Nasional
Survei: Ganjar-Erick Berpeluang
Ganjar, Anies, Prabowo bersaing sehingga pilihan pendamping akan menentukan.
JAKARTA -- Tren keterpilihan alias elektabilitas tokoh-tokoh yang digadang-gadang bersaing pada Pemilihan Presiden (PIlpres) 2021 mulai bergeser. Tokoh-tokoh baru dan berusia relatif muda kini mulai tampil kemuka.
Yang terkini, Charta Politika Indonesia melakukan simulasi terhadap tiga pasangan calon presiden dalam survei nasional terbarunya. Diketahui Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, tertinggi di sejumlah simulasi.
Pada simulasi pertama, Charta Politika memasangkan sejumlah nama yang sering muncul di pemberitaan. Hasilnya Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil unggul 34,8 persen.
"Peringkat pertama ada Ganjar Pranowo dengan Ridwan Kamil dengan 34,8 persen. Di peringkat kedua, Anies Baswedan dengan AHY dengan 26 persen, dan Prabowo denga Puan Maharani dengan 19,2 persen, tidak tahu tidak jawab masih 20 persen," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya secara daring, Senin (20/12).
Pada simulasi kedua, Ganjar dicoba dipasangkan dengan Erick Thohir, Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Prabowo Subianto dengan Puan Maharani. Hasilnya Ganjar-Erick unggul.
"Masih sama polanya, jadi terangkat nama Ganjar Pranowo, Ganjar dengan Erick Thohir dengan 33,9 persen, Anies -AHY dengan 26,2 persen, dan Prabowo Puan di angka 20, 3 persen dan undecided voters di angka 19,6 persen," ucapnya.
Pada simulasi ketiga, Ganjar kembali unggul jika disandingkan dengan Sandiaga Uno dengan 36,3 persen. Anies Baswedan dan Airlangga Hartarto di urutan kedua dengan 24,8 persen, dan Prabowo-Puan 18,7 persen.
"Terakhir kita buat simulasi agak berbeda nama yang baru muncul, bisa disebut sbeagai kuda hitam dan ada sebagian di militer, Ganjar Pranowo dengan Andika Perkasa, lalu melawan Anies kita simulasikan berbeda dengan Cak Imin, Prabowo Puan dengan angka paling tinggi Ganjar Pranowo - Andika dengan 33,2 persen, Anies-Cak Imin 23 persen, dan Prabowo Puan dengan 20,8 persen, dan undecide voters 23,1 persen," jelasnya.
Untuk diketahui survei dilakukan pada periode 29 November-6 Desember 2021. Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka dengan multistage random sampling. Sebanyak 1200 responden dilibatkan dalam survei kali ini. Sedangkan margin of error survei tersebut 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Indikator Politik Indonesia juga sebelumnya merilis hasil survei pasangan capres-cawapres 2024. Dari dua simulasi yang dilakukan dengan membongkar pasang capres-cawapres, Ganjar Pranowo-Erick Thohir mengungguli pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, saat ini tidak ada pasangan capres-cawapres 2024 yang paling dominan atau mengungguli pasangan calon lainnya. Dari tiga pasangan yang disimulasikan, pasangan Ganjar-Erick unggul tipis. Ganjar-Erick memperoleh 31,1 persen, Anies-Sandiaga 30,8 persen, Prabowo-Puan 28,1 persen.
"Ini kalau Ganjar sama Erick lagi-lagi juga tidak ada bedanya sangat signifikan. Artinya, ya ideal duel kalau tiga pasangan ini maju," ujar Burhanudin dalam keterangannya saat paparan survei, Ahad (5/12).
Simulasi berikutnya, jika Pilpres 2024 diikuti pasangan Anies-Erick, Ganjar-Airlangga Hartarto (Ketua Umum Golkar), serta Prabowo-Puan.
Hasilnya masing-masing pasangan ini yakni Anies-Erick memperoleh 28,2 persen, Ganjar-Airlangga 28,8 persen sedangkan Prabowo-Puan 29,9 persen. "Ini betul-betul nggak tahu nih siapa (yang unggul) ini betul-betul statistically, neck to neck, kita nggak tahu lagi siapa yang unggul karena perbedaannya sangat tipis tiga pasangan ini," ujar Burhanudin.
Burhanuddin mengatakan, secara perorangan, elektabilitas atau tingkat keterpilihan Prabowo masih mengungguli Ganjar atau Anies meski selisihnya tidak lagi signifikan. Namun, semua itu bisa berubah tergantung siapa cawapres yang dipasangkan.
Indikator Politik Indonesia juga melakukan survei untuk calon wakil presiden dengan simulasi 12 nama. Peringkat tiga teratas yakni Sandiaga dengan 30,6 persen, Ridwan Kamil 13,2 persen, dan Erick Thohir 10,2 persen. Survei Indikator Politik Indonesia dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 2-6 November 2021.
Penarikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan jumlah responden mencapai 2020 orang. Survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips J Vermonte menarik melihat elektabilitas Menteri BUMN yang terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Menurutnya, hal tersebut disebabkan karena Erick mewakili sisi lain dari Joko Widodo sebagai seorang pengusaha.
"Saya lihat Pak Erick Thohir ini mewakili tradisi sisi lain dari Pak Jokowi sebagai pengusaha, melahirkan calon-calon pemimpin nasional," ujar Philips dalam diskusi yang digelar Populi Center, Senin (20/12).
Ia menjelaskan, sumber kepemimpinan nasional paling sering hadir dari kepala daerah dan pimpinan partai politik. Namun ada sektor yang sering dilupakan, yakni pengusaha atau swasta yang kerap ikut mewarnai kontestasi pemimpin nasional.
"Karena orang-orang yang punya potensi kepemimpinan dengan kooptasi dan visi mengenai ekonomi peran swasta dan lain-lain itu juga menjadi sumber kepemimpinan nasional," ujar Philips.
Pengusaha atau orang yang bergerak di sektor swasta, kata Philips, juga memiliki kontribusi dalam menghadirkan kemajuan bagi Indonesia. Mereka juga adalah orang-orang yang juga kerap bersinggungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan publik.
Namun selain nama Erick Thohir, ada nama lain di sektor tersebut yang juga memiliki potensi kuat untuk maju ke kontestasi kepemimpinan nasional. Salah satunya adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno.
"Ini saya kira juga menjadi menarik dalam konteks Indonesia, karena sekarang kalau membicarakan kepemimpinan nasional bukan hanya partai politik. Tetapi juga ada orang-orang yang mewakili sektor-sektor privat yang kontribusinya juga diperlukan bagi Indonesia," ujar Philips.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.