Anak-anak menunggu giliran untuk disuntik vaksin Covid-19 di SDN Cilandak Barat 04, Jakarta, Selasa (14/12/2021). Kementerian Kesehatan memulai vaksinasi Covid-19 untuk anak usia enam hingga sebelas tahun dengan jumlah sasaran vaksinasi mencapai 26,5 juta | Republika

Opini

Vaksinasi Covid-19 Bagi Anak-Anak

Vaksinasi pada anak membantu pencegahan penyakit dan penularan kalau sekolah sudah dibuka penuh.

Oleh TJANDRA YOGA ADITAMA

TJANDRA YOGA ADITAMA, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Guru Besar FKUI

Vaksinasi Covid-19 bagi anak usia 6-11 tahun dimulai di negara kita. Dari berita, kita baca pelaksanaannya bertahap. Tahap pertama, di provinsi dan kabupaten/kota dengan cakupan vaksinasi dosis pertama di atas 70 persen dan vaksinasi lansia di atas 60 persen.

Vaksin yang digunakan untuk sementara ini jenis Sinovac yang sudah mendapat persetujuan BPOM.

Dalam kajiannya disebut, aspek khasiat dan keamanan vaksin Sinovac pada anak dinilai berdasarkan studi klinik di Cina dengan total subjek 1.050 anak, yang menunjukkan penggunaan vaksin Sinovac pada anak usia 6-11 tahun aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Profil keamanan pada anak usia 6-11 tahun sebesar 11 persen, sebanding profil keamanan pada usia 12-17 tahun sebesar 14 persen. Semua laporan kejadian tidak diinginkan, termasuk kategori ringan hingga sedang.

 

 
Jadi disimpulkan, vaksin Sinovac aman dan memberikan respons imun baik pada anak usia 6-11 tahun.
 
 

Terkait efek pembentukan respons imun (imunogenisitas) vaksin ini pada anak usia 6-11 tahun, hasil pengamatan uji antibodi netralisasi 28 hari setelah vaksinasi dosis kedua menunjukkan “seropositive rates” dan “seroconversion rates” mendekati 100 persen.

 

Jadi disimpulkan, vaksin Sinovac aman dan memberikan respons imun baik pada anak usia 6-11 tahun.

Di dunia memang mulai ada beberapa vaksin Covid-19 yang resmi dapat diberikan ke anak-anak, bergantung pada keputusan negara masing-masing. Center of Disease Control (CDC) AS, merekomendasikan pemberian vaksin Pfizer untuk anak 5 sampai 11 tahun.

Otoritas kesehatan Cina menyetujui penggunaan dua vaksin inaktivasi Sinovac-CoronaVac dan BBIBP-CorV untuk anak 3 sampai 17 tahun. India menyetujui penggunaan vaksin inaktivasi Covaxin produksi Bharat dan DNA ZycovD untuk usia 12 sampai 17 tahun.

Dampak Covid-19 pada anak

Memang beban terbesar masalah Covid-19 pada dewasa dan lansia. Di dunia, secara proporsional terjadinya infeksi, kasus berat dan kematian pada anak lebih kecil daripada orang dewasa.

Laporan yang dimasukkan ke WHO dari 31 Desember 2019 sampai 25 Oktober 2021 menunjukkan, anak usia di bawah lima tahun jumlah kasusnya dua persen (1.890.756) dari seluruh kasus di dunia, dan 0,1 persen (1.797) dari angka kematian global.

 
Beberapa faktor risiko terjadinya Covid-19 berat pada anak termasuk obesitas, anak yang lebih tua usianya, dan komorbid, seperti diabetes tipe 2, asma, kelainan jantung, paru, dan neurilogik, keadaan seperti ”down syndrome” dan lain-lain.
 
 

Anak usia 5-14 tahun sebanyak 7 persen (7.058.748) dari seluruh kasus dunia dan 0,1 persen (1.328) dari kematian global. Kelompok 15 sampai 24 tahun sebanyak 15 persen (14.819.320) dari kasus di dunia dan 0.4 persen (7.023) dari angka kematian global.

Ini angka global, data berbagai negara tentu dapat saja berbeda sesuai keadaan masing-masing. Dalam hal ini, perlu ditekankan mungkin saja kasus pada anak luput dari diagnosis dan tidak tercatat secara baik, utamanya kalau gejalanya ringan.

Anak-anak dan orang dewasa dapat saja mengalami keluhan berkepanjangan yang kita kenal “long Covid-19”, kondisi pasca-Covid-19 atau kadang-kadang disebut “post-acute sequelae of SARS-CoV-2 infection condition”, walaupun frekuensi dan karakteristik serta berat ringannya keadaan pada anak masih terus sedang diteliti.

Di sisi lain, pada anak dapat terjadi sindorma hiperinflamatori, yang dikenal “paediatric inflammatory multisystem syndrome temporally associated with SARS-CoV-2 (PIMS-TS)” di Eropa dan “multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C)” di AS yang walaupun jarang, sudah dilaporkan juga dari berbagai negara lain dan mempersulit seorang anak pulih dari penyakit Covid-19.

