Internasional
Amerika Serikat dan Rusia Tambah Pasukan
Indonesia siapkan kontigensi di Ukraina
KIEV -- Amerika Serikat (AS) dan Rusia masing-masing mengerahkan pasukannya ke seputar Ukrainia. AS telah mengerahkan tiga ribu personelnya ke Eropa Timur. Sedang Rusia meningkatkan jumlah personelnya di Belarus, dengan alasan untuk menggelar latihan militer.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan, pengerahan pasukan Rusia kali ini adalah yang terbesar sejak Perang Dingin.
"Dalam beberapa hari, kami menyaksikan pergerakan signifikan pasukan militer Rusia ke Belarus," kata Stoltenberg, Kamis (3/2). "Ini pengerahan terbesar oleh Rusia sejak Perang Dingin, yaitu sekitar 30 ribu personel," ujarnya.
Ia juga mencatat kehadiran pasukan operasi khusus Rusia, Spetsnaz. Sedangkan alat utama sistem senjata (Alutsista) Rusia yang diturunkan antara lain jet tempur SU-35, sistem pertahanan udara S-400, dan rudal Iskander yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu tiba di Belaru, Kamis. Ia dijadwalkan memeriksa pasukan Rusia dan Belarus. Kantor berita Interfax menyebutkan, Shoigu dijadwalkan untuk bertemu Presiden Belarus Alexander Lukashenko.
Latihan militer Rusia dan Belarus dijadwalkan berlangsung hingga 20 Februari. Ini menjadi alasan Rusia dalam mengerahkan pasukannya. Sementara ketegangan terkait Ukraina terus meningkat yang melibatkan NATO.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan, saat ini Rusia menempatkan sekitar 115 ribu personel militernya di perbatasan Rusia dan Ukraina. NATO termasuk anggotanya, AS dan Inggris, menuding Rusia akan menginvasi dan mengganti rezim Ukraina.
Rusia sendiri menampik tudingan itu. Pada Selasa (1/2), Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan balik menuding, Barat terutama AS justru telah memancing Rusia untuk "berperang".
Rusia mengatakan, pengerahan pasukannya adalah bagian dari latihan perang dalam menangkis serangan eksternal. Menurut mereka, pasukan itu akan ditarik pulang kembali saat latihan usai. Sejauh ini Rusia tidak mengungkapkan kapasitas militer yang dikerahkannya untuk latihan tersebut.
Pada Kamis, Rusia balik menuding AS meletupkan ketegangan karena menyatakan akan mengirim sekitar tiga ribu personel tambahan ke dua anggota NATO di Eropa Timur, yaitu Polandia dan Rumania.
Pentagon sendiri mengatakan, pengiriman pasukan tambahan itu akan menjadi sinyal kepada Putin dan dunia bahwa, "NATO penting bagi AS dan juga penting bagi sekutu-sekutu kami."
Ketegangan Ukraina ini kian memercik setelah AS dan NATO menolak proposal Rusia. Dalam proposalnya, Rusia meminta NATO tak mengizinkan Ukraina masuk aliansi tersebut. Rusia juga meminta NATO menarik kekuatannya dari Eropa Timur.
Pada Rabu, dokumen yang dibocorkan media Spanyol, El Pais, menyebutkan AS dan NATO sedang merancang langkah resiprokal untuk membangun rasa saling percaya dengan Rusia.
Sementara itu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dilaporkan berkunjung ke Kiev, Kamis. Sebelumnya, ia menawarkan diri untuk menengahi konflik antara Rusia dan Ukraina. Turki sendiri termasuk anggota NATO.
Siapkan Kontigensi
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengatakan, saat ini keadaan warga negara Indonesia (WNI) di Ukraina aman. Kondisi di Ukraina juga terpantau masih normal hingga kini.
Judha mencatat terdapat 131 WNI di Ukraina yang tersebar di beberapa kota, termasuk paling banyak 78 WNI berada di Kiev. Hingga kini, Kementerian Luar Negeri RI terus memantau perkembangan situasi di negara tersebut.
"Dalam pantauan kami, WNI dalam kondisi aman, kami akan selalu memonitor situasi yang ada dan kami sudah membangun rencana kontingensi jika terjadi eskalasi di Ukraina," ujar Judha dalam press briefing secara virtual, Kamis (3/2).
Judha menjelaskan rencana kontigensi memuat tiga tahap diantaranya status darurat 3, 2, dan satu yang di dalamnya terdapat parameter masing-masing langkah yang ditetapkan oleh pihak perwakilan Indonesia di luar negeri termasuk di Ukraina. Sementara Keputusan mengevakuasi WNI di Ukraina harus didasarkan pada asesmen kantor perwakilan Indonesia.
"Kedutaan Besar RI di Kyiv akan berikan masukan tingkatan ancaman bagi WNI berikut membahas bersama Jakarta rencana kontijensi yang diperlukan," ujar dia.
Judha juga menekankan agar WNI yang berada di Ukraina, Georgia, dan Armenia untuk lapor diri secara daring. Hal ini guna mendata WNI yang berada di luar negeri agar komunikasi dapat terjalin. "KBRI kita di Kiev sudah menjalin komunikasi terhadap 131 WNI di sana, dan mengimbau para WNI yang belum lapor diri untuk lapor diri, dan untuk tetap waspada dan terus berkomunikasi dengan KBRI," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.