Hikmah
Memetik Ibrah dari Qarun
Kepongahan Qarun adalah enggan mendengar nasihat dan memungkiri harta bendanya sebagai karunia Ilahi.
Oleh HASAN BASRI TANJUNG
OLEH HASAN BASRI TANJUNG
Dahulu pada zaman Nabi Musa AS, ada seorang kaya raya yang hidup bergelimang harta. Konon, kunci-kunci perbendaharaannya harus dipikul oleh 15-20 orang.
Setiap kali bepergian, ia selalu memamerkan berbagai aksesori mewah yang membuat orang terkagum-kagum. Kemewahan itulah yang telah menjerumuskannya dalam kesombongan dan kufur kepada Allah SWT atas segala capaiannya.
Orang itu bernama Qarun. Hingga hari ini, ketika menemukan barang terpendam selalu disebut harta karun.
Kisah Qarun disebutkan pada tujuh ayat dalam Alquran, yakni lima ayat dalam surah al-Qashash dan dua ayat pada surah al-Ankabut dan Ghafir. Ayat pertama menceritakan tentang profil dan kekayaannya.
“Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat...” (QS al-Qashash [28]: 76).
Ayat berikutnya menjelaskan keangkuhannya. “Dia (Qarun) berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku’. Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta?” (QS 28: 78).
Lalu, diceritakan pula kebiasaannya yang suka pamer kemewahan. “Maka, keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Andai kata kita mempunyai harta kekayaan seperti yang telah diberikan kepada Qarun...” (QS 28: 79).
Oleh karena sikap dan perilakunya yang semena-mena dan tidak mau mendengar nasihat, Allah SWT mengazabnya dengan cara yang tidak biasa. “Lalu, Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah ...” (QS 28: 81).
Kemudian, ayat kelima menerangkan orang-orang yang semula terpesona dan ingin seperti Qarun kembali sadar setelah menyaksikan ia ditelan bumi akibat keingkarannya (QS 28: 82).
Sementara, pada dua ayat lainnya berkaitan dengan dakwah Nabi Musa AS yang ditentang oleh Qarun, Fir’aun, dan Haman sehingga mereka ditimpa azab yang pedih (QS al-Ankabut [29]: 39), Gafir [40]: 24).
Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa kepongahan Qarun adalah enggan mendengar nasihat dan memungkiri harta bendanya sebagai karunia Ilahi. Selain itu, ia tidak mau bersyukur kepada Tuhan. Semestinya, jika Tuhan berbuat baik kepada kita, berbuat baik pulalah kita kepada sesama manusia dan diri sendiri.
Akhir-akhir ini, viral orang-orang superkaya yang menggemparkan masyarakat dan dunia maya. Mereka pamer kekayaan di media sosial dengan hidup yang glamor, arogan, bahkan berani meremehkan Tuhan. Seakan dengan kekayaan yang dimilikinya, mereka bisa melakukan apa saja dan tidak ada yang bisa membuatnya jatuh miskin.
Alhasil, seberkuasa apa pun, tetaplah rendah hati. Sebab, kejayaan akan berakhir pada waktunya. Sekaya apa pun, tetaplah bersahaja dan berbagi dengan sesama. Sebab, kekayaan adalah titipan yang bisa sirna dalam sekejap mata.
Allahu a’lam bishawab.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Radikalisme, Agama, dan Politik
Jelas, radikalisme terkait aktivitas politik saat terjadi krisis dalam masyarakat.
SELENGKAPNYAToken Wakaf
Di era digital, pemanfaatan instrumen token dalam menggerakkan potensi wakaf adalah keniscayaan.
SELENGKAPNYAMendelegitimasi Ulama
Posisi ulama dalam struktur masyarakat Islam memegang peran yang sangat penting.
SELENGKAPNYA