Natali Sevriukova menangis di sebelah rumahnya yang hancur terkena serangan roket di Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022). | AP Photo/Emilio Morenatti

Kabar Utama

Korban Terus Berjatuhan

DPR menilai upaya evakuasi WNI sudah saatnya dipertimbangkan secara serius. 

KIEV – Sehari setelah melancarkan serangan ke beberapa kota di Ukraina, pasukan Rusia pada Jumat (25/2) kian mendekat ke Kota Kiev. Serangan udara juga digencarkan ke pusat ibu kota Ukraina tersebut. Warga Kiev semakin ketakutan dan mulai mencari tempat perlindungan, salah satunya di stasiun bawah tanah.

Pemerintah Ukraina melaporkan, serangan Rusia pada hari pertama, Kamis (24/2), telah menewaskan 137 orang. Jumlah tersebut mencakup tentara dan warga sipil. Di hari pertama, ada sebanyak 40 korban jiwa dalam satu jam pertama serangan Rusia ke Ukraina.

Menurut militer Ukraina, Kiev telah diguncang beberapa serangan roket pada Jumat dini hari. “Pasukan serangan udara dari angkatan bersenjata Ukraina bertempur di daerah pemukiman Dymer dan Invankiv,” kata militer Ukraina lewat laman Facebook-nya.

Dymer terletak sekitar 45 kilometer di utara Kiev. Sementara Ivankiv sekitar 60 kilometer di barat laut Kiev. Militer Ukraina mengatakan, mereka berhasil menahan pergerakan pasukan Rusia di Sungai Teteriv, anak sungai Dnieper yang mengalir melalui Kiev. Dalam pertempuran itu, sebuah jembatan yang berada di atas Sungai Teteriv hancur.

photo
Warga menyaksikan gedung yang hancur terkena serangan roket di Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022). - (AP Photo/Emilio Morenatti)

Militer Ukraina mengeklaim telah merebut kembali lapangan terbang Gostomel. Sebelumnya, beredar laporan bahwa Rusia sudah menguasai situs tersebut. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan, pasukan mereka berhasil menguasai Pulau Zmiinyi di Laut Hitam. Sebanyak 82 tentara Ukraina di wilayah itu diklaim menyerahkan diri.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, serangan Rusia ke negaranya telah menargetkan wilayah sipil. Dia meyakinkan publik bahwa pemerintahannya melakukan segala hal untuk memberikan perlindungan.

“Mereka mengatakan bahwa objek sipil bukanlah target bagi mereka. Tapi ini adalah kebohongan lain dari mereka. Pada kenyataannya, mereka tidak membedakan wilayah di mana mereka beroperasi,” kata Zelensky lewat sebuah video yang dibagikan di Facebook, Jumat (25/2).

Dalam video itu, ia juga mengingatkan bahwa 'kelompok sabotase’ dari Rusia telah memasuki Kiev dan mendesak warga untuk tetap waspada. Zelensky menegaskan, saat ini status negara dalam keadaan wajib militer.

Ia kemudian menyinggung soal tidak adanya bantuan nyata dari negara-negara lain. Menurut dia, Ukraina dibiarkan sendiri dalam menghadapi serangan Rusia. "Siapa yang siap bertarung bersama kita? Saya tidak melihat siapa pun,” kata Zelensky.

Agresi diluncurkan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, dua wilayah di Ukraina timur yang dikuasai kelompok pro-Rusia. Putin menyebut, tindakan itu dilakukan untuk melindungi masyarakat di sana yang telah mengalami penderitaan, pelecehan, dan genosida oleh rezim Ukraina.

Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya menyatakan serangan udara di Ukraina tidak akan menargetkan wilayah perkotaan. Mereka mengaku tak ingin menimbulkan ancaman bagi warga sipil.

