Ekonomi
Krakatau Steel Perkuat Penetrasi Pasar Baja Ringan
Krakatau Steel melanjutkan program hilirisasi baja dengan meluncurkan produk hilir baja ringan terbaru.
JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melanjutkan program hilirisasi baja dengan meluncurkan produk hilir baja ringan terbaru, yaitu baja CNP atau baja kanal C. Dalam pengembangan produk baja hilir tersebut, perseroan menugaskan PT Krakatau Niaga Indonesia yang merupakan anggota dari subholding baja konstruksi.
“Hot rolled coil (HRC) Krakatau Steel yang berkualitas baik merupakan bahan baku dari produk baja CNP ini,” ujar Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim melalui keterangan resmi, Senin (11/10).
Kegunaan dari produk baja CNP ini di antaranya dapat digunakan untuk kebutuhan pembangunan gedung sebagai rangka atap, dinding cladding, maupun purlin atau elemen arsitektural langit-langit bangunan sebagai pengganti kayu. Segmen pasar yang dituju oleh Krakatau Steel adalah segmen pemenuhan kebutuhan building and construction dari kontraktor, subkontraktor, ataupun ritel.
Kelebihan dari produk baja CNP Krakatau Steel adalah pemasangan atau instalasi produk yang cepat dan mudah pada rangka bangunan. Produk baja CNP tersebut juga mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap panas dan korosi. Sehingga, pengaplikasiannya dapat menghemat biaya perawatan rangka atap gedung atau bangunan.
“Produk baja CNP ini diproduksi dengan memperhatikan keakuratan tebal dan spesifikasi. Ini menjadikan produk baja CNP menjadi salah satu produk premium dan unggulan yang akan memenuhi harapan konsumen akan produk konstruksi yang berkualitas. Hal ini penting karena produk baja konstruksi berkaitan langsung dengan safety,” ungkap Silmy.
Krakatau Steel hingga saat ini telah meluncurkan sepuluh produk hilirisasi termasuk produk baja CNP yang terdiri atas welded beam, reng asimetris, pelat talang, customized plate, tower, electric pole, baja hollow, atap baja ringan, dan floor deck.
“Kami menargetkan produksi baja CNP ini hingga 200 ribu batang per tahun dengan potensi penjualan produk untuk pasar dalam negeri senilai Rp 100 miliar per tahun. Sehingga, melalui program hilirisasi ini, kami pun dapat memaksimalkan utilisasi produk HRC Krakatau Steel untuk pemenuhan kebutuhan produk baja domestik,” ujar Silmy.
View this post on Instagram
Tingkatkan produksi
Sebelumnya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berkomitmen meningkatkan produksi baja guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri, sekaligus mengurangi impor. "Kami akan tingkatkan produksi sehingga impor dapat diminimalisir, sesuai arahan Bapak Presiden. Tentu (peningkatan produksi) ini juga akan memberikan keuntungan bagi pelaku usaha dan negara berupa penghematan devisa," kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim .
Terdapat tren kenaikan konsumsi baja dalam lima tahun terakhir. Menurut dia, pada 2014 konsumsi baja Indonesia mencapai 50 kilogram (kg) per kapita per tahun. Sementara, pada 2019, jumlah tersebut naik hingga 71 kg per kapita per tahun.Ia mengatakan kenaikan konsumsi baja merupakan peluang bagi industri baja nasional. Namun, kondisi ini justru dimanfaatkan oleh oknum pedagang untuk melakukan impor.
Pada kuartal IV 2020, Indonesia telah mengimpor baja hingga 1,1 juta ton dengan nilai sebesar 764 juta dolar AS. Jumlah tersebut naik hingga 19 persen pada kuartal I 2021 menjadi 1,3 juta ton dengan nilai sebesar 1 miliar dolar AS.
"Alasan impor itu bisa dicari, tetapi yang kami inginkan bersaing secara fair. Baja yang diimpor kadang-kadang tidak sesuai standar nasional, jadi konsumen yang dirugikan," ujarnya.
Kebutuhan dalam negeri terhadap hot rolledcoil (HRC) sebesar 3,9 juta ton bahan baku. Sementara produk turunan lain seperti plate membutuhkan sebesar 1,5 juta ton. Oleh sebab itu, Krakatau Steel akan meningkatkan kapasitas produksi, salah satunya dilakukan dengan mengoperasikan pabrik hot stripmill yang diproyeksikan sanggup memproduksi HRC1,5 juta ton per tahun.
Untuk mempercepat kapasitas produksi, pihaknya juga akan membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tambahan pada 2025, serta memproduksi turunan baja pada 2022. "Komoditas baja ini semakin meningkat seiring waktu. Kalau kita tingkatkan produksi, sementara pemerintah menata kebijakan impor, kami optimistis negara bisa berhemat