Kabar Utama
BOR Rumah Sakit Turun Tipis
Jumlah kasus di Jakarta dan Bali telah melambung tinggi melebihi gelombang kedua tahun lalu.
JAKARTA – Keterisian tempat rawat di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) untuk pasien Covid-19 secara nasional dilaporkan berkurang per Selasa (8/2). Meski tidak signifikan, menurunnya BOR ini dinilai sebagai indikasi baik terkait fokus rumah sakit (RS) dalam merawat pasien yang mengalami gejala sedang, berat, hingga kritis.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, BOR rumah sakit per Selasa tercatat 23,86 persen atau turun tipis dari 24,77 persen pada Senin (7/2). Kemenkes mengimbau pasien tanpa gejala (OTG) atau pasien bergejala ringan untuk menjalani isolasi mandiri karena peluang sembuhnya sangat besar.
“Kita bisa terus meringankan beban rumah sakit dan tenaga kesehatan agar efektif menangani pasien bergejala sedang, berat, kritis, dan yang memiliki komorbiditas. Dengan mengimbau pasien OTG dan bergejala ringan untuk isolasi mandiri dan isolasi terpusat, mengurangi hingga 70 persen beban rumah sakit,” kata Nadia, Selasa (8/2).
Kemarin, kasus positif Covid-19 di Indonesia kembali melonjak dengan angka konfirmasi positif sebanyak 37.492 orang. Pada Senin (7/2), kasus positif tercatat 26.121 orang.
Dari 83 kasus kematian pada Selasa (8/2), DKI menyumbang hampir setengahnya atau 40 kasus. Kasus aktif atau orang yang kini sedang dalam proses penyembuhan telah mencapai 233.062 orang.
Nadia menambahkan, kondisi beberapa wilayah di Pulau Jawa-Bali saat ini terus dipantau. Gambaran terkini data konfirmasi kasus omikron menunjukkan sudah melebihi puncak gelombang kasus varian delta di beberapa daerah, seperti DKI Jakarta, Banten, dan Bali. Kendati begitu, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit belum menyamai puncak kasus delta pada Juli-Agustus 2021.
Pada Senin (6/2), kasus harian di DKI Jakarta sebanyak 15.825 kasus baru, melebihi puncak kasus delta yang mencapai 14.619 kasus. Namun, pasien yang dirawat di rumah sakit karena omikron berjumlah 9.364 atau setengah dari 18.824 pasien yang dirawat di puncak gelombang kedua akibat varian delta pada 2021 lalu.
Begitu juga dengan Banten yang mencatat konfirmasi positif Covid 4.885 kasus. Angka ini lebih tinggi dari kasus harian saat gelombang varian delta yaitu 3.994 kasus. Namun, pasien yang dirawat di RS berjumlah 966 orang, jauh lebih rendah dibanding pasien yang dirawat di puncak gelombang delta, yaitu 4.268 orang.
Sementara di Bali tercatat sebanyak 2.031 kasus, sedikit lebih tinggi dari puncak delta yaitu 1.910 kasus. Namun, pasien yang dirawat sebanyak 948 orang, jauh lebih sedikit dari puncak delta yaitu 2.263 kasus.
View this post on Instagram
Turunnya BOR juga terjadi di DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria mengatakan, BOR di ibu kota mengalami penurunan. Riza mengakui BOR di DKI sempat mencapai 63 persen. namun kini telah turun sedikit menjadi 60 persen meskipun belum dilakukan penambahan kapasitas tempat rawat. “Dari tempat tidur yang terpasang 5.913 itu, terpakai 3.554 (tempat tidur),” kata Riza.
Sementara itu, khusus untuk ICU, hingga kini terpakai sekitar 36 persen. Dari 850 yang ada, saat ini terpakai 310 tempat. Dibandingkan Juni-Juli tahun lalu, kenaikan ini juga bisa dibilang masih jauh. “Waktu itu ICU mencapai 1.500 (yang terpakai). Jadi (sekarang) tidak usah khawatir,” ujar dia.
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengimbau seluruh pemerintah daerah memperkuat aktivasi posko di tingkat desa dan kelurahan sampai RW/RT. Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Safrizal Zam mengatakan, aktivasi posko ini agar masyarakat yang tanpa gejala maupun bergejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri maupun terpusat di tempat yang telah disediakan.
“Penanganan di tingkat hulu ini penting untuk sebagai satu strategi mitigasi yang mengurangi tekanan di sektor hilir rumah sakit, sehingga BOR dapat terjaga, khususnya bagi pasien dengan gejala berat atau penyertaan komorbid,” ujar Safrizal.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pada gelombang varian omikron ini, terdapat dua provinsi yang jumlah kasusnya telah melambung tinggi dibanding saat gelombang kedua varian delta pada tahun lalu. Kedua provinsi tersebut adalah Jakarta dan Bali.
“Di DKI sendiri ada dua kabupaten/kota sekitarnya yang sudah naik juga, yaitu, Tangerang Selatan dan Depok. Sudah lebih tinggi dari puncaknya delta yang kemarin di bulan Juli,” kata Budi.