Walikota Kiev Vitaly Klitschko mengatakan, tiga orang terluka dan satu di antaranya berada dalam kondisi kritis setelah puing-puing rudal menghantam sebuah bangunan tempat tinggal di Kiev pada Jumat. Klitschko meminta tiga juta warganya untuk tinggal di dalam rumah, kecuali yang bekerja di sektor-sektor kritis. Warga juga harus menyiapkan tas berisikan obat-obatan dan dokumen.

photo
Warga berlindung di rubanah saat sirine peringatan tanda dimulainya serangan berbunyi di Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022). - (AP Photo/Emilio Morenatti)

Pada Kamis (24/2) petang, stasiun metro di Kiev tampak dipenuhi oleh keluarga dan anak-anak. Mereka membawa kantong tidur dan selimut.  “(Saya di sini) Karena saya pikir ini satu-satunya tempat di mana Anda dapat bersembunyi di Kiev saat ini.  Semua tempat lain tampak menakutkan," kata seorang warga bernama Bogdan Voytenko, yang berlindung di stasiun metro bawah tanah.

Warga juga telah membawa persediaan makanan, seperti kacang-kacangan dan buah-buahan.  “Tidak ada yang percaya bahwa perang ini akan dimulai, dan bahwa mereka (Rusia) akan merebut Kiev secara langsung,” kata warga lainnya, Anton Mironov.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya siap melakukan pembicaraan dengan Ukraina. Namun, angkatan bersenjata Ukraina harus terlebih dulu meletakkan senjata mereka dan menyerah.

“Kami siap untuk negosiasi kapan saja, segera setelah angkatan bersenjata Ukraina menanggapi seruan kami dan meletakkan senjata mereka,” kata Lavrov dalam sebuah konferensi pers di Moskow, Jumat (25/2), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Lavron kembali menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki intensi menduduki atau menguasai Ukraina. “(Presiden Vladimir Putin) mengambil keputusan melakukan operasi militer khusus dengan tujuan demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina, sehingga dibebaskan dari penindasan. Warga Ukraina sendiri dapat dengan bebas menentukan masa depan mereka,” ucapnya.

Dia pun membantah laporan bahwa serangan Rusia ke Ukraina telah menargetkan infrastruktur sipil. Militer Ukraina, pada Jumat, melaporkan bahwa pasukan Rusia kian mendekat ke Kiev. Wilayah ibu kota Ukraina itu juga diguncang beberapa serangan roket pada Jumat dini hari. “Pasukan serangan udara dari angkatan bersenjata Ukraina bertempur di daerah pemukiman Dymer dan Invankiv,” kata militer Ukraina lewat laman Facebook-nya.

Dymer terletak sekitar 45 kilometer di utara Kiev. Sementara Ivankiv sekitar 60 kilometer di barat laut Kiev. Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan, pasukan mereka berhasil menguasai Pulau Zmiinyi di Laut Hitam. Sebanyak 82 tentara Ukraina di wilayah itu menyerahkan diri.

Pejabat Ukraina mengatakan, sebanyak 13 penjaga perbatasan yang ditempatkan di pulau selatan kota pelabuhan Odessa itu tewas oleh tembakan senjata dari kapal perang Rusia. Rusia juga akan mengerahkan pasukan terjun payung untuk menjaga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl yang ditutup di dekat Kiev.

photo
Warga Ukraina berlindung di Stasiun Bawah Tanah di Kiev, Kamis (24/2/2022). - (AP/Emilio Morenatti)

Menurut seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, sejauh ini mereka telah menghancurkan 118 situs infrastruktur militer Ukraina.

Siapkan evakuasi 

Pemerintah menyatakan telah siap jika harus mengevakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Ukraina. Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan HAM (Sekjen Kemenkumham) Andap Budhi Revianto mengatakan, hal tersebut dilakukan menyusul eskalasi militer dalam konflik Rusia-Ukraina.

"Dalam fungsi Imigrasi, Kementerian Hukum dan HAM, telah mempersiapkan diri menghadapi kontinjensi dalam rangka evakuasi WNI dari Ukraina," kata Andap Budhi Revianto, Jumat (25/2).

