Pengungsi Ukraina bersitirahat di stasiun kereta Warszawa Wschodnia di Warsawa, Polandia, Kamis (3/3/2022). | EPA-EFE/PAWEL SUPERNAK

Kisah Dalam Negeri

Jalan Panjang WNI Pulang dari Ukraina

14 orang WNI masih harus tinggal di Bucharest, Rumania, untuk sementara waktu.

OLEH RIZKY JARAMAYA, KAMRAN DIKARMA

Situasi di Ukraina hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Korban sipil bahkan terus berjatuhan. Beberapa negara pun mengevakuasi warganya, termasuk Indonesia.

Pada Kamis (3/3), tepat pukul 17.13 WIB, sebanyak 80 warga negara Indonesia (WNI) telah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta setelah 17 jam perjalanan dari Bucharest, Rumania, ke Indonesia.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, total ada 83 orang yang dievakuasi menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Tiga orang di antaranya adalah warga negara asing (WNA) yang merupakan keluarga dari WNI. “Selamat datang di Tanah Air dan selamat berkumpul dengan keluarga dan terus jaga protokol kesehatan,” ujar Retno, Kamis (3/3).

Retno mengatakan, 14 orang WNI masih harus tinggal di Bucharest, Rumania, untuk sementara waktu. Mereka belum dapat ikut rombongan kepulangan. Berdasarkan hasil tes kesehatan, sebanyak 12 orang dinyatakan positif Covid-19, sedangkan dua orang lainnya memilih tinggal di Bucharest untuk menemani anak mereka yang positif Covid-19.

“Empat belas orang tersebut akan dipantau dan didampingi oleh KBRI di Bucharest. Jika kondisi kesehatan sudah memungkinkan, mereka akan dipulangkan dengan pesawat komersial,” kata Retno.

Retno menjelaskan jalan panjang yang harus puluhan WNI itu lalui hingga berhasil pulang ke Tanah Air. Tim penjemput dari Jakarta berangkat menuju Bucharest dari Bandara Soekarno-Hatta pada Rabu (2/3), pukul 18.40 WIB. Mereka tiba di Bandara Henri Coanda, Bucharest, pada Kamis (3/3), pukul 15.10 waktu setempat.

Pesawat penjemput kembali diberangkatkan dari Bucharest menuju Jakarta pada pukul 20.23 waktu setempat atau 5,5 jam setelah mendarat. Rute perjalanan yang ditempuh adalah Bucharest-Madinah-Jakarta dengan waktu perjalanan sekitar 17 jam.

Dia juga mengatakan, empat WNI di Kharkiv sudah dievakuasi dan tiba di Lviv dengan selamat. Kharkiv adalah kota terbesar kedua di Ukraina.

Pertempuran di kota tersebut hingga kini masih terus berlangsung. “Perjalanan yang harus dilalui oleh WNI sangat tidak mudah. Mereka harus melalui sejumlah pemeriksaan di tengah jam malam yang berlaku di sana,” ujar Retno.

Retno mengatakan, tim KBRI Warsawa sudah menjemput empat WNI tersebut. Selain itu, bergabung pula satu tambahan WNI yang sudah tiba dan bertemu dengan tim penjemput di Lviv.

Mereka akan dibawa ke safe house di Polandia untuk menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk PCR. Mereka kemudian akan dibawa ke Warsawa untuk menunggu kepulangan ke Indonesia.

photo
Sejumlah WNI dievakuasi dari Lviv di Ukraina menuju Rzeszow, Polandia, Senin (28/2/2022). - (Kemenlu RI)

“Pemerintah akan terus berupaya untuk melakukan evakuasi sembilan WNI yang masih berada di Kota Chernihiv,” kata Retno.

Wakil Menteri Pertahanan Muhammad Herindra yang ikut menyambut kepulangan WNI menyatakan, Menhan Prabowo Subianto terus berkoordinasi dengan Kemenhan Rusia agar proses evakuasi WNI dapat terus berjalan dengan aman.

Herindra juga memastikan, Prabowo terus berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri agar proses evakuasi WNI berjalan lancar. “Kami menyampaikan bahwa pada kegiatan evakuasi ini, Bapak Menhan selalu berkoordinasi dengan Ibu Menlu,” ujar dia.

Satuan Bravo 90 Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU dilibatkan dalam misi penjemputan WNI yang tinggal di Ukraina. Para WNI yang merupakan staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kiev, Ukraina itu harus menempuh perjalanan darat ke Bucharest, Rumania, sebelum dipulangkan ke Jakarta.

Mereka harus meninggalkan Ukraina. Demi keselamatan, mereka dievakuasi ke Rumania sebelum tentara Rusia sampai Kiiv dan menguasai ibu kota Ukraina.

Seorang perwira tinggi Markas Besar Angkatan Udara (Mabesau) membenarkan jika ada pasukan khusus TNI AU yang ikut dalam tim penjemputan WNI. "Ada unit yang ikut penjemputan, keterangan resmi di Kementerian Luar Negeri," demikian penjelasan sang pati saat dikonfirmasi Republika dari Jakarta, Kamis (3/3).

