Publik
Penambahan Pasien Dirawat di Rumah Sakit Minim
Tingkat keterisian tempat tidur dan ruang isolasi rumah sakit sekitar 37 persen.
JAKARTA -- Kementerian Kesehatan menyatakan, angka keterisian tempat tidur (BOR) isolasi dan ICU Covid-19 secara nasional masih aman.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengatakan, tingkat BOR cenderung stagnan meskipun kasus harian sempat melebihi puncak kasus saat varian delta.
Nadia mengatakan, kasus harian Covid-19 sempat mencapai 59.384 per Sabtu (19/2). Adapun, jumlah kasus harian saat puncak kasus varian delta tercatat sebanyak 56.757 kasus. Kendati demikian, Nadia menyebut keterisian RS berada di kisaran 37 persen hingga Sabtu (19/2) pukul 17.30 WIB.
Menurut dia, angka itu tidak mengalami perubahan dibanding pada hari sebelumnya. Dia menegaskan, kapasitas tempat tidur masih dapat ditingkatkan menjadi 150 ribu tempat tidur isolasi dan ICU jika diperlukan.
“Meski saat ini pasien yang dirawat di rumah sakit minim penambahan, pemerintah harus terus melakukan upaya maksimal untuk menjaga ketahanan layanan kesehatan masyarakat di tengah naiknya kasus konfirmasi harian akibat penyebaran varian omikron," ujar Nadia dalam keterangannya seperti dikutip pada Ahad (20/2).
Selain memperkuat layanan kesehatan, menurut Nadia, pemerintah juga memperkuat upaya testing, tracing, dan treatment (3T) untuk menekan laju penyebaran virus Covid-19 yang didominasi varian omikron. Apalagi, omikron memiliki daya tular lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya. Hingga Jumat (18/2), testing spesimen dilakukan hingga sejumlah 520.663. Jumlah ini naik dari Kamis (17/2) yang sebanyak 500.940 spesimen.
"Kami harapkan masyarakat bersedia melakukan testing, terutama bagi para kontak erat agar kita segera mengakhiri pandemi ini secara bersama-sama,” kata Nadia. Pemerintah, menurut Nadia, juga terus mendorong laju vaksinasi sebagai pelindung tubuh dari risiko berat hingga kritis jika terpapar Covid-19.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban sebelumnya menekankan, kasus harian yang tinggi saat ini bukan karena program vaksinasi yang tidak berhasil. Sebab, vaksin tidak dimaksudkan untuk mengurangi tingkat infeksi.
"Publik perlu memahami bahwa kasus harian yang tinggi sekarang bukan karena vaksin dan booster tidak berhasil. Vaksin tak dimaksudkan mengurangi tingkat infeksi, tetapi rawat inap dan tingkat kematian. Tentu harus didukung prokes ketat," kata dia.
Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Syamsul Arifin mengatakan, secara epidemiologi, varian omikron mempunyai potensi jauh lebih berbahaya daripada varian delta.
Syamsul merujuk data Kementerian Kesehatan bahwa pasien omikron yang meninggal karena belum vaksinasi lengkap, rata-rata adalah mereka yang terinfeksi setelah lima bulan melakukan vaksinasi pertama.
Hal ini menunjukkan bahwa jika vaksinasi kedua belum dilakukan, padahal sudah lima bulan atau lebih melakukan vaksinasi pertama, berpotensi memperberat kondisi penderita Covid-19. "Ini bukti masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat terkait vaksinasi hingga munculnya, varian omikron sekarang," kata guru besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM tersebut.
Syamsul juga menyesalkan informasi keliru tentang omikron yang betebaran di dunia maya, di antaranya menyebut omikron hanya menimbulkan gejala ringan. "Faktanya kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat sejak menyebarnya varian omikron, termasuk korban meninggal dunia juga terjadi setiap hari," katanya.
Dengan memperhatikan data-data secara epidemiologis, Syamsul mengingatkan masyarakat perlu tetap mewaspadai varian omikron. Apalagi, varian omikron memunculkan banyak gejala ringan, bahkan tanpa gejala yang jika penderita tersebut tidak mematuhi isolasi mandiri, akan membuat seseorang tak sadar sedang terinfeksi.
"Dengan kewaspadaan tinggi menerapkan prokes diharapkan dapat menekan laju peningkatan kasus, selain mengejar pencapaian vaksinasi lengkap di seluruh Indonesia," kata dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kasus Covid-19 di DKI Mereda, Daerah Melonjak
Secara nasional, jumlah kasus harian Covid-19 menurun.
SELENGKAPNYA