Internasional
Iran Gelar Latihan Perang Jelang Pembicaraan Nuklir
Di bawah JCPOA, Iran dilarang memperkaya uranium di atas 3,67 persen.
TEHERAN -- Militer Iran memulai latihan perang tahunan di daerah pesisir Teluk Oman, Ahad (7/11). Latihan tersebut berlangsung kurang dari sebulan sebelum pembicaraan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan negara Barat.
Televisi pemerintah Iran melaporkan, latihan perang itu diikuti oleh pasukan angkatan laut, angkatan udara, serta angkatan darat. Mereka berpartisipasi dalam latihan di area seluas lebih dari satu juta kilometer persegi, di sebelah timur Selat Hormuz yang strategis. Saat ini, hampir 20 persen dari semua pengiriman minyak melewati Selat Hormuz untuk menuju ke Teluk Oman dan Samudra Hindia.
Televisi pemerintah mengatakan, barisan brigade termasuk komando dan infanteri udara, juga dikerahkan untuk latihan tahunan. Jet tempur, helikopter, pesawat angkut militer, kapal selam dan pesawat nirawak juga diharapkan ambil bagian dalam latihan tersebut.
Tidak diketahui berapa lama latihan itu akan berlangsung. Latihan perang tahunan yang dijuluki Zolfaghar-1400 ini, bertujuan meningkatkan kesiapan dalam menghadapi ancaman asing dan kemungkinan invasi.
Para pejabat AS mengatakan, Iran telah menyita sebuah kapal tanker minyak berbendera Vietnam di Teluk Oman bulan lalu. Hingga kini, Iran masih menahan kapal itu di pelabuhannya. Sementara, Iran mengklaim bahwa pasukan komando Pengawal Revolusi elit telah menggagalkan upaya AS menyita sebuah kapal tanker yang membawa minyak Iran di Teluk Omane.
Latihan militer dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Pada 2018, Amerika Serikat (AS) menarik diri secara sepihak dari JCPOA dan menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran.
Ketika itu, AS dipimpin oleh mantan Presiden Donald Trump. Kesepakatan nuklir atau JCPOA, menjanjikan insentif ekonomi bagi Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Kesepakatan ini bertujuan mencegah Teheran mengembangkan bom nuklir. Setelah AS menarik diri dari JCPOA, dan menjatuhkan sanksi, Iran secara bertahap meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya.
Peningkatan tersebut berada di atas ambang batas yang disepakati dalam JCPOA. Pemerintah Iran mengatakan, persediaan uranium yang diperkaya 20 persen telah mencapai lebih dari 210 kilogram.
Di bawah JCPOA, Iran dilarang memperkaya uranium di atas 3,67 persen. Uranium yang diperkaya di atas 90 persen dapat digunakan untuk senjata nuklir. “Kami memiliki lebih dari 210 kilogram uranium yang diperkaya hingga 20 persen, dan kami telah memproduksi 25 kilogram pada 60 persen. Tingkat yang tidak dapat diproduksi oleh negara selain mereka yang memiliki senjata nuklir,” kata Juru Bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Behrouz Kamalvandi, dikutip oleh kantor berita Iran, IRNA.
Pada September, Badan Energi Atom Internasional mengonfirmasi, Iran telah meningkatkan stok uranium yang diperkaya di atas persentase yang diizinkan dalam kesepakatan JCPOA.
Pada 10 Oktober, Kepala AEOI Mohammad Eslami mengatakan, Iran telah memproduksi lebih dari 120 kilo gram uranium yang diperkaya 20 persen. Secara teori peningkatan tersebut memungkinkan pembuatan isotop medis yang digunakan dalam mendiagnosis kanker tertentu.
Perjanjian JCPOA ditandatangani oleh Inggris, Cina, Rusia, Prancis, Jerman, dan AS. Kesepakatan itu menawarkan Iran beberapa keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Selama ini, Iran selalu bersikeras bahwa program nuklirnya digunakan untuk tujuan damai. Negosiasi nuklir antara Iran dan kekuatan dunia akan dilanjutkan pada 29 November mendatang di Wina.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.