Budi juga mengingatkan masyarakat tidak panik dan mengurangi mobilitas ketika terjadi lonjakan kasus Covid-19. Hal ini bertujuan agar pandemi segera dapat diatasi. Jika langkah ini terus dilakukan masyarakat, Budi yakin, peningkatan kasus Covid-19 secara masif bisa segera ditekan. “Stay saja di rumah. Insya Allah, nanti di akhir Februari kita bisa mengatasi pandemi,” kata dia.
Ancam Nakes
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 yang diakibatkan varian omikron mulai mengancam tenaga kesehatan (nakes) di rumah sakit. Bila semakin banyak nakes yang terinfeksi, akan memengaruhi pelayanan kesehatan.
“Gelombang ini mulai mengancam nakes di rumah sakit. Kalau yang terinfeksi banyak dan mereka harus cuti, ketidaktersediaan nakes akan memengaruhi pelayanan. Hal ini dapat jadi masalah yang berat, seperti yang terjadi di Inggris. Saya harap itu tidak terjadi,” kata Zubairi dalam keterangannya, Selasa (8/2).
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih mengatakan, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) telah menerbitkan imbauan kepada seluruh dokter di Indonesia. Imbauan itu diterbitkan karena sudah mulai banyaknya dokter dan nakes yang terinfeksi serta meningkatnya angka kematian akibat Covid-19. “Setiap dokter yang melakukan kegiatan profesinya wajib mendapatkan vaksinasi tiga kali,” ujar Daeng.
Daeng mengatakan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) periode 30 Januari-5 Februari 2022, hasil skrining 9.161 staf di 34 rumah sakit di bawah Kemenkes sebanyak 10,25 persen atau sekitar 939 staf rumah dinyatakan positif. Dari data tersebut, 18 persen positivity rate pada staf manajemen, kemudian 8 persen positivity rate pada dokter, 7 persen positivity rate pada staf penunjang dan 8 persen positivity rate pada perawat.
Setiap dokter wajib melakukan swab PCR secara rutin minimal dua pekan sekali agar tidak menjadi sumber penularan bagi pasien, sejawat atau rekan kerja, anggota keluarga di rumah, serta masyarakat. Bila terkonfirmasi Covid-19, dokter wajib melaporkan ke IDI cabang dan perhimpunannya.
“Dokter yang terkonfirmasi Covid-19, termasuk kasus asimtomatis tetap harus isoman dan mendapatkan terapi adekuat. Kriteria dapat bertugas kembali adalah bila PCR sudah dua kali negatif dengan jarak pemeriksaan 24 jam,” ujar Daeng.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kenaikan kasus Covid-19 akibat omikron bisa lebih tinggi dibandingkan peningkatan kasus infeksi yang terjadi akibat penularan varian delta. Namun, Menkes Budi mengajak masyarakat tidak panik dan tetap waspada. Mantan wakil menteri BUMN ini mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia masih berperang melawan pandemi Covid-19.
“Kita masih berperang. Saya percaya Indonesia sudah berapa kali perang selalu menang. Yang penting kita mau kompak bekerja sama. Kita memanfaatkan konsep pertahanan semesta,” kata dia.
Menkes mengatakan, konsep pertahanan semesta merupakan strategi berperang bahwa rakyat yang paling berperan menentukan kalah atau menang. Peta kekuatan terbesar Indonesia, menurut dia, bukan berada pada kekuatan yang dimiliki pemerintah, melainkan kebersamaan masyarakat dalam menghadapi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Menurut dia, peralatan perang yang kini tersedia dan yang paling baik, yakni penggunaan masker hingga vaksinasi Covid-19 perlu segera dimanfaatkan masyarakat. “Kita bisa mengatasi perang menghadapi pandemi ini, tetapi bukan di kita kekuatannya. Kekuatannya ada di rakyat semua, ada di masyarakat semua. Senjatanya apa? Senjatanya adalah pakai masker dan cepat divaksin,” katanya.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menegaskan perlunya upaya untuk menurunkan kasus Covid-19 agar tidak ada kasus kematian. Wiku menegaskan pula, nyawa merupakan sesuatu yang berharga dan tidak boleh disepelekan, berapa pun jumlahnya.
“Nyawa tetaplah nyawa yang berharga. Saya percaya, apabila kita segera menurunkan kasus, angka kematian dapat kita tekan sehingga tidak ada satu pun orang meninggal,” ujarnya.
Wiku mengungkap, pada pekan terakhir, tercatat 244 korban jiwa meninggal karena Covid-19, sementara pada gelombang pertama delapan kali lebih banyak, yakni sebesar 2.000 orang. Kemudian setelah puncak gelombang kedua sebesar 6.000 orang atau 24 kali lebih banyak.
Ia mengatakan, persentase penyumbang kematian terbanyak adalah orang dengan usia lanjut, pengidap komorbid, dan orang yang belum divaksinasi. Menurut dia, jika angka kematian terus memuncak, hal ini berpeluang menyebabkan peningkatan kebutuhan alat, material, dan obat-obatan Covid-19 dalam jumlah besar.
Karena itu, Wiku mengingatkan, setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab sama pentingnya untuk mencegah penularan. Khususnya, bagi masyarakat yang berada dalam wilayah kenaikan kasus yang tinggi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.