Hiwar
Prof Dr Suyanto, Buat Film yang Buat Anda Masuk Surga
Buatlah film yang bagus yang bisa membuat Anda masuk surga.
Propaganda gerakan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang menyusup lewat film animasi karya label-label barat harus dilawan dengan karya positif. Animator-animator Muslim dengan visi dan misi keumatan mesti didorong tampil ke depan untuk menciptakan idola baru bagi keluarga.
Untuk mengulas masalah tersebut, wartawan Republika Andrian Saputra pun mewawancarai Rektor Universitas Amikom Yogyakarta Prof Dr M Suyanto yang sudah membuktikan diri dengan membawa film animasi lokal Battle of Surabaya ke level internasional. Berikut kutipannya.
Bagaimana pendapat Anda dengan banyaknya film animasi luar negeri yang memuat konten LGBT?
Kalau pemerintah ada kebijakan untuk bisa melarang ya sebaiknya dilarang. Tapi saya tidak punya kewenangan untuk itu. Yang kita lakukan ya kita memproduksi konten-konten yang bagus, yang mendidik, tapi juga tetap harus berkualitas dunia.
Karena kalau tidak seperti itu ya kita tidak dihargai. Sudah dibuktikan dengan mahasiswa saja itu sudah diprediksi Top Oscar 2022. Itu bagi kami sudah luar biasa.
Seperti apa visi misi Amikom dalam membuat film animasi?
Saya dengan mahasiswa itu ngomongnya begini, buatlah film yang bagus yang bisa membuat Anda masuk surga. Jangan membuat film yang jelek yang membuat Anda masuk neraka.
Itu pesan saya, karena penting. Saya sudah membuktikan bahwa dengan membuat film yang bagus itu juga dihargai di seluruh dunia. Paling tidak saya dapat 40 penghargaan internasional, menang di Hollywood dihargai di sana. Maka buat film yang bagus.
Ini bukunya saya sudah terbitkan. Judulnya The Oscar Winner and Box Office: the Secret of Screenplay. Jadi sudah saya buktikan. Terus juga sinematografi juga sudah saya tulis, cinematography of oscar Winner and Box Office.
Kemudian editing of Oscar Winner and box office, dan yang terakhir visual effects of Oscar Winner and box office. Jadi buku saya buat khusus itu untuk tadi, yaitu dakwah supaya membuat film yang bagus, berkualitas supaya bisa mendunia.
Bagaimana kualitas animator Tanah Air?
Yang film Where is Anne Frank itu dibuat oleh animator mahasiswa Amikom, masih mahasiswa. Jadi kita itu punya kemampuan, apalagi kalau kita ada pembiayaan yang besar.
Bagaimana Anda melihat perfilman animasi anak Indonesia, apakah sudah mampu bersaing dengan luar negeri?
Memang masalah utamanya di pembiayaan. Kalau luar negeri itu pembiayaannya besar sekali. Satu film animasi layar lebar Disney itu kan 100 juta dolar AS ke atas, Rp 1,5 triliun, tapi juga penghasilannya bisa Rp 30 triliun, luar baisa, karena distributor dipegang oleh mereka.
Kita seperti MSV Studio Amikom itu memang membuat film yang tidak sebesar itu biayanya, dan kita cerita lokal tetapi dengan teknologinya Hollywood. Pola penceritaannya juga Hollywood, sinematografi-nya Hollywood tapi konten lokal, seperti Battle of Surabaya itu kan dapat 40 penghargaan internasional, saya rasa menjadi sejarah Indonesia film lokal bisa mendapatkan penghargaan dan menang di berbagai negara termasuk di Amerika, dan di Gedung Bioskop Charlie Chaplin Hollywood menerima penghargaan itu.
Sebetulnya kita sudah bisa membuat, tapi kalau kita ada biaya yang seperti Hollywood saya rasa kita punya kemampuan itu.
Nah film yang keroyokan ini, dibuat MSV Studio, juga kemudian infinite frameworks studio di Batam dan ada perusahaan Prancis kemudian dan di beberapa negara, itu baru saja kita membuat film Where Is Anne Frank judulnya, sutradaranya Ari Folman dari Israel sekarang masuk prediksi 20 film calon pemenang Oscar. Itu film keroyokan, kita sepuluh sampai dua puluh persen dari film itu.
Jadi kita sudah punya kualitas sebetulnya. Film yang kita buat kan cerita-cerita lokal kemudian dipoles dengan teknologi Hollywood. Yang sedang kita persiapkan film Aji Saka, Keong Emas, ada lagi Princess Manohara itu reliefnya Candi Borobudur, jadi sekarang saya membuat cerita-cerita lokal.
Ada lagi kita punya Membatu itu kisahnya Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso, ini sudah saya serahkan ke produsennya Superman Returns. Kemudian yang juga saya tulis itu Lutung Kasarung, Bima dan Dewa Ruci.
Jadi memang saya sengaja membuat cerita-cerita lokal tetapi yang bisa diterima di Hollywood. Itu yang kita lakukan. Maka yang kita lakukan menghasilkan film animasi yang berkualitas dunia, itu yang dilakukan MSV Studio Amikom.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.