Ekonomi
Telkom Dukung Blockchain dalam Industri Halal
Blockchain dapat diintegrasikan dengan industri halal.
JAKARTA – Pemanfaatan teknologi blockhain terus meluas hingga menyentuh sektor ekonomi syariah. Teknologi yang membangun sistem kepercayaan dan keadilan itu pun dinilai sangat cocok untuk membantu pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Perusahaan pelat merah seperti PT Telkom Indonesia pun menyatakan kesiapan untuk mendukung pemanfaatan blockchain dalam industri halal. "Sekarang banyak peminatnya terutama masyarakat yang memperhatikan tumbuhnya aset digital seperti aset kripto. Sehingga, perlu ditelaah blockchain dasarnya seperti apa," ujar Deputy EVP Digital Technology and Platform Business Telkom Indonesia Ery Punta dalam sebuah webinar pada akhir pekan lalu.
Ery menekankan, blockchain sejalan dengan napas ekonomi syariah yang menjunjung tinggi keadilan dalam setiap transaksi. Menurutnya, Telkom terus mengupayakan transformasi digital bagi seluruh pihak termasuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, kita berharap ekonomi syariah jadi salah satu pendorong utama (pertumbuhan) ekonomi di Indonesia," ujar Ery.
Kepala Divisi Rantai Nilai Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Umar Aditiawarman menyatakan, blockchain dapat diintegrasikan dengan industri halal. Kendati demikian, desain dan sistem blockchain itu harus sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.
"Blockchain bisa selesaikan masalah, tapi tidak semuanya. Kalau desain serta sistemnya tidak benar, malah menimbulkan masalah," ujar Umar.
Ia menjelaskan, selama ini blockchain telah mendukung industri finansial. Padahal, teknologi itu juga bisa dimanfaatkan oleh industri lain termasuk industri halal. Blockchain dapat digunakan untuk pengelolaan rantai pasok, sertifikasi, autentifikasi, dan industri layanan kesehatan.
Meski blockchain menawarkan sistem transparansi dan keamanan yang lebih efisien, Umar mengatakan, teknologi itu berpotensi mendisrupsi proses bisnis yang sudah berjalan. Alasan tersebut, lanjut Umar, membuat banyak industri belum bisa menerima blockchain.
Sebelumnya, Anggota Dewan Pakar MES, Iwan Pontjowinoto, mengatakan, industri makanan halal nasional membutuhkan penunjang teknologi digital yang mampu menjawab kebutuhan saat ini. Ia menyebut, blockchain adalah salah satu alternatif yang tepat untuk mendukung digitalisasi tersebut.
"Blockchain sebetulnya sangat bagus. Sayangnya, orang mengetahui blockchain awalnya dari cryptocurrency atau Bitcoin. Padahal, ini sangat bisa membantu industri," kata Iwan.
Ia memaparkan, teknologi blockchain dapat membantu pelaku industri memetakan rantai pasok produksi sekaligus rantai nilai dalam ekosistem industri itu sendiri. Saat ini, kata Iwan, teknologi blockchain sudah mulai diuji coba dalam pengembangan sistem wakaf nasional dan terbukti sangat membantu digitalisasi.
"Harapan saya ke depan pasar makanan halal kita memiliki ekosistem yang lebih bagus dengan teknologi digital," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.