Kabar Utama
Pedagang Tunggu Pasokan Minyak Goreng Murah
Pedagang tetap mematok harga minyak goreng di kisaran Rp 19 ribu per liter karena stok lama.
BOGOR -- Pemerintah berencana memperluas program minyak goreng satu harga ke pasar tradisional mulai hari ini, Rabu (26/1). Namun, sebagian besar pedagang pasar mengaku belum bisa menjual minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter karena belum mendapat pasokan.
Seorang pedagang di Pasar Induk Jambu Dua, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat, Iman (38 tahun) menceritakan, pihak distributor beberapa waktu lalu sempat menarik beberapa lusin minyak goreng yang telah disebar ke para pedagang. Berdasarkan informasi dari distributor, kata Iman, penarikan itu dilakukan karena akan ada penyesuaian harga minyak goreng untuk pasar tradisional.
Kendati demikian, Iman tak kunjung mendapatkan informasi lanjutan atau kepastian dari distributor terkait pasokan minyak goreng murah.
“Jadi, pokoknya kita menunggu distributor (memberikan produk) dengan harga murah. Distributornya dulu disubsidi, baru kita bisa ngikutin (jual minyak harga murah),” kata Iman ketika ditemui di tokonya, Selasa (25/1).
Iman mengaku menjual minyak goreng dengan harga Rp 20 ribu per liter. Modal yang dikeluarkan sebelumnya untuk membeli minyak dari distributor, yakni sebesar Rp 218 ribu per lusin atau sekitar Rp 18 ribu untuk satu liter.
“Jadi saya jual masih Rp 20 ribu, dapat modalnya masih mahal. Dari distributornya belum ada informasi buat ngasih di bawah harga Rp 14 ribu,” kata Iman.
Pedagang lain di Pasar Induk Jambu Dua bernama Ijul (27 tahun), juga masih menjual minyak goreng kemasan 2 liter seharga Rp 38 ribu. Sama dengan Iman, ia belum mendapat pasokan minyak goreng dengan modal di bawah Rp 14 ribu per liter.
Stok minyak goreng di tokonya juga masih tersisa banyak. Ia memilih untuk tidak mengembalikan barang ke distributor agar pembeli yang datang ke tokonya masih bisa mendapatkan minyak goreng.
“Saya mah, kalau memang mau beli harga Rp 38 ribu silakan, tapi kalau enggak jadi beli enggak apa-apa. Daripada enggak ada barang,” tutur Ijul.
Direktur Utama Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ) Muzakkir mengatakan, harga minyak goreng di pasar-pasar Kota Bogor masih berada di angka Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu per liter. “Mungkin karena masih stok lama. Biasanya setelah satu pekan, mungkin baru bisa sesuai harganya," kata dia.
Di Kota Tangerang Selatan, Banten, sejumlah pedagang mengaku belum mengetahui informasi adanya rencana pemberlakuan minyak goreng satu harga di pasar tradisional. Per Selasa (25/1), harga minyak goreng di Kota Tangsel masih berkisar di angka Rp 38 ribu per dua liter.
Pedagang mengatakan, harga tersebut kemungkinan juga masih berlaku hingga beberapa hari ke depan. Rizal, salah satu pedagang di Pasar Serpong, Tangsel, mengatakan, belum memperoleh informasi mengenai penentuan harga Rp 14 ribu per liter di pasar tradisional.
Menurut dia, para pedagang akan tetap mematok harga minyak goreng di kisaran Rp 19 ribu per liter karena merupakan stok lama. "Tergantung modalnya, itu saja modalnya Rp 18.200 per liter. Harga segitu saja untungnya kecil, bagaimana mau jual Rp 14 ribu per liter," katanya sambil terkekeh.
Pengawas Operasional Pasar Serpong, Budi Uripto, mengaku belum mendapat informasi dari pihak Dinas Perdagangan (Disperindag) Tangsel untuk memberlakukan satu harga minyak goreng di Pasar Serpong. Namun, dia menyebut, sempat ada rencana operasi pasar untuk minyak goreng. Namun, operasi pasar itu tidak terealisasi.
"Disperindag menawarkan ke kami mau ada operasi pasar minyak goreng, tetapi setelah berdiskusi, ternyata stok di pedagang banyak, makanya dibatalkan," tuturnya.
Lantaran belum adanya informasi penentuan satu harga minyak goreng, harga di Pasar Serpong kemungkinan tetap akan tinggi. Namun, Budi mengaku, siap mengoordinasikan jika Disperindag Tangsel memberikan instruksi terkait program minyak goreng satu harga dan telah berkomunikasi dengan pemasok.
Pedagang sembako di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, juga belum mendapatkan informasi mengenai program minyak goreng satu harga di pasar tradisional.
“Info itu harusnya kami yang pertama tahu. Tapi sampai sekarang kami belum dapat info tersebut baik dari distributor maupun pemerintah daerah," kata Kautsar, salah satu pedagang di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Bertahap
Direktur Bahan Pokok dan Penting Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan, beberapa produsen sudah menarik stok dengan harga lama dari para pedagang. Ia mengatakan, penyediaan minyak goreng murah membutuhkan proses agar dapat tersedia secara masif di seluruh Indonesia.
Ia mengakui, penyediaan minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter, belum merata di semua daerah. "Memang belum merata, baru sebagian kecil," katanya kepada Republika, Selasa (25/1).
