Ekonomi
Bulog Jaga Pasokan Beras
Stok beras Bulog masih aman hingga awal kuartal I 2022 meski panen diprediksi mundur.
JAKARTA — Perum Bulog menyatakan, musim panen padi pertama pada 2022 diproyeksi mundur. Diperlukan antisipasi dalam menjaga pasokan agar kebutuhan beras nasional tetap aman demi mencegah lonjakan harga pada awal tahun.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, musim panen padi pertama diperkirakan mundur dari mulai Februari menjadi Maret-April. Mundurnya musim panen disebabkan pengaruh El Nino.
"Prediksi kita Januari belum ada panen, tapi stok yang ada di Bulog masih memadai, jadi tidak usah khawatir Bulog masih punya stok yang memadai," kata Budi dalam konferensi pers di Kantor Pusat Bulog Jakarta, Selasa (28/12).
Budi mengatakan, berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), total produksi beras pada kuartal I 2022 masih mencapai 11,6 juta ton meskipun belum memasuki panen raya. Adapun rata-rata konsumsi selama tiga bulan sekitar 7,8 juta ton atau 2,6 juta ton beras per bulan.
Sementara itu, total stok beras di gudang Bulog hingga akhir tahun ini mencapai satu juta ton. "Jadi, saya sampaikan, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai bahan pangan dasar khususnya beras karena situasinya masih surplus,” ujar Budi.
Budi menyebutkan, total pengadaan beras Bulog dari dalam negeri mencapai 1,2 juta ton sepanjang 2021. Serapan yang tinggi itu mengamankan situasi perberasan domestik yang ditunjukkan dengan tidak adanya impor dalam tiga tahun terakhir.
"Penyerapan beras dalam negeri ini sangat membantu petani Indonesia yang kesulitan menjual beras mereka selama pandemi Covid-19 dan juga mempertahankan prestasi pemerintah untuk tidak impor beras selama tiga tahun terakhir,” kata Budi.
Bulog menargetkan, akan kembali melakukan pengadaan atau penyerapan gabah setara beras sebanyak 1,2 juta ton pada tahun depan. Sementara itu, dengan cadangan stok beras yang tetap dijaga dalam rentang satu juta sampai 1,5 juta ton, Bulog memastikan, kebutuhan beras pada tahun depan akan aman sehingga impor beras dapat kembali dihindari.
Budi mengatakan, selain menjaga stabilitas harga di tingkat petani, Bulog juga berperan penting dalam menjaga stabilitas harga beras di tingkat konsumen dengan melaksanakan operasi pasar ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) sepanjang 2021.
Sebelumnya, BPS mencatat, terdapat kenaikan harga gabah dan beras selama bulan lalu. Meski mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya, tingkat harga tahun ini masih lebih rendah dari tahun lalu.
Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani secara bulanan naik 0,91 persen menjadi Rp 4.650 per kilogram (kg). Namun, jika dibandingkan November 2020, harga tersebut masih lebih rendah sekitar 1,52 persen.
Sementara itu, untuk rata-rata harga beras di penggilingan secara bulanan naik 0,81 persen menjadi Rp 9.248 per kg. Namun, harga itu turun 2,48 persen dibandingkan November 2020. Di tingkat konsumen, BPS mencatat, harga beras di tingkat grosir naik 0,7 persen sedangkan di level eceran naik tipis sekitar 0,03 persen.
View this post on Instagram
Bayar utang
Pemerintah diharapkan dapat segera melunasi utang kepada Bulog yang angkanya mencapai Rp 4,5 triliun. Utang tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan Bulog dalam program penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) untuk keperluan bantuan sosial bagi masyarakat.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, pemerintah sudah siap melakukan pembayaran utang. Hanya, masih terdapat kendala dalam birokrasi antarkementerian.
"Memang negara (Kementerian Keuangan) sudah siap bayar, tapi karena ada peraturan menteri sosial (permesnsos) harus diubah, jadi ada kendala," kata Buwas, sapaan akrab Budi Waseso.
Buwas mengatakan, utang pemerintah akan sangat membantu Bulog dalam meringankan beban keuangan perusahaan. Hal ini karena proses penyerapan dan pengadaan beras dalam negeri untuk menjaga pasokan CBP menggunakan dana pinjaman dari perbankan.
Di satu sisi, saat ini, ruang bagi Bulog untuk menyalurkan CBP sangat kecil karena tidak adanya penugasan berkelanjutan dari pemerintah untuk menyalurkan beras. Sejauh ini, Bulog hanya mengandalkan penyaluran beras dalam operasi pasar untuk stabilisasi harga serta bantuan bencana alam.
"Tentu, ini efeknya berkaitan dengan bunga utang. Semakin utang tidak terbayar maka semakin besar bunganya. Sementara beras, semakin tidak digunakan semakin turun kualitasnya," katanya.
Saat ini, Bulog tercatat memiliki utang ke perbankan mencapai Rp 13 triliun. Utang terus membengkak karena bunga utang yang terus bertambah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.