Resonansi
Reformasi Keadaban Politik
Perlu revitalisasi peran tiga lokus pendidikan untuk membangun keadaban publik secara keseluruhan.
Oleh AZYUMARDI AZRA
OLEH AZYUMARDI AZRA
Krisis keadaban politik dan keadaban publik, umumnya dalam berbagai lapisan bangsa sejak dari lingkungan elite politik sampai kalangan warga akar rumput, tidak mudah diatasi.
Tidak ada solusi instan dan cepat yang dapat memperbaiki keadaan tidak menguntungkan itu secara menyeluruh karena kompleksitas dan kerumitan masalah terkait. Meski demikian, perbaikan harus dilakukan berbagai sektor lapisan masyarakat dan kehidupan publik.
Dalam bahasa kajian Islam, nomenklatur, paradigma, dan konsep perbaikan adalah islah (reformasi untuk terciptanya keadaan lebih baik) dan tajdid (pembaharuan dari kondisi tidak baik menuju keadaan lebih baik.
Islah dan tajdid selalu menjadi tema dan kerangka perbaikan kondisi masyarakat, yang dilakukan berbagai aliran pemikiran dan gerakan Islam dari masa ke masa.
Almarhum Profesor Fazlur Rahman, guru besar Universitas Chicago, pernah menyatakan, islah dan tajdid selalu menjadi tema dan kerangka perbaikan kondisi masyarakat, yang dilakukan berbagai aliran pemikiran dan gerakan Islam dari masa ke masa.
Dalam kerangka islah dan tajdid, setiap dan seluruh lapisan masyarakat harus memainkan peran membangun dan memperbaiki keadaban politik dan keadaban publik.
Mereka mencakup elite politik dan pemerintahan; elite inteligensia dan intelektual; elite-budaya dan agama; dan pemimpin komunitas.
Di antara mereka, ada kelompok yang bisa berperan lebih strategis, lebih besar, dan lebih berdampak luas untuk memperbaiki keadaban politik karena posisi penting dalam kehidupan publik.
Melalui kebijakan pemerintahan dan politik, mereka dapat mengarahkan dinamika keadaban politik atau keadaban publik secara keseluruhan.
Melalui kebijakan pemerintahan dan politik, mereka dapat mengarahkan dinamika keadaban politik atau keadaban publik secara keseluruhan.
Elite politik yang memegang jabatan publik di eksekutif dan legislatif dan di partai politik, mesti memiliki kemauan baik (political will).
Dalam menyelenggarakan pemerintahan dan kehidupan politik, mereka dapat atau mesti menerapkan kebijakan dan langkah yang bisa meningkatkan keadaban politik.
Bukan sebaliknya, mengeluarkan regulasi dan program yang menimbulkan kegaduhan di kalangan warga, yang kemudian dapat menimbulkan pelanggaran keadaban publik.
Tak kurang pentingnya, elite politik dan pejabat juga mesti menampilkan sebagai pribadi penuh integritas, dengan kepribadian utuh, tidak terbelah, menyatu antara perkataan dan perbuatan.
Elite politik dan pejabat publik yang hipokrit atau munafik bukan hanya melanggar prinsip kepemimpinan yang baik, melainkan juga menimbulkan sinisme, apatisme, dan runtuhnya kepercayaan warga pada pemerintah.
Elite politik dan pejabat publik yang hipokrit atau munafik bukan hanya melanggar prinsip kepemimpinan yang baik, melainkan juga menimbulkan sinisme, apatisme, dan runtuhnya kepercayaan warga pada pemerintah.
Kelompok elite terpelajar dan intelektual juga memiliki tanggung jawab intelektual, sosial, dan moral turut membangun keadaban politik.
Karena terpelajar, mereka dapat memahami perkembangan keadaban politik, yang terasa dampaknya atas lingkungan mereka sendiri dan kehidupan publik lebih luas.
Memahami keadaan tidak menguntungkan negara-bangsa, mereka yang pada dasarnya beacon, lampu penerang bagi lingkungannya dan masyarakat, perlu menyalakan ‘sinar terang’ untuk memandu pengembara kehidupan.
Mereka harus keluar dari ‘zona nyaman’ yang mereka nikmati, bersuara dan melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki keadaban politik dan keadaban publik yang tidak kondusif.
Kelompok elite sosial-budaya juga memainkan peran strategis dalam memperbaiki keadaban publik. Mereka bisa memberi pencerahan melalui berbagi lokus dan sarana di mana mereka aktif dan terlibat.
Kelompok elite terpelajar dan intelektual juga memiliki tanggung jawab intelektual, sosial, dan moral turut membangun keadaban politik.
Elite sosial-budaya dapat melakukan revitalisasi nilai budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal yang positif dan kontributif untuk pembangunan dan reformasi keadaban politik atau keadaban publik secara menyeluruh.
Elite agama, baik yang ada di dalam lembaga keagamaan atau ormas agama maupun yang bergerak bebas di dalam masyarakat, juga memainkan peran penting dalam membangun dan memperbaiki keadaban politik dan keadaban publik umumnya.
Memiliki pengetahuan dan pemahaman ajaran agama, juga terlibat dalam dinamika kelembagaan, gerakan, dan keumatan, elite agama memikul tugas mulia membangun keadaban umat, baik di intraumat maupun antarumat; juga umat beragama dengan pejabat publik, elite politik, dan elite sosial-budaya lebih luas.
Jelas sering ada perbedaan dan pertikaian di antara kalangan elite agama dengat elite politik dan pejabat publik; keadaan yang sulit dielakkan karena berbagai faktor.
Reformasi keadaban politik dan keadaban publik mesti dilakukan semua kelompok elite secara bersama sehingga menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Dalam keadaan seperti ini, elite agama tetap harus menekankan penyampaian pesan agama tentang kedamaian dan kesabaran, bukan pesan yang dapat meningkatkan kegusaran dan kemarahan di kalangan umat.
Jika hal terakhir terjadi, bukan tak mungkin keadaban politik dan keadaban publik kian merosot. Mengalami kemerosotan keadaban politik atau keadaban publik umumnya dalam berbagai lapisan masyarakat, reformasi, dan pembaharuan (islah dan tajdid) jelas mendesak.
Reformasi keadaban politik dan keadaban publik mesti dilakukan semua kelompok elite secara bersama sehingga menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Tak kurang pentingnya, perlu revitalisasi peran tiga lokus pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) untuk membangun keadaban publik secara keseluruhan. Ketiganya tak lain adalah lokus pembentukan keadaan dan peradaban.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.