Ilustrasi hulu migas. | ANTARA FOTO

Ekonomi

Kontribusi Investasi Hulu Migas Tembus Rp 103 Triliun

Hulu migas memiliki peran penting dalam perputaran roda ekonomi nasional.

JAKARTA – Industri hulu migas memberikan kontribusi multiplier effect bagi industri penunjang. Pelaksana tugas Deputi Pengendalian Pengadaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Rudi Satwiko, menyampaikan, kontribusi nilai investasi hulu migas terhadap industri penunjang lainnya hingga kuartal III 2021 mencapai Rp 103 triliun atau 7,1 miliar dolar AS.

“Sampai kuartal III 2021, komitmen TKDN hulu migas sudah mencapai 58 persen dengan nilai kontrak barang dan jasa diperkirakan sekitar Rp 39 triliun,” kata Rudi, Jumat (15/10).

SKK Migas menilai, kontribusi itu menunjukkan industri penunjang hulu migas memiliki peran penting dalam perputaran roda ekonomi nasional. Kontribusi hulu migas tidak hanya pada kegiatan utama seperti industri pipa atau penyediaan rig, tapi juga berkontribusi terhadap industri lain seperti perhotelan, asuransi, dan katering.

“Jadi, bukan main-main multiplier effect-nya. Itu direct belum yang indirect seperti adanya warung-warung di sekitar area operasi,” ujarnya.

Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dwi Anggoro Ismukurnianto menjelaskan, pengawasan terhadap penggunaan produk dalam negeri cukup ketat agar para pelaku usaha konsisten memanfaatkan produk-produk dalam negeri. Meskipun begitu, Dwi mengaku masi ada tantangan dan kendala dalam penggunaan produk hasil industri nasional.

Salah satu kunci penggunaan produk dalam negeri adalah sinkronisasi antara suplai barang dengan demand atau kebutuhannya yang bisa diketahui melalui strategi pengadaan bersama. Selain itu bisa dilakukan asesmen bersama ke produsen dalam negeri, pengembangan produk dalam negeri, perbaikan berkesinambungan, evaluasi rencana penggunaan barang impor, sosialisasi penggunaan produk dalam negeri dengan fit to purpose, serta asset transfer.

Dwi menilai, masih ada gap antara kebutuhan dan suplai barang maupun jasa di lingkup industri dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Menurut dia, pemerintah akan terus menjembatani hal itu sehingga industri berkesempatan untuk mengisi gap tersebut.

Dia mengatakan, hal ini penting karena pemerintah sudah menetapkan target produksi migas yang cukup ambisius yakni produksi minyak mencapai 1 juta barel per hari (BPH) serta gas 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2030. Industri penunjang hulu migas harus memainkan peran utama dalam pencapaian target tersebut.

“Harus memperkecil gap itu tugas dari SKK Migas, produsen dalam negeri, dan requirement dari usaha kegiatan hulu migas,” kata Dwi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat