Nasional
Hoaks Jadi Tantangan Vaksinasi di di Pedalaman
Kurangnya pemahaman itu terkadang berkaitan dengan budaya yang ada di wilayah-wilayah pedalaman.
JAKARTA -- Pemberian vaksinasi di daerah pedalaman terkendala beragam tantangan, mulai dari akses hingga maraknya hoaks. Seperti vaksinasi di pedalaman Sulawesi Barat (Sulbar) yang terkendal akibat beredarnya informasi tidak benar atau hoaks yang sebagian besar berasal dari media sosial.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sulbar Mustari Mula mengatakan, saat memulai pemberian vaksinasi di daerah terpencil di Sulbar, sosialisasi informasi tentang pentingnya vaksin Covid-19 terus dilakukan secara intensif.
"Terutama awal-awal kita itu menangkal informasi yang hoaks dan ini justru yang banyak tersebar di masyarakat melalui media-media sosial, sebelum informasi yang benar tiba di tengah mereka," jelas Mustari, dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau virtual, Rabu (24/11).
Namun, berkat kerja sama berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi partisipasi vaksinasi masyarakat pedalaman Sulbar bisa terwujud. Sampai dengan pukul 12.00 WIB, Rabu (24/11), terdapat 494.082 orang yang sudah menerima dosis pertama vaksin Covid-19 di Sulbar dan 268.197 orang yang telah menjalani penyuntikan vaksin kedua. Target vaksinasi untuk provinsi Sulbar adalah 1.089.240 orang.
Terkait pemberian vaksin di daerah terpencil di Sulbar, Mustari mengatakan alat transportasi alternatif dipakai untuk membawa vaksin dan tenaga kesehatan seperti penggunaan kuda dan jenis motor yang bisa melalui berbagai medan.
Tantangan akses itu juga diakui oleh Harif Fadhillah, yang menjabat sebagai Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Menurut Harif, tenaga kesehatan menggunakan berbagai moda transportasi untuk menjangkau wilayah terpencil seperti perahu untuk daerah kepulauan.
Tidak hanya isu akses, pemahaman sebelum dilakukan vaksinasi juga penting dilakukan sebelum memberikan vaksin Covid-19 di daerah-daerah pedalaman. "Tantangan utama dalam vaksinasi ini adalah tentang sejauh mana pemahaman masyarakat dapat menerima vaksin dengan baik.
Karena itu edukasi masyarakat bukan sekedar memberikan informasi tapi informasi itu akan dapat diinternalisasi kemudian dipahami dan untuk segera diikuti," kata Harif.
Menurut Harif, kurangnya pemahaman itu terkadang berkaitan dengan budaya yang ada di wilayah-wilayah pedalaman. Selain itu, sebelum melakukan proses vaksinasi pihak tenaga kesehatan harus mengidentifikasi pihak yang dapat menjadi penghubung antara masyarakat dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Orang-orang itu seperti kader puskesmas, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Namun, pemberian vaksin di daerah terpencil sendiri bukanlah yang pertama kali dilakukan. "Hanya aspek-aspek yang memang harus diperhatikan dan dampaknya dan lain sebagainya, KIPI (kejadian ikutan pascaimunisasi) yang memang harus diberikan informasi juga tambahan kepada tenaga kesehatan," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.