Ekonomi
Prospek Saham BUMN Konstruksi Masih Menarik
BUMN konstruksi memiliki prospek yang menarik.
JAKARTA — Saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor konstruksi dinilai memiliki prospek yang menarik pada l 2022. Pulihnya aktivitas bisnis dari dampak pandemi Covid-19 disebut mampu mendongkrak kinerja dan pertumbuhan kontrak baru PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk maupun PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Andreas Kristo Saragin mengatakan, penyelesaian proyek besar, seperti LRT Jabodetabek dan Jalan Tol Aceh-Sigli pada 2022, penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) Adhi Commuter Property (ADCP), serta pelaksanaan rights issue akan menjadi katalis positif bagi emiten bersandi saham Adhi Karya.
Per September 2021, kontrak baru emiten bersandi saham ADHI ini mengalami pertumbuhan sebesar 82,3 persen secara year-on-year (yoy). ADHI mencatatkan perolehan kontrak baru sebesar Rp 11,3 triliun hingga sembilan bulan pertama 2021.
"Kami memproyeksikan, ADHI dapat meraih tambahan kontrak baru sekitar Rp 12 triliun sampai akhir 2021 dengan pertimbangan nilai tender proyek yang saat ini diikuti sebesar Rp 30 triliun dan banyaknya tender proyek pemerintahan yang digelar di kuartal IV 2021," kata Andreas dalam risetnya dikutip, Selasa (4/1).
Setelah melaksanakan proyek LRT Jabodetabek Fase I, Andreas memperkirakan, ADHI juga memiliki peluang untuk mendapatkan kontrak proyek LRT Jabodetabek Fase II dengan memperhitungkan beberapa faktor, seperti selesainya proses konstruksi di tahap I, keterlibatan ADHI di proyek TOD, dan adanya program spesialisasi di BUMN Karya.
Katalis positif lainnya bagi ADHI, yaitu penerimaan pembayaran proyek sekitar Rp 6 triliun pada kuartal IV 2021. Sekitar Rp 2,5 triliun dan Rp 2,2 triliun diestimasi berasal dari pembayaran proyek LRT Jabodetabek Fase I dan Proyek Jalan Tol Aceh-Sigli.
IPO ADCP pada pertengahan kuartal IV 2021 juga akan mendongrak kinerja saham ADHI. Andreas melihat, kinerja ADCP akan lebih meningkat setelah IPO yang disebabkan oleh beroperasinya LRT Jabodetabek Fase I dan pemulihan ekonomi.
Samuel Sekuritas Indonesia pun mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ADHI dengan target harga Rp 1.420. Meski demikian, risiko yang perlu diantisipasi adalah melesetnya penerimaan pembayaran proyek yang dapat mengganggu cash flow dan pencapaian kontrak baru yang lebih rendah dari proyeksi.
Menurut Andreas, Wijaya Karya juga memiliki prospek yang menarik. Andreas memproyeksikan kinerja emiten bersandi saham WIKA ini akan meningkat dalam tiga tahun mendatang. Hal ini didukung oleh pertumbuhan double digit pada kontrak baru dan tingkat burn rate yang akan pulih bertahap.
Andreas memproyeksikan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) kontrak baru WIKA dapat mencapai 23,3 persen hingga 2023 yang ditopang oleh perusahaan BUMN, seperti PT Pertamina (Peresero), PT Pelindo, PT PLN (Persero), dan PT Angkasa Pura (Persero) yang mulai kembali mengalokasikan belanja modalnya pada tipe-tipe pekerjaan yang menjadi spesialisasi WIKA.
Andreas optimistis tingkat burn rate yang menyentuh titik terendah di 14 persen pada 2020 akan secara bertahap pulih ke tingkat 20 persen pada 2023. Posisi neraca yang kuat, nilai order book yang besar, setoran modal negara pada BUMN yang menjadi pelanggan WIKA, dan meningkatnya aktivitas bisnis menjadi katalis utama dari pemulihan burn rate.
View this post on Instagram
Selain itu, tender proyek dan penerimaan pembayaran juga akan menjadi katalis positif. Andreas memproyeksikan WIKA dapat meraih sekitar Rp 15 triliun tambahan kontrak baru pada periode September-Desember 2021 dengan mempertimbangkan nilai tender yang saat ini diikuti oleh WIKA.
Dari segi penerimaan pembayaran, WIKA diharapkan dapat menerima setidaknya Rp 4 triliun yang berasal dari proyek HSR, proyek terminal Kijing, dan proyek Jalan Tol Kunciran-Cengkareng.
Dengan berbagai katalis positif ini, menurut Andreas, saham WIKA cukup layak untuk dikoleksi oleh investor. "Kami mempertahankan rating buy pada WIKA dengan target price terbaru sebesar Rp 1.440," kata Andreas.
Demikian halnya dengan Waskita Karya, Andreas menilai, saham emiten bersandi WSKT ini juga memiliki prospek yang cemelang ke depannya. Pelaksanaan rights issue serta penerimaan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahap kedua pada 2022 akan menjadi katalis positif bagi WSKT.
"Kami memproyeksikan dampak positif setelah dilakukannya rights issue, seperti pertumbuhan kontrak baru dan tingkat burn rate yang lebih tinggi yang berasal dari proyek-proyek yang menjadi tujuan penggunaan dana rights issue," kata Andreas.
Katalis positif lainnya bagi WSKT, yaitu rencana divestasi jalan tol pada 2022. WSKT memproyeksikan dapat melakukan lima divestasi jalan tol pada tahun ini dan mendapatkan dana segar sekitar Rp10 triliun-Rp 12 triliun. Dengan demikian, nilai utang WSKT akan turun sebesar Rp 10 triliun akibat dekonsolidasi utang.
Selain itu, diperkirakan WSKT dapat membukukan laba atas penjualan aset sebesar Rp 2 triliun atas transaksi tersebut. Andreas pun merekomendasikan membeli saham WSKT dengan target harga Rp 1.220.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.