Internasional
WHO: Kematian di Eropa Bisa 2,2 Juta Jiwa
Menurut data WHO, kematian terkait Covid-19 di wilayah Eropa dari 53 negara meningkat minggu lalu
JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah total kematian akibat Covid-19 di Eropa bisa mencapai 2,2 juta pada musim dingin. Jika kasus Covid-19 di Eropa terus meningkat, WHO memprediksi jumlah kematian pada 1 Maret 2022 dapat mencapai 700 ribu.
Sebelumnya, 1,5 juta orang yang telah meninggal akibat virus tersebut. “Agar bisa hidup bersama virus dan melanjutkan aktivitas harian, kita harus melakukan pendekatan ‘vaksin plus’. Artinya selain mendapatkan vaksin dosis standar, ambillah booster jika ada, juga melakukan langkah preventif ke dalam rutinitas normal,” kata Direktur WHO untuk Kawasan Eropa, Dr Hans Henri P Kluge.
Hans Kluge mengatakan, Eropa dan Asia Tengah menghadapi musim dingin yang menantang di masa depan. Dia menyerukan pendekatan vaksin plus, yang terdiri dari kombinasi vaksinasi, menjaga jarak sosial, menggunakan masker, dan mencuci tangan.
Dilansir Aljazirah, Rabu (24/11), WHO juga memperkirakan, saat ini hingga 1 Maret 2022 sistem kesehatan di 49 dari 53 negara Eropa berada di bawah tekanan tinggi, terutama di unit perawatan intensif (ICU).
Eropa kembali menjadi pusat pandemi Covid-19 karena penyerapan vaksin yang lamban di beberapa negara, varian Delta yang sangat menular, cuaca yang lebih dingin, dan pelonggaran pembatasan.
Menurut data WHO, kematian terkait Covid-19 di wilayah Eropa dari 53 negara meningkat minggu lalu menjadi hampir 4.200 per hari. Jumlah tersebut dua kali lipat dari 2.100 kematian per hari pada akhir September.
WHO mengatakan tingginya jumlah orang yang tidak divaksinasi, serta menurunnya tingkat kekebalan vaksin menjadi faktor yang memicu kenaikan kasus Covid-19 di Eropa. Selain itu, faktor lainnya yaitu dominasi varian Delta dan pelonggaran langkah-langkah kebersihan. Beberapa negara, termasuk Yunani, Prancis, dan Jerman, sedang berupaya untuk memberikan suntikan dosis ketiga kepada masyarakat.
WHO mengatakan tingginya jumlah orang yang tidak divaksinasi serta "pengurangan perlindungan yang disebabkan oleh vaksin", termasuk di antara faktor-faktor yang memicu penularan tinggi di Eropa di samping dominasi varian Delta dan pelonggaran langkah-langkah kebersihan.
WHO mengatakan, masker dapat mengurangi penularan Covid-19 hingga 53 persen. Menurut sebuah penelitian terbaru, lebih dari 160 ribu kematian dapat dicegah pada 1 Maret jika cakupan masker universal mencapai 95 persen.
Selandia Baru
Dalam perkembangan terpisah, Selandia Baru akan menutup perbatasannya untuk sebagian besar pelancong internasional hingga lima bulan ke depan. Negara tersebut akan membuka kembali pintu bagi wisatawan internasional pada 30 April 2022.
Pelonggaran pembatasan perbatasan memang telah dilakukan bertahap sejak Covid-19 melanda Maret 2020. Namun, oleh karena varian Delta, pemerintah kembali menutupnya.
Menteri Tanggap Covid-19 Selandia Baru Chris Hipkins mengatakan, pelancong internasional yang divaksinasi penuh akan diizinkan memasuki negara itu mulai 30 April 2022. Pembukaan kembali bertahap dari waktu ke waktu akan dilakukan.
"Pendekatan bertahap untuk berhubungan kembali dengan dunia adalah pendekatan teraman untuk memastikan risiko dikelola dengan hati-hati," kata Hipkins.
"Ini mengurangi potensi dampak pada komunitas yang rentan dan sistem kesehatan Selandia Baru," ujarnya menambahkan.
Wisatawan tidak lagi diharuskan tinggal di fasilitas karantina negara. Namun, langkah-langkah lain akan dilakukan termasuk tes prakeberangkatan negatif, bukti vaksinasi lengkap, dan tes Covid-19 pada saat kedatangan.
Kota utama Auckland kini masih menerapkan pembatasan. Kota tersebut dibuka secara bertahap karena tingkat vaksinasi yang meningkat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.