskan, jajaran menteri terkait sudah diminta melakukan langkah-langkah untuk pemenuhan ketersediaan solar. Karena itu, Wapres meminta kementerian dan stakeholder terkait terus melalukan pemantauan kelangkaan solar subsidi yang terjadi saat ini.
“Para menteri yang terkait diminta untuk melakukan langkah-langkah pemenuhan ketersediaan solar. Saya kira tunggu saja beberapa hari ini, akan ada beberapa yang diumumkan langkah-langkah seperti apa, saat ini sedang digodok,” kata Wapres.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Produsen Berjanji Penuhi Kebutuhan Minyak Goreng Curah
Pasokan minyak goreng menurun drastis setelah pencabutan DMO.
SELENGKAPNYAKembangkan Ekosistem Digital
Potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus bertumbuh hingga Rp 1.736 triliun pada 2025.
SELENGKAPNYA