Internasional
Putin: Amerika Serikat Pancing Rusia
Putin berkomentar langsung pertama kalinya sejak krisis Ukraina memercik.
MOSKOW -- Presiden Vladimir Putin, Selasa (1/2), menuduh Barat sengaja menciptakan skenario yang dirancang memancing Rusia berperang dan mengabaikan keprihatinan keamanan Rusia di Ukraina. Ini pernyataan langsung Putin yang pertama kalinya mengenai krisis Ukraina selama hampir enam pekan.
Putin tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur dari tuntutan keamanannya yang diajukan ke Barat. Sementara Barat mengatakan permintaan tersebut tidak masuk akal dan hanya alasan untuk menggelar invasi. Tuduhan ini dibantah Moskow.
"Sekarang sudah jelas, kekhawatiran fundamental Rusia diabaikan," kata Putin dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri (PM) Hungaria Victor Orban, salah satu kepala negara anggota NATO yang mencoba menengahi krisis Ukraina, Selasa.
Putin menggambarkan potensi skenario masa depan jika Ukraina bergabung dengan NATO. Jika itu terjadi, Ukraina mungkin saja akan mencoba merebut kembali Semenanjung Krimea yang Rusia duduki sejak 2014 lalu.
"Mari bayangkan Ukraina adalah anggota NATO dan memulai operasi militer itu, apakah kami harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada orang yang memikirkannya? Tampaknya tidak," katanya.
Putin tidak membahas krisis Ukraina sejak 23 Desember tahun lalu. Ini menimbulkan pertanyaan mengenai sikap pribadinya. Sementara diplomat AS dan Rusia terlibat dalam beberapa pembicaraan.
Putin mengatakan, Washington tidak khawatir dengan keamanan Ukraina, tapi ingin mengekang Rusia. "Dalam hal ini, Ukraina hanyalah alat untuk meraih tujuan itu," katanya.
"Semua itu bisa dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda, dengan cara menarik kami dalam semacam konflik bersenjata dan dengan bantuan sekutu-sekutu mereka di Eropa, lalu memaksakan sanksi-sanksi keras yang dijatuhkan pada kami yang mereka bicarakan saat ini di AS," katanya.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengatakan setelah berbicara dengan Putin, ia yakin masih terdapat ruang untuk berkompromi. Sementara urusan dalam negeri Orban sendiri menjadi pembahasan para kepala negara-negara Barat.
"Hari ini saya yakin perbedaan posisi yang ada dapat dijembatani dan masih memungkinkan untuk menandatangani perjanjian yang akan menjamin perdamaian, menjamin keamanan Rusia, dan juga diterima negara-negara anggota NATO," kata Orban.
Rusia mengerahkan lebih dari 100 ribu personel pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina. Negara-negara Barat khawatir Putin berencana melakukan invasi.
Rusia membantah tuduhan itu, tapi mereka menegaskan akan mengambil tindakan militer kecuali tuntutan keamanan mereka dipenuhi. Sebaliknya, negara-negara Barat memperingatkan akan ada sanksi berat bila Moskow memutuskan menginvasi Ukraina.
Pekan lalu Barat resmi menolak permintaan Rusia untuk melarang Ukraina bergabung dengan NATO dan menarik pasukan NATO dari Eropa Timur. Rusia belum memberi sinyal apa langkah mereka berikutnya dan Kremlin masih menegaskan Putin akan meresponsnya.
Ukraina Tingkatkan Militer
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menandatangani dekret untuk menambah lebih dari 100 ribu personel angkatan bersenjata Ukraina selama tiga tahun ke depan. Dekret itu juga menyebutkan rencana kenaikan gaji prajurit. Langkah ini diambil saat pemimpin-pemimpin Eropa menegaskan dukungan mereka dalam menghadapi Rusia.
Zelenskiy meminta anggota parlemen untuk tetap tenang dan tidak panik. "(Perintah ini) tidak karena kita akan segera berperang, tapi di masa yang akan datang dan sekarang akan ada perdamaian di Ukraina," katanya, Selasa (1/2).
Saat ini jumlah pasukan angkatan bersenjata Ukraina sebanyak 250 ribu personel. Ini tentu jauh lebih rendah dibanding Rusia yang memiliki sekitar 900 ribu personel. Ukraina mengatakan, mereka sedang mengerjakan peningkatan kerja sama dengan Polandia dan Inggris "dalam kontek agresi Rusia saat ini".
Ketika berkunjung ke Kiev, Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan, Warsawa siap membantu memasok senjata dan gas ke Ukraina. Polandia juga siap memberi bantuan ekonomi dan kemanusiaan. "Hidup bertetangga dekat dengan Rusia, seperti hidup di kaki gunung berapi," kata Morawiecki.
Bocoran Dokumen
Amerika Serikat diendus siap merintis kesepakatan keamanan dengan Rusia, terkait penempatan rudalnya di Eropa. Namun, kesepakatan ini hanya akan terjalin jika Rusia juga mundur dari unjuk kekuatan di perbatasan Ukraina.
Berita tersebut dimuat harian berbahasa Spanyol, El Pais, Rabu (2/2). Media tersebut mengutip dua dokumen yang diyakini sebagai balasan tertulis AS dan Organisasi Pakta Pertahanan Altantik Utara (NATO) atas proposal Rusia. Rusia dilaporkan mengajukan proposal keamanan baru di Eropa.
Kementerian Luar Negeri AS menolak berkomentar mengenai laporan El Pais. Sedangkan NATO menyatakan, mereka tidak akan pernah berkomentar pada "laporan yang diduga bocor".
Namun, isi dokumen tersebut amat mencerminkan pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pekan lalu di hadapan media. Saat itu, ia membeberkan sikap NATO atas tuntutan Rusia.
Sedangkan dalam dokumen AS, ditandai amat rahasia "non-paper". Dalam dokumen disebutkan, AS siap berdiskusi dengan NATO tentang "mekanisme transparansi untuk memastikan bahwa tidak ada rudal jelajah Tomahawk di lokasi Aegis Ashore di Rumania dan Polandia".
Mekanisme itu, kata dokumen AS, hanya akan diwujudkan asalkan Rusia "menawarkan langkah transparansi resiprokal di dua pangkalan peluncuran rudal yang kami pilih, di Rusia." Namun, AS menyebutkan akan berkonsultasi dengan NATO terlebih dulu mengenai hal ini, terutama dengan Rumania dan Polandia.
Aegis Ashore adalah sistem pertahanan untuk menangkis rudal jarak pendek atau menengah. Namun, Rusia mengeklaim bahwa dahulu, AS dapat saja menyerang teritori Rusia dengan rudal jarak menengah Tomahawk yang ditempatkan di lokasi Aegis Ashore.
Sedangkan Juru Bicara Istana Kremlin, Dmitry Peskov, menolak untuk berkomentar tentang dokumen yang bocor ini. Ia hanya mengatakan, "Kami tidak merilis apapun."
Saat ditanya kantor berita RIA Novosti, Kementerian Luar Negeri Rusia juga tak memberi kepastian. Kementerian itu menolak mengkonfirmasi atau menyangkal bahwa dokumen yang diterbitkan El Pais otentik.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.