Khazanah
Alquran dan Palestina (Bagian 3)
Persoalan Masjid al-Aqsha bukan hanya tanggung jawab penduduk Palestina, tapi semua umat Islam.
DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute
Surah al-Isra sesuai dengan namanya bukan hanya untuk mengantarkan siapa saja yang membacanya agar langsung teringat kepada peristiwa Isra Mi’rajnya Rasulullah SAW, melainkan juga untuk menumbuhkan kesadaran bahwa Masjid al-Aqsha, tempat Nabi Muhammad SAW singgah sebelum naik ke langit pada malam itu, adalah visi perjuangan bagi siapa saja yang merindukan selamatnya kemanusiaan di muka bumi, apalagi bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dari ayat pembukaan surat tersebut, langsung tergambar betapa Masjid al-Aqsha di Palestina merupakan satu-kesatuan dengan Masjid al-Haram di Makkah: “subhaanalladzii asraa bia’bidhii lailan minal masjidil haraami ilall masjidil aqshalladzii baaraknaa haulahu”. (QS al-Isra’: 1).
Bukan hanya itu, secara historis, Masjid al-Aqsha adalah bagian dari sejarah umat Islam sebab peristiwa Isra Mi’raj yang merupakan mukjizat penting bagi Rasulullah SAW tidak saja menegaskan agungnya ibadah shalat sebagai barometer semua ibadah dalam Islam, tapi lebih dari itu peristiwa tersebut telah menghubungkan dengan nyata bahwa Masjid al-Aqsha tidak bisa dipisahkan dari Masjid al-Haram.
Karena itu, umat Islam di manapun berada adalah juga bangsa Palestina dalam membela kehormatan Masjid al-Aqsha. Karena itu, wajar jika akhir-akhir ini muncul gerakan kemanusiaan yang mengatakan “we are Palestinian” (kami semua adalah bangsa Palestina).
Umat Islam di manapun berada adalah juga bangsa Palestina dalam membela kehormatan Masjid al-Aqsha.
Jadi, persoalan Masjid al-Aqsha bukan hanya tanggung jawab penduduk Palestina, melainkan juga semua umat Islam. Tidak harus menjadi umat Islam untuk membela Masjid al-Aqsha, cukuplah menjadi manusia, sebab di sana sangat kontras sedang berlangsung tragedi kemanusiaan.
Apalagi Anda umat Islam, sungguh sangat menyedihkan jika Anda tidak melibatkan diri dalam tanggung jawab pembelaan Masjid al-Aqsha. Sudah terbukti dalam sejarah bahwa yang pernah memimpin dalam membela Masjid al-Aqsha bukan penduduk Palestina, itulah Umar bin Khattab dari jazirah Arabia dan Shalahuddin al Ayyubi dari Kurdi Irak. Ini bukti bahwa kesadaran akan tanggung jawab membela Masjid al-Aqsha sudah sejak dini dimiliki oleh semua umat Islam di belahan bumi manapun.
Belum lagi tentang kiblat, mengapa kiblat pertama umat Islam harus ke arah Masjid al-Aqsha? Itu cara Allah juga untuk menunjukkan betapa Masjid al-Aqsha tidak saja merupakan masjid umat Islam, tetapi juga merupakan bagian yang sangat agung dalam ibadah umat Islam.
Karena itu, Rasulullah SAW mengajarkan hanya tiga masjid yang boleh kita lakukan perjalanan untuk ibadah di dalamnya secara khusus, yaitu Masjid al-Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjid al-Aqsha di Palestina: “Laa tusyddur rihaal illaa ilaa tsalaatsti masaajid, almasjidil haraam, wa masjidirrasull, wa masjidil aqshaa” (HR Bukhari Muslim).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Ulama Harus Giatkan Dakwah Melalui Media Digital
Media digital menjadi sarana strategis untuk menyebarluaskan dakwah pesan keislaman.
SELENGKAPNYAInvestasi, Tapi Sebenarnya Judi
Bagaimana tuntunan syariah saat memilih investasi secara online
SELENGKAPNYA