Kabar Utama
Gedung DMI Jadi Pusat Ekonomi Berbasis Masjid
Fasiltas gedung DMI semakin meningkatkan kualitas kemampuan masyarakat atau pengelola masjid.
JAKARTA -- Gedung Dewan Masjid Indonesia (DMI) kini telah berdiri di Jalan Matraman Raya Nomor 39, Jakarta Timur. Ketua Umum DMI Jusuf Kalla (JK) bersyukur karena DMI akhirnya memiliki gedung sendiri sebagai tempat bekerja para pengurus untuk memakmurkan masjid di seluruh Indonesia.
Gedung tersebut juga akan dijadikan sebagai pusat kegiatan ekonomi umat berbasis masjid. "Syukur alhamdulillah akhirnya kita dapat mempunyai kantor tetap setelah empat kali pindah 'kos'. Jadi, kita kayak mahasiswa (pindah-pindah kos) sekarang sudah punya pekerjaan tetap, sudah punya rumah, dulu pindah lagi, pindah lagi," kata JK saat berpidato dalam acara Tasyakuran Gedung DMI, Rabu (10/11).
JK menceritakan, para pengurus DMI sebelumnya kerap bertanya mengapa DMI bisa membuat masjid di berbagai daerah, tetapi belum memiliki kantor sendiri. Atas alasan itulah, kata JK, pengurus DMI bertekad memiliki kantor yang representatif agar bisa bekerja dengan baik.
Wakil presiden periode 2004-2009 dan 2014-2019 tersebut menjelaskan, pedoman DMI adalah memakmurkan dan dimakmurkan masjid. Maksud dari pedoman itu, kata dia, bukan hanya memakmurkan masjid. Masjid juga harus memakmurkan masyarakat atau jamaahnya.
"Masjid-masjid juga harus mengayomi masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, politik, dan yang lainnya," katanya. Karena pada zaman Rasulullah, semua dilakukan di masjid, di antaranya pendidikan hingga kesehatan," ujarnya.
Saat ini, kata JK, tidak semua hal dilakukan di masjid karena setiap sektor sudah memiliki tersendiri. "Sekarang seharusnya kita mencari cara bagaimana agar masjid memakmurkan masyarakat di sekitar," kata JK.
Menurut JK, umat Islam di Indonesia bisa melaksanakan berbagai hal dengan baik. Kendati demikian, ada satu hal yang dinilainya belum maksimal, yakni dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu, DMI harus mendorong masjid memperkuat perannya untuk perekonomian.
Dengan adanya gedung DMI, JK berharap fasilitas tersebut dapat semakin meningkatkan kualitas kemampuan masyarakat atau pengelola masjid. "Kita akan membuat tempat pelatihan keuangan, manajemen masjid, pelatihan membuat program di masjid, dan lain sebagainya sehingga bisa meningkatkan pengelolaan masjid," ujarnya.
Selain itu, satu lantai di gedung DMI akan diisi oleh bank syariah. Tujuannya untuk mendekatkan bank syariah dengan masjid dan jamaah.
JK dalam acara peresmian gedung DMI juga menyinggung ihwal alat pengeras suara di masjid. Menurutnya, jamaah datang ke masjid 80 persen untuk mendengarkan, tapi 75 persen masjid alat pengeras suaranya tidak bagus. "Bukan alatnya yang tidak bagus, tapi cara pasangnya yang keliru. Sekarang baru puluhan ribu masjid yang alat pengeras suaranya diperbaiki DMI."
Ia menegaskan, alat pengeras suara harus berfungsi dengan baik agar jamaah masjid bisa mendengarkan dan memahami yang disampaikan dai atau penceramah.
Gedung DMI dibangun di atas lahan seluas 1.083 meter persegi dan memiliki sembilan lantai. Ketua Panitia Pembangunan Gedung DMI, Rudiantara, menegaskan, gedung DMI sudah siap dan layak huni. Total luas bangunan gedung mencapai 4.525 meter persegi.
"Layak huni kalau kita kenal istilahnya semacam house warming, kita hangatkan sebelum kita meresmikan gedung ini, sama seperti pindah rumah kita biasanya ada semacam tasyakuran sebelum semuanya pindah," ujarnya.
Ia menyebut gedung DMI belum selesai seratus persen dan kemungkinan masih akan ada perubahan-perubahan, seperti jumlah ruang rapat hingga revisi jalur pemadam kebakaran. Artinya, pasti akan ada perubahan-perubahan. Kendati demikian, gedung tersebut sudah bisa ditempati.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ikut bersyukur dengan kehadiran gedung DMI yang megah dan berlokasi strategis di Jalan Matraman. Anies mengatakan, daerah Matraman dahulu kala merupakan tempat pasukan Mataram singgah ketika akan menyerang VOC di Batavia.
"Bahkan, sebagian dari mereka bermukim di sini dan tidak kembali lagi ke Mataram. Mereka tinggal di sini membuat mushala kecil yang sekarang menjadi masjid Matraman," ujarnya.
Anies menjelaskan, gedung DMI berada di tempat dulu pasukan Mataram singgah. Dahulu, kata dia, Sultan Agung menyebutnya sebagai perjuangan Islam melawan kolonial.
"Jadi, tempat ini sejarahnya panjang dan tempat yang paling tua, jalur (jalan) ini paling tua dari Cawang, Jatinegara, Kampung Melayu, sampai Senen itu adalah kawasan paling tua di Jakarta karena perdagangan dulu pusatnya di tempat ini. Jadi, DMI tidak salah pilih tempat ini, strategis dan punya sejarah," kata Anies.
Anies berharap masjid-masjid yang merupakan tempat ibadah bisa sekaligus menjadi tempat mendapatkan kesetaraan. Orang miskin bisa duduk di samping orang kaya tanpa ada rasa minder. Anies menilai, DMI punya semangat yang sama, yakni memakmurkan untuk memberikan kesetaraan. "Mudah-mudahan kantor (gedung DMI) ini bisa menjadi pusat transformasi masjid di Indonesia," kata Anies.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.