Ekonomi
Bank-Fintech Untungkan UMKM
Kemampuan distribusi fintech dapat menekan biaya operasi yang harus dikeluarkan bank ketika menjangkau UMKM.
JAKARTA -- Kolaborasi antara bank dan peer-to-peer (P2P) lending masih terus berlanjut pada masa pandemi Covid-19. Indonesia Fintech Society (IFSoc) menilai, kolaborasi kedua industri ini sangat menguntungkan bagi pengembangan UMKM.
Ketua SC IFSoc Mirza Adityaswara mengatakan, bank memanfaatkan infrastruktur digital untuk memudahkan penyaluran modal bagi individu dan UMKM. Sebagai contoh, channelling yang dilakukan bank melalui kerja sama dengan fintech.
Menurut Mirza, bank memiliki keterbatasan melayani UMKM dengan pinjaman kecil. Kemampuan distribusi fintech dapat menekan biaya operasi yang harus dikeluarkan bank ketika menjangkau UMKM.
"Untuk menyalurkan pinjaman size kecil, bank akan kerepotan dengan biaya operasional, sedangkan fintech lending mempunyai kemampuan distribusinya secara teknologi sehingga bisa menekan biaya operasional tersebut," kata Mirza, Kamis (9/12).
Di sisi lain, menurut Mirza, pertumbuhan industri fintech P2P lending bisa terganggu dengan adanya pinjaman online ilegal. Ke depan, perlu upaya terintegrasi untuk memberantas pinjaman online ilegal.
Selain dari sisi legalitas, Mirza juga menilai bunga pinjaman fintech saat ini masih terbilang tinggi, khususnya untuk pinjaman bersifat konsumsi. Menurutnya, rata-rata bunga pinjaman fintech P2P lending saat ini berada di level 0,4 persen per hari.
Founder CORE Indonesia Hendri Saparini menambahkan, industri fintech P2P lending akan terus bertumbuh pada tahun depan. Meski demikian, pertumbuhan tersebut perlu didukung percepatan dari sisi regulasi yang memberikan iklim yang lebih mendukung.
"Keberadaan UU tentang perlindungan data menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk bisa mendukung sektor fintech bisa lebih maju. Ini menjadi tantangan yang harus kita selesaikan bersama," ujar Hendri.
Secara terpisah, Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Financial Technology OJK, Tris Yulianta, menilai, fintech mendorong peningkatan inklusi sekaligus berkomitmen mendukung pemulihan ekonomi dengan membantu UMKM.
Menurut dia, UMKM berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi, bahkan menyerap 97 persen tenaga kerja dan menghimpun investasi hingga 60,4 persen. Sayangnya, hal itu belum diiringi kemudahan dalam mendapatkan pendanaan.
Hasil Survei Bank Indonesia (BI) menyebutkan, 69,5 persen di antaranya belum pernah mendapatkan fasilitas kredit perbankan atau pembiayaan. ‘’Salah satu alternatifnya melalui fintech P2P lending,’’ katanya.
Melalui fintech, diharapkan UMKM bisa mengajukan persyaratan secara cepat dan mudah kapan saja asal terkoneksi internet. Kebutuhan pendanaan UMKM diperkirakan Rp 1.605 triliun.
Sebanyak 21 persen atau Rp 331 triliun di antaranya untuk usaha mikro, 33 persen atau Rp 534 triliun untuk pelaku usaha kecil, dan 46 persen di antaranya atau Rp 740 triliun untuk usaha menengah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.