Bodetabek
Kota Bogor Dikategorikan Peduli Perubahan Iklim Terbaik
Pemerintah Kota Bogor menggulirkan kebijakan yang mendukung perubahan iklim.
BOGOR -- Kota Bogor masuk menjadi salah satu dari lima kota di Indonesia yang paling peduli terhadap perubahan iklim. Lima kota tersebut, yakni Semarang, Surabaya, Kota Bogor, Kota Bandung, dan Kota Tangerang.
Ini merupakan hasil riset yang belum lama dirilis Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang Rating Transformasi Digital dan Kota Cerdas Indonesia 2021.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Deni Wismanto, mengatakan, di Kota Bogor sendiri ada beberapa program peduli terhadap perubahan iklim. “Program-program ini merupakan program Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor secara komprehensif dan melibatkan beberapa instansi,” kata Deni, Senin (14/2).
Deni menyebutkan, beberapa program tersebut antara lain, Program Bogor Lancar beruparerouting dan shifting transportasi publik, angkot berbahan bakar gas. Program Bogor Merenah, yakni pembangunan jalur pedestrian dan jalur sepeda, program kampung bersih dan hijau/lomba kebersihan, program benah kampung, program kampung iklim. Lalu, Program Bogor Tanpa Plastik (Botak), Program TPS3R dan bank sampah, Program Sekolah Adiwiyata, dan Sekolah Berbudaya Lingkungan.
Terpisah, Ketua Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas ITB, Suhono Harso Supangkat, menjelaskan, penilaian pada kategori peduli iklim ini, dilakukan secara khusus untuk mengetahui dukungan kota dalam menghadapi permasalahan perubahan iklim. Perubahan iklim ini berdampak pada panasnya permukaan bumi yang berasal dari peningkatan kadar CO2 atau karbon dioksida.
Suhono menyebutkan, indikator yang menjadi tolok ukur riset antara lain dukungan penggunaan energi terbarukan, meminimalisasi kendaraan, dan pengelolaan lingkungan. Selain itu, dia mengatakan, riset juga menilik soal substitusi energi, implementasi kendaraan hemat energi, penggunaan kendaraan umum, penambahan ruang terbuka hijau.
“Tolok ukur itu semua digunakan untuk melihat seberapa jauh suatu kota dapat mengelola berbagai sumber daya secara efektif dan efisien, menyelesaikan berbagai masalah, serta memberikan layanan yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya,” ujarnya.
Ekonomi hijau
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto mendukung upaya pengembangan ekonomi hijau (green economy) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah."Potensi (ekonomi hijau) di setiap daerah pasti besar," kata Kepala KPw BI Purwokerto Rony Hartawan seusai menghadiri puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 dan Hari Ulang Tahun Ke-76 Persatuan Wartawan Indonesia Tingkat Kabupaten Banyumas di Baturraden Adventure Forest, Banyumas.
Bank Indonesia akan sangat concern dengan peningkatan kapabilitas karena pengalaman. "Ini bukan isu bantuan dalam konteks finansial, tapi bagaimana meningkatkan paradigmanya dulu, mindset dari masyarakatnya," katanya.
Jika masyarakatnya sudah mau mengonsumsi pangan organik secara otomatis akan banyak produsen yang mengembangkan pertanian organik. Pola pikir masyarakat yang ingin sehat dengan mengonsumsi pangan organik itu yang akan ditumbuhkan oleh BI.
"Jadi, rencananya seperti itu, paralel, bagaimana juga mengembangkan pertanian digital misalkan, digital farming. Sehingga nanti bagaimana perkembangan pertanian itu bisa tidak hanya untuk kebutuhan lokal, bisa juga untuk ekspor," katanya.
Secara kebetulan saat sekarang sedang Presidensi G20 Indonesia 2022, sehingga banyak kesempatan untuk mengembangkan ekonomi hijau dan itu sudah menjadi keniscayaan.
"Kita harus kembangkan ke situ. Kalau enggak, nanti kita ketinggalan, enggak punya pasar untuk memasarkan produk-produk itu (ekonomi hijau, red.) karena pasar global mintanya barang-barang produksi yang dari green economy," katanya.
Bahkan, wisata yang berkaitan dengan hutan atau alam juga merupakan bagian dari ekonomi hijau. Sementara itu saat memberi sambutan dalam acara puncak peringatan HPN 2022 dan HUT Ke-76 PWI Tingkat Kabupaten Banyumas, Rony mengatakan saat sekarang perubahan iklim sudah menjadi keniscayaan.
Selain itu, masalah ekonomi hijau yang berkaitan dengan perubahan iklim sebenarnya sudah dibicarakan sejak dahulu. "Cuma yang namanya manusia, kadang-kadang baru mau bergerak kalau ada kasus. Kita pindah ke transformasi digital gara-gara pandemi. Apakah kita mau bergerak setelah terjadi pemanasan global, terjadi kelangkaan sumber daya, baru mau bergerak," katanya.
Oleh karena itu, Bank Indonesia bersama pemerintah lebih serius memikirkan ekonomi hijau. Terkait dengan hal itu, dia mengatakan dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 dibicarakan tentang bagaimana ekonomi hijau berjalan.
"Ekonomi hijau enggak sembarangan karena nanti negara-negara itu yang menjadi tempat kita ekspor tidak mau lagi terima kalau produknya dari hasil bahan bakar fosil, maunya dari bahan bakar yang green, sehingga otomatis ini terkait dengan perekonomian," katanya.
Rony mengatakan jika ekonomi hijau sudah dilaksanakan sampai tahun 2030 diprediksi bisa meningkatkan penyerapan tenaga kerja hingga 27,9 persen, kemudian penekanan karbondioksida bisa sampai 72 persen, dan ekspor hasil-hasil hutan bisa naik di atas 30 persen.
"Jadi, ekonomi hijau ini bicara konkret, bicara tentang bagaimana pemberdayaan masyarakat, bagaimana perekonomian tumbuh," katanya menegaskan.
Puncak peringatan HPN 2022 dan HUT Ke-76 PWI Tingkat Kabupaten Banyumas yang didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto dan PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah itu diisi dengan penanaman tumbuhan kantong semar (Nephentes adrianii) endemik Gunung Slamet serta diskusi konservasi yang mengusung tema "Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Hijau Banyumas yang Kuat, Berkelanjutan, Seimbang, dan Inklusif".
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.