Dia mengungkapkan, saat ini terdapat sekitar 140 WNI di Ukraina dan dilaporkan berada dalam kondisi aman. Namun, kata Andap, tidak menutup kemungkinan konflik antara Rusia dan Ukraina semakin memburuk, sehingga bisa mengancam keselamatan WNI.

Pemerintah juga akan memfasilitasi dan mempermudah dokumen perjalanan internasional para WNI di Ukraina jika harus dipulangkan. Dalam kondisi normal, kata dia, setiap orang diwajibkan memiliki paspor.

"Tetapi, dalam situasi kontinjensi, paspor bisa saja rusak, hilang, atau tertinggal karena kedaruratan. Imigrasi akan mengeluarkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) sebagai pengganti paspor," katanya.

Ketua DPR Puan Maharani meminta pemerintah menjamin keselamatan WNI di Ukraina. "Jangan sampai ada satu pun warga Indonesia yang terluka dalam konflik di Ukraina. Keselamatan dan keamanan WNI harus menjadi prioritas," kata Puan, Jumat (25/2).

Puan menilai, evakuasi terhadap WNI di Ukraina untuk kembali ke Indonesia saat ini sudah perlu dipertimbangkan serius. Oleh karena itu, Puan berharap pemerintah, KBRI, dan para pemangku kepentingan terkait berkoordinasi dengan efektif jika perlu melakukan evakuasi.

"Evakuasi adalah salah satu bentuk perlindungan negara yang harus dilakukan terhadap semua WNI yang sedang berada di wilayah konflik di luar Tanah Air. 

photo
Pengunjung membawa poster bertuliskan "Jangan Ada Perang!" dalam aksi menolak invasi Ukraina di St Petersburg, Rusia, Kamis (24/2/2022) malam. - (AP/Dmitri Lovetsky)

Dunia tolak invasi Rusia

Para pengunjuk rasa di sejumlah kota besar dunia, mulai dari Tokyo, Tel Aviv, hingga New York berkumpul di luar Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia untuk mengecam invasi ke Ukraina. Tanpa diduga, aksi penolakan invasi bahkan digelar di Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina, Kamis (24/2). Warga Rusia amat terkejut atas invasi pemerintah mereka ke negara tetangganya itu.

Pada Kamis malam, ribuan orang turun ke jalan di puluhan kota, termasuk Moskow dan St Petersburg. Sementara seruan penuh emosional yang mengajak aksi demo marak di media sosial.

Setidaknya 1.745 orang dilaporkan ditahan pihak berwenang di 54 kota di Rusia. Sekurangnya 957 di antara mereka ditahan di Moskow, ibu kota Rusia.

photo
Polisi menahan pengunjuk rasa antiperang di St Petersburg, Rusia, Kamis (24/2/2022) malam. - (AP/Dmitri Lovetsky)

"Saya ingin meminta maaf kepada rakyat Ukraina. Kami tidak memilih orang-orang yang melecutkan perang ini," tulis aktivis oposisi di Moskow, Tatyana Usmanova, di Facebook.

Usmanova menyangka bermimpi ketika bangun pukul 05.30 lalu mendengar berita invasi. Ia menyebut invasi itu "sebagai rasa malu yang menodai kita selamanya".

Sebuah petisi yang dibuat aktivis hak asasi manusia (HAM), Lev Ponomavyov, mengumpulkan lebih dari 150 ribu tanda tangan hanya dalam beberapa jam. Pada Kamis malam, sudah ada lebih dari 330 ribu tanda tangan.

Lebih dari 250 wartawan membubuhkan nama mereka dalam surat terbuka yang mengecam agresi. Surat terbuka lainnya ditandatangani sekitar 250 ilmuwan. Surat serupa ditandatangani 194 anggota dari dewan kota di Moskow dan sejumlah kota lain.

photo
Pengunjuk rasa pro-Ukraina menggelar aksi menolak perang di Times Square, New York, Kamis (24/2/2022) waktu setempat. - (APYves Herman)

"Saya amat khawatir pada nasib mereka, begitu cemasnya sampai saya menangis," kata Zoya Vorobey, mengacu pada warga Ukraina. Suaranya pun bergetar.

"Saya menonton televisi sejak pagi, setiap menitnya, untuk melihat perkembangannya. Sayangnya, tidak ada kemajuan," kata Vorobey, warga Korolyov yang berlokasi di luar Moskow.

Sejumlah selebritas dan tokoh, termasuk orang yang bekerja di televisi pemerintah, secara terbuka menentang serangan Rusia ke Ukraina. Yelena Kovalskaya, direktur teater di Moskow yang didanai pemerintah, mengumumkan mundur dari jabatannya. Di Facebook, ia menulis, "Sungguh mustahil bekerja untuk seorang pembunuh dan dibayar olehnya."

"Kami, rakyat Rusia, menentang perang yang dilecutkan Putin. Kami tidak mendukung perang ini, yang dilancarkan tanpa restu kami," kata aktivis HAM Marina Litvinovich di Facebook.

photo
Warga melakukan aksi solidaritas untuk mendukung Ukraina di Tbilisi, Georgia, Kamis (24/2/2022) malam. - (AP/Shakh Aivazov)

Protes juga marak terjadi di berbagai negara. Salah satu aksi digelar di luar Kedubes Rusia di Washington, Amerika Serikat (AS), Kamis siang. Protes dilakukan tiga jam setelah Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina. Laporan berita lokal menunjukkan, puluhan pengunjuk rasa di sana mengibarkan bendera Ukraina dan meneriakkan "Hentikan agresi Rusia!".

Sementara di London, Inggris, ratusan demonstran yang sebagian besar adalah warga Ukraina berkumpul di luar Downing Street. Mereka mendesak Inggris untuk berbuat lebih banyak dalam menghentikan invasi Rusia ke Ukraina.

 "Kami membutuhkan bantuan. Kami membutuhkan seseorang untuk mendukung kami. Ukraina terlalu kecil dan tekanannya terlalu besar," ujar seorang pengunjuk rasa.

Di Paris, Prancis, seorang demonstran mengatakan kepada Reuters bahwa invasi Rusia ke Ukraina sangat berbahaya bagi seluruh dunia. Sementara di Madrid, aktor Spanyol pemenang Oscar, Javier Bardem, bergabung dengan ratusan pengunjuk rasa di luar Kedutaan Rusia.

photo
Bunga-bunga diletakkan di depan Kedubes Ukraina di Berlin, Jerman, Jumat (25/2/2022). - (AP Photo/Michael Sohn)

"Ini adalah invasi. Itu melanggar hak fundamental Ukraina atas kedaulatan teritorial, hukum internasional, dan banyak hal lainnya," kata Bardem.

Di ibu kota Swiss, Bern, ratusan orang berkumpul sambil memegang bendera Ukraina dan meneriakkan "Damai untuk Ukraina!".  Sebuah demonstrasi kecil di Jenewa, diselenggarakan oleh Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN) di luar markas besar PBB di Eropa. Mereka mengutuk ancaman Putin untuk menggunakan senjata nuklir.

Demonstrasi lain diadakan di Beirut, Tel Aviv, Dublin, dan Praha. Di Dublin, pengunjuk rasa mencoret emblem elang kembar Rusia di samping gerbang Kedutaan Rusia dengan cat merah. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Indonesia Tunggal Ika 

Jangan sampai menggelorakan kebinekaan sambil mengoyak ketunggalan.

SELENGKAPNYA

Ketika Allah Memberikan Ujian

Sungguh Allah tak memberi ujian di luar kesanggupan. Beragam pula cara-Nya membangun persiapan.

SELENGKAPNYA