Kisah Dalam Negeri
Anak-Anak Pengungsi Gempa Pasaman Mulai Alami Penyakit
Ratusan warga yang menjadi pengungsi akibat gempa di sekitar Gunung Talamau mulai sakit.
OLEH FEBRIAN FACHRI
Ratusan warga yang menjadi pengungsi akibat gempa di sekitar Gunung Talamau, Sumatra Barat mulai mengalami berbagai penyakit. Berdasarkan data yang dihimpun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), di Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, terdapat 248 pengungsi dari 66 kepala keluarga (KK).
Jumlah pengungsi anak-anak di lokasi tersebut sebanyak 50 orang. Di lokasi ini, dua anak mengalami trauma, ISPA ada sembilan orang, diare ada satu orang, demam ada satu orang dan pulpitis ada satu orang.
Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatra Barat, Asrawati, mengatakan pihaknya sudah menemukan anak-anak yang mengalami diare dan ISPA. Penyakit diare mulai terdeteksi di pengungsian pasca gempa Pasaman Barat, karena terbatasnya akses MCK dan air bersih.
"Sudah kita survei masing-masing tempat pengungsian. Sudah ada yang diare dan ISPA. Di Kajai, bahkan belum ada dapur umum dan MCK. Satu tenda ditempati 7 KK," kata Asrawati, Senin (28/2).
Relawan IDAI, menurut Asrawati, melakukan pengobatan kepada anak-anak dan orang dewasa yang sudah terkapar sakit. Mereka juga membagikan masker dan sejumlah makanan.
Kemudian di posko 1 Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, IDAI mencatat empat anak mengalami dermatitis dan 3 anak ISPA. Masih di Malampah, di Durian Gunjo, atau posko 2, terdapat 205 pengungsi anak. Di sana ada 17 anak mengalami ISPA, diare tanpa dehidrasi satu orang dan OMSK satu orang.
Ratusan warga yang menjadi pengungsi di halaman Kantor Bupati Pasaman Barat juga mulai dirundung berbagai penyakit. Berdasarkan data tiga posko pelayanan kesehatan di halaman kantor bupati diketahui jumlah pengungsi yang mengeluhkan sakit sebanyak 501 orang.
Dengan rincian 180 orang di posko pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Pasaman Barat, 150 orang di posko tim medis Semen Padang, 171 orang di posko kesehatan Biddokkes Polda Sumbar. "Layanan yang kami berikan berupa pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat terhadap penyakit yang dikeluhkan," kata dokter di Posko Kesehatan Dinas Kesehatan Pasaman Barat Dian Leonita.
Para pengungsi membutuhkan tenda yang layak karena hingga saat ini mereka masih menggunakan tenda terpal. "Masih tenda biasa dan jika hujan air masuk ke dalam tenda sementara anak-anak banyak yang tidur di dalam tenda," kata salah seorang pengungsi, Erik.
Menurutnya sekitar 150 kepala keluarga mengungsi di tenda seadanya. Jika hujan datang, air masuk ke dalam tenda. Selain beralaskan tikar, tenda itu juga banyak yang bocor sehingga air dengan mudah masuk ke dalam tenda.
"Kasihan melihat anak-anak tidur dalam keadaan basah-basah jika hujan. Kami mohon bantuan tenda," ujar dia berharap.
Relokasi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengkaji relokasi atau memindahkan warga yang berdomisili di sekitar Gunung Talamau. BNPB akan mendiskusikan rencana relokasi ini dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, (BMKG) terkait bahaya yang ditimbulkan.
"Memang dikabarkan di sejumlah titik dekat kaki Gunung Talamau mengalami longsor. Tentu akan kita diskusikan," kata Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto.
Dia mengatakan jika memang membahayakan warga sekitar maka perlu dipikirkan untuk relokasi. Jika dibiarkan, tentu akan mengancam warga yang berdomisili di sekitar kaki Gunung Talamau.
BNPB juga menginformasikan korban meninggal akibat gempa bumi di Sumbar bertambah menjadi 11 orang. Suharyanto, mengatakan dari 11 korban meninggal tersebut, berasal dari Kabupaten Pasaman Barat lima orang dan enam orang dari Kabupaten Pasaman.
Sementara Bupati Pasaman Barat Hamsuardi mengatakan perlu kajian yang pasti terkait bahaya longsor kaki Gunung Talamau. "Kalau memang hasil kajian lembaga yang berwenang sangat membahayakan dan harus direlokasi maka kita siap melakukannya," kata Hamsuardi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Penyintas Erupsi Semeru Masih Butuh Uluran Tangan
Republika menyampaikan terima kasih kepada pembaca atas donasi warga terdampak erupsi Gunung Semeru.
SELENGKAPNYA