Keadaan MIS-C adalah peradangan dari berbagai alat tubuh, seperti jantung, paru, ginjal, otak, mata, kulit, dan saluran cerna. Sejauh ini, di AS sudah dilaporkan lebih dari 2.300 kasus MIS-C pada anak usia 5-11 tahun.

Beberapa faktor risiko terjadinya Covid-19 berat pada anak termasuk obesitas, anak yang lebih tua usianya, dan komorbid, seperti diabetes tipe 2, asma, kelainan jantung, paru, dan neurilogik, keadaan seperti ”down syndrome” dan lain-lain.

Penularan dari anak

Selain bisa terkena penyakit, juga banyak ditanyakan tentang kemungkinan penularan Covid-19 dari anak. Yang jelas, bisa terjadi ledakan kasus di sekolah pada anak-anak atau di area perkemahan, ruang penitipan anak, bila prokes tak diterapkan dengan baik.

 
Yang jelas, bisa terjadi ledakan kasus di sekolah pada anak-anak atau di area perkemahan, ruang penitipan anak, bila prokes tak diterapkan dengan baik.
 
 

Di sisi lain, ada bukti awal yang menunjukkan “secondary attack rates” pada anak lebih rendah daripada dewasa, walaupun ini masih perlu survei seroprevalensi yang lebih luas untuk membuktikannya.

Pada anak yang sakit maka virus SARS-CoV-2 dapat ditemukan di hidung dan tenggoroknya, serta feses si anak. Jadi secara umum, dapat dikatakan anak bisa menularkan penyakit Covid-19 ke keluarga di rumah, temannya, dan mungkin juga ke orang dewasa.

Artinya, vaksinasi pada anak membantu pencegahan penyakit dan penularan kalau sekolah sudah dibuka penuh, juga di berbagai tempat bermain anak. Vaksinasi ini punya manfaat sosial besar, khususnya untuk tetap menjaga proses belajar dan mengajar di sekolah.

Kita semua menyadari, bagaimanapun kegiatan langsung di sekolah punya dampak penting dalam kehidupan anak. WHO dan UNICEF juga sudah mengeluarkan pedoman meminimalisasi penularan di sekolah yang sudah mulai membuka aktivitasnya.

Memvaksinasi anak juga melindungi kakak adiknya yang belum divaksin atau lansia di rumah yang rentan terhadap Covid-19 berat.

Untuk si anak, diharapkan vaksin ini melindungi mereka dari beratnya penyakit, kalau toh mereka tetap tertular misalnya, juga meminimalisasi kemungkinan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.

 
Memvaksinasi anak juga melindungi kakak adiknya yang belum divaksin atau lansia di rumah yang rentan terhadap Covid-19 berat.
 
 

Tentu saja juga amat perlu agar guru, anggota keluarga di rumah serta semua orang dewasa yang kontak dengan anak-anak harus mendapat vaksinasi Covid-19, untuk mencegah penularan antargenerasi.

Pertimbangan

WHO menyatakan, sebuah negara dapat mempertimbangkan vaksinasi Covid-19 pada anak-anak berdasarkan situasi epidemiologi yang ada dan aspek sosial yang dihadapi. Dapat saja ada pertimbangan lain.

Misalnya, mendahulukan vaksinasi pada anak-anak yang risiko tinggi untuk mendapat Covid-19 berat, juga mempertimbangkan cakupan vaksinasi pada orang dewasa yang punya komorbid, lansia, serta petugas kesehatan.

Sebagaimana juga pada orang dewasa, mungkin saja terjadi beberapa keluhan sesudah anak divaksinasi Covid-19, yang pada umumnya keluhan ringan yang akan hilang dalam waktu pendek.

Akan baik kalau anak pada usia SD ini diajak bicara bahwa dia akan divaksin. Dapat diberi tahu, mungkin sesudah vaksinasi ada keluhan nyeri di tempat suntikan yang disertai kemerahan dan bengkak, atau mungkin demam, agak rasa lemas, menggigil, nyeri otot, dan mual.

 
Sebagaimana juga pada orang dewasa, mungkin saja terjadi beberapa keluhan sesudah anak divaksinasi Covid-19, yang pada umumnya keluhan ringan yang akan hilang dalam waktu pendek.
 
 

Tentu belum pasti akan ada semua atau sebagian keluhan itu, tapi kalau toh ada, tak berlangsung lama.

Perlu pula ditekankan, anak-anak tetap harus dapat vaksinasi rutin untuk penyakit-penyakit lain yang selama ini sudah dikenal dan tercakup dalam PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi), seperti campak, polio, difteri, dan lainnya.

Semoga upaya vaksinasi Covid-19 pada anak-anak Indonesia berperan penting bagi pengendalian pandemi di negara kita, dan berdampak pada tumbuh kembang anak, pendidikan di sekolah, serta sosialisasi kehidupan masa anak-anak yang memang indah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat