Hikmah
Memaafkan Kesalahan
Orang yang pemaaf akan mendapatkan banyak kebaikan di dunia dan di akhirat.
Oleh NUR FARIDAH
OLEH NUR FARIDAH
Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi itu, terkadang ada kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan, baik disengaja maupun tidak. Dalam kondisi itu, Islam mengajarkan untuk tak hanya meminta maaf dengan tulus sepenuh hati, tapi juga memaafkan.
Allah berfirman, “... Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS an-Nur [24]: 22).
Memberi maaf terkadang begitu sulit dilakukan. Apalagi jika kesalahan yang harus dimaafkan itu dirasakan sangat besar dan berat. Terkait dengan harga diri, reputasi dan nama baik. Bukannya memaafkan, terkadang malah marah, sakit hati, benci hingga dendam yang tertanam di dalam hati. Lalu, berpikir dan mencari-cari cara untuk membalas balik dengan keburukan yang sama, bahkan lebih.
Pada ayat di atas, Allah menyuruh manusia untuk memaafkan dan berlapang dada atas keburukan yang ditimpakan oleh orang lain. Dengan kata lain, Allah melarang manusia untuk melakukan balas dendam, apalagi pembalasan yang lebih dari yang ia terima.
Tidak ada baiknya balas dendam. Ibaratnya, api dibalas dengan api, maka akan semakin berkobar; yang kalah jadi abu, yang menang jadi arang.
Dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, ayat di atas turun terkait Abu Bakar yang begitu marah kepada Misthah, pelayannya, yang ikut menyebarkan fitnah terhadap Aisyah (hadis ifki) yang berasal dari Abdullah bin Ubay tokoh munafik. Dia memfitnah Aisyah berlaku tak terpuji dengan Shafwan, sahabat dekat Rasulullah. Padahal, Shafwan sangat memuliakan dan menghormati istri beliau itu.
Fitnah terhadap Aisyah menjadi ujian berat bagi rumah tangga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Ini menyangkut harga diri, reputasi dan nama baik. Karena itu, Abu Bakar marah terhadap Misthah bin Utsatsah yang ikut-ikutan menyebarkan fitnah tersebut. Ia pun bersumpah takkan menyantuninya lagi.
Namun, setelah turun wahyu yang membersihkan Aisyah dari segala tuduhan, Abu Bakar juga diingatkan untuk memaafkan kesalahan. Ia pun memaafkan Misthah dan menyantuninya kembali.
Allah menegaskan bahwa orang yang gemar memaafkan adalah orang bertakwa, “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS Ali ‘Imran [3]: 133-134)
Orang yang gemar memaafkan juga akan dijamin akan dimaafkan oleh Allah di akhirat, seperti dikatakan Rasulullah, “Barang siapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan (akhirat).” (HR ath-Thabrani).
Orang yang pemaaf adalah orang mulia di sisi Allah dan akan mendapatkan banyak kebaikan di dunia dan di akhirat.
Wallahu a’lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.