Indonesia Setuju

Indonesia menjadi bagian dari 141 negara yang menyetujui resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang meminta Rusia menghentikan serangan ke Ukraina. Di sisi lain, Rusia bergabung dengan Belarus, Eritrea, Korea Utara, dan Suriah memberikan suara menentang resolusi PBB. Sebanyak 35 anggota, termasuk Cina, memilih abstain.

“Seperti yang diketahui, 141 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih banyak yang dipertaruhkan, bahkan daripada konflik di Ukraina sendiri. Ini adalah ancaman bagi keamanan Eropa dan seluruh tatanan berbasis aturan,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.

Pemungutan suara yang dipimpin oleh Presiden Majelis Umum PBB Abdulla Shahid itu diklaim mewakili kemenangan simbolis untuk Ukraina dan meningkatkan isolasi internasional terhadap Rusia. Bahkan, sekutu tradisional Rusia, Serbia, menentang invasi Rusia ke Ukraina dengan menyetujui resolusi tersebut.

Utusan Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsa, telah mendesak pengesahan resolusi. Dia menyebut tindakan itu menjadi salah satu blok bangunan untuk membangun tembok menghentikan serangan Rusia. “Kejahatan tidak akan pernah berhenti. Itu membutuhkan lebih banyak ruang,” ujar dia.

Utusan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menuduh pemerintah Barat telah menekan anggota Majelis Umum PBB untuk meloloskan resolusi. Dia menyatakan, tindakan itu dapat memicu kekerasan lebih lanjut. Nebenzia mengulangi pernyataan Rusia bahwa tindakannya adalah operasi militer khusus.

Operasi itu diklaim bertujuan untuk mengakhiri serangan terhadap warga sipil di Donetsk dan Luhansk yang mendeklarasikan kemerdekaan dan diakui oleh Rusia. Dia justru menuduh bahwa pasukan Ukraina menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan menyebarkan senjata berat di wilayah sipil.

Satu Juta Orang Eksodus

Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) mengeklaim, satu juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak invasi Rusia sepekan lalu. Jumlah ini diperkirakan akan terus naik jika konflik di Ukraina tidak segera dihentikan.

photo
Pengungsi Ukraina bersitirahat di stasiun kereta Warszawa Wschodnia di Warsawa, Polandia, Kamis (3/3/2022). - (EPA-EFE/PAWEL SUPERNAK)

“Data kami menunjukkan bahwa kami melewati angka satu juta pada tengah malam di Eropa tengah. Hanya dalam tujuh hari kita telah menyaksikan eksodus satu juta pengungsi dari Ukraina ke negara-negara tetangga,” kata Juru bicara UNHCR Joung-ah Ghedini-Williams, Kamis (3/3).

Lebih dari separuh pengungsi atau hampir 505 ribu orang telah pergi ke Polandia. Sementara lebih dari 116.300 orang telah memasuki Hongaria, dan lebih dari 79.300 orang telah menyeberang ke Moldova. Selain itu, 71 ribu orang lainnya telah melarikan diri ke Slovakia, dan sekitar 69.600 orang telah pergi ke negara-negara Eropa lainnya.

Di antara satu juta pengungsi Ukraina, anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas paling rentan terkena dampak invasi Rusia. Mereka tidak dapat memutuskan sendiri untuk melarikan diri, dan membutuhkan bantuan untuk melakukan perjalanan ke tempat yang aman.

Pada Rabu (2/3), di Kota Zahony, Hungaria, lebih dari 200 penyandang disabilitas Ukraina, yang berasal dari dua panti di ibu kota Kiev, turun di peron stasiun kereta api di tengah cuaca dingin. Mereka melarikan diri dari kekerasan yang terjadi di Ukraina.

Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, serta orang yang memiliki gangguan kesehatan mental dan fisik cukup serius. Mereka dievakuasi dari fasilitas perawatan setelah serangan Rusia di ibu kota Kiev semakin meningkat.

“Tidak aman untuk tinggal di sana, ada roket, mereka menembaki Kiev. Kami menghabiskan lebih dari satu jam di bawah tanah selama pengeboman,” ujar Direktur Panti Asuhan Svyatoshinksy di Kiev, Larissa Leonidovna.

Cuaca dingin yang mencengkeram Eropa Timur pada Rabu (2/3), membuat kondisi semakin sulit bagi mereka untuk melarikan diri ke negara-negara tetangga Ukraina. Di daerah perbatasan Palanca di selatan Moldova, suhu mencapai titik beku dan salju menutupi tanah.

Para ibu dengan anak-anak mereka yang masih kecil membungkus diri mereka dengan selimut dan pakaian tebal. Tetapi, cuaca dingin telah membuat situasi menjadi lebih buruk.

Para pengungsi terus melarikan diri dari Ukraina ke negara tetangga Rumania melalui penyeberangan perbatasan Siret. Mereka menantang salju dan suhu di bawah titik beku. Seorang sukarelawan Palang Merah di Siret, Alina Onica (41 tahun), mengatakan, cuaca dingin dan salju semakin menambah tantangan dan kebutuhan para pengungsi yang telantar akibat perang.

“Itu membuatnya lebih sulit karena banyak yang meninggalkan rumah mereka beberapa hari yang lalu, dan hanya mengenakan pakaian yang melekat di tubuh mereka. Mereka meminta sarung tangan, topi, dan selimut.  Ini adalah krisis kemanusiaan dan kami berharap ini akan segera berakhir,” kata Onica.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat