Nasional
Menko PMK Dorong Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun
Vaksinasi kelompok usia anak 6-11 tahun sangat penting untuk meminimalisasi waswas orang tua.
JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy secara tegas mendorong pelaksanaan vaksinasi kepada kelompok anak usia 6-11 tahun. Menurutnya, vaksinasi kelompok usia anak tersebut sangat penting untuk meminimalisasi perasaan waswas para orang tua.
“Meskipun keputusan dan kewenangan itu memang berada di kementerian teknis, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, vaksinasi anak usia 6-11 tahun perlu, terutama di daerah-daerah yang rawan penularan dan penyebaran Covid-19,” ujar Muhadjir di Jakarta, Rabu (17/11).
Pemerintah saat ini masih menggenjot pencapaian vaksinasi Covid-19. Saat ini, sasaran vaksinasi telah mencakup tenaga kesehatan, lanjut usia, petugas publik, masyarakat rentan dan umum, serta kelompok anak usia 12-17 tahun.
Soal vaksinasi anak usia 6 tahun ke atas, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah mengeluarkan rekomendasi dan saat ini sudah dikeluarkan izin penggunaan dalam keadaan emergensi vaksin Coronavac® produksi Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Muhadjir menegaskan, vaksinasi anak di rentang usia sekolah dasar juga sangat penting. Apalagi, pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah sudah mulai dilaksanakan dan anak-anak rentan beraktivitas di luar rumah.
“Kami realistis saja, tidak mungkin anak dikekang terus-menerus diam di rumah. Mengenai keamanan vaksin, BPOM sudah mengeluarkan izin vaksin untuk anak 6-11 tahun. Jadi insya Allah aman,” ucap mantan Mendikbud tersebut.
Saat melakukan kunjungan kerja ke Kelurahan Entrop, Kecamatan Jayapura Selatan, Kota Jayapura, pada Sabtu (13/11), Muhadjir sempat menyampaikan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun sudah dilaksanakan di Papua. Namun, hal itu dibantah oleh Dinkes Papua dan Kemenkes. “Penjelasan itu saya dengar ketika saya berkunjung ke Puskesmas Twano, Distrik Jayapura Selatan,” kata Muhadjir.
Kemenkes menegaskan, vaksinasi untuk anak 6-11 tahun akan dilaksanakan awal tahun depan. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmidzi menyarankan agar orang tua melengkapi dulu imunisasi dasar pada anak sambil menunggu vaksinasi Covid-19.
"Yang paling penting adalah anak usia 6-11 tahun ini masih mendapatkan imunisasi rutin, ini yang harus kita lakukan untuk para orang tua sambil menunggu vaksinasi Covid-19, imunisasi rutinnya dilengkapi," kata Nadia dalam sebuah webinar di Jakarta, Selasa (16/11).
Menurut dia, masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi rutin secara lengkap, seperti campak, polio, dan hepatitis.
PTM penuh
Sementara, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menyampaikan, Kota pahlawan bakal dijadikan percontohan nasional dalam uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Rencana tersebut, kata Eri, disampaikan tenaga ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Andani Eka Putra pada Senin (15/11).
Dalam pertemuan itu, salah satunya membahas mengenai pelaksanaan PTM di Surabaya.
"Kemarin (Senin) tenaga ahli Kemenkes dr Andani datang ke Surabaya. Salah satunya ketika Surabaya ini sudah 100 persen vaksinnya, sudah level 1, (vaksin) lansia sudah 94 persen. Maka ada kesepakatan bersama 4 Menteri, itu akan 100 persen sekolahnya Surabaya," kata Eri di Surabaya, Rabu (16/11).
Eri mengatakan, pada intinya pemerintah pusat ingin menjadikan Kota Surabaya sebagai acuan nasional menuju penyelenggaraan PTM 100 persen. Sebab, pemerintah pusat menilai, Surabaya adalah daerah yang paling siap untuk melaksanakan kebijakan itu.
"Kota Surabaya dijadikan acuan. Karena selama ini asesmennya, cek lapangan, setelah itu melakukan (surveilans) 10 persen di sekolah tadi itu ternyata Surabaya yang paling siap," ujarnya.
Eri menyampaikan, yang terpenting adalah PTM di Surabaya dapat berjalan. Sebab, ketika para pelajar hanya mengikuti pendidikan melalui daring, maka akan sangat sulit bagi mereka untuk lebih intens memahami pembelajaran yang diberikan. "Yang penting pendidikan ini berjalan. Karena bagaimanapun kalau tidak bertemu (PTM), ini agak susah. Yang kedua selalu saya katakan minta izin orang tua," kata Eri.
Eri kembali menegaskan bahwa sekolah bukanlah satu-satunya tempat penularan Covid-19. Sebab, bisa saja anak itu tertular Covid-19 ketika bermain atau beraktivitas di luar sekolah. Artinya, kata dia, kalaupun sekolah dilarang tapi anaknya di rumah dibiarkan tidak pakai masker bukan tidak mungkin bakal tertular Covid-19.
Eri pun berpesan kepada seluruh masyarakat agar saling introspeksi diri, saling menjaga dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) di manapun berada. Dengan gotong-royong dan kerja sama, ia meyakini pandemi Covid-19 bisa terlewati.
"Saya berharap semua yang ada di Surabaya selalu introspeksi diri, menjaga prokes, tidak saling menyalahkan. Inilah Surabaya, yang penuh gotong-royong, Insya Allah Covid-19 bisa dilewati," kata dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.