Sementara itu, Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPIS) menyebut, para pedagang pasar mulai Rabu ini bisa mulai membeli minyak goreng dengan harga murah, sehingga harga jual ke konsumen dapat diturunkan menjadi Rp 14 ribu per liter.
Ketua APPSI Sudaryono mengatakan, hal tersebut telah dijanjikan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag.
"Saya apresiasi janji dari Kemendag, tinggal bagaimana nanti teknisnya. Kelihatannya memang Kemendag lebih melibatkan dinas-dinas perdagangan," kata Sudaryono, kemarin.
Pihaknya menyayangkan Kemendag yang tidak melibatkan asosiasi pedagang secara aktif sejak kebijakan minyak goreng satu harga diumumkan pada pekan lalu. "Teman-teman asosiasi agak kecewa, tapi ya kita redam saja. Pemerintah sedang susah jadi kita harus bantu," ujarnya.
Ia mengatakan, APPSI baru akan melakukan koordinasi teknis dengan Kemendag pada Rabu ini. Sudaryono mengatakan, koordinasi tersebut sebetulnya sudah terlambat. "Tapi tidak apa-apa, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," ujarnya.
Sudaryono menyatakan, APPSI berkomitmen dan siap membantu pemerintah untuk memperlancar program minyak goreng satu harga. Ia pun meminta agar pemerintah bersikap adil antara toko ritel modern dan pasar tradisional.
Pasalnya, saat program bergulir di toko ritel modern, para pedagang kecil merasa kecewa kepada pemerintah karena dinilai lebih mengutamakan korporasi ketimbang para pedagang yang ada di pasar-pasar tradisional.
‘Kami Kehilangan Pembeli’
Program minyak goreng satu harga yang lebih dulu dijalankan di toko ritel modern dikeluhkan pedagang pasar tradisional. Omzet pedagang pasar berkurang karena harga di toko ritel modern lebih murah, yaitu Rp 14 ribu per liter. Sementara, pedagang pasar tak bisa menurunkan harga karena stok minyak goreng yang dimiliki dibeli dengan harga yang sudah tinggi.
Seorang pedagang di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Hakim (47 tahun) menceritakan, ia biasanya mampu menjual lima dus minyak goreng kemasan sebelum program minyak goreng satu harga diberlakukan di toko ritel modern. Saat ini, menurut dia, stok satu dus minyak goreng yang dimilikinya pun masih tersisa banyak.
"Kalau mau fair, harusnya semua sama. Sekarang kan di minimarket saja. Kalau seperti ini, pedagang di pasar yang rugi. Kami kehilangan pembeli," kata Hakim saat berbincang dengan Republika, Selasa (25/1).
Hakim mengaku, membeli minyak goreng kemasan dari distributor dengan harga Rp 16.250 per 900 mililiter (ml). Ia kemudian menjual kembali kepada konsumen dengan harga Rp 17.500 per 900 ml. "Jadi ya kami belum bisa jual dengan harga lebih murah," ujar dia.
Program minyak goreng satu harga telah dijalankan di toko ritel modern sejak Rabu pekan lalu. Kementerian Perdagangan memilih untuk menerapkan terlebih dahulu program tersebut di toko ritel modern karena lebih mudah dari sisi administrasi. Sesuai rencana, pemberlakuan minyak goreng satu harga dijeda satu pekan setelah diterapkan di toko ritel modern.
Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Pasar (Inkoppas), Ngadiran, turut menyayangkan kebijakan program minyak satu harga yang tidak dijalankan bersamaan antara toko ritel modern dan pasar tradisional. Menurut Ngadiran, program minyak goreng murah di toko ritel modern juga banyak terdapat kelemahan.
Ia mengatakan, meski pembelian dibatasi, masyakat masih memiliki celah untuk membeli kembali di toko ritel lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menumpuk stok dalam jumlah lebih banyak.
Sementara itu, menurut dia, para pedagang kecil yang membutuhkan minyak goreng dengan modal terbatas, tidak mendapatkan pasokan minyak goreng satu harga. "UMKM menjerit. Saya berbicara ini demi komunitas pedagang dan masyarakat,” katanya.
View this post on Instagram
Ngadiran pun berharap Kemendag dapat melibatkan, baik asosiasi maupun koperasi pedagang pasar. Dia mengatakan, akibat minimnya pelibatan, rencana penerapan kebijakan tersebut di pasar tradisional menjadi belum jelas.
Para pedagang tidak mendapatkan informasi yang jelas karena Inkoppas juga tidak dapat menyampaikan detail teknis kebijakan tersebut. "Kita akan bantu pemerintah karena sudah berpengalaman sejak tahun 1980, karena pemerintah sejak dulu selalu melibatkan pedagang dalam setiap kebijakannya," kata Ngadiran.
Berbeda dengan di banyak daerah, pedagang sembako di pasar Kota Bukittinggi sudah menjual minyak goreng kemasan satu harga sejak beberapa hari terakhir. Namun, minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter hanya untuk beberapa merek.
“Untuk merek Sari Murni dan Gurih sudah Rp 14 ribu per liter. Kalau yang lain kami beli saat harga belum turun," kata pedagang di Simpang Lambau Kota Bukittinggi, Aan, Selasa (25/1).
Aan mengatakan, dirinya belum bisa menjual minyak goreng kemasan, seperti merek Bimoli, Sunco, Tropical, Mitra, dan Kuwali dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Sebab, ia membeli stok tersebut saat harga masih di atas Rp 20 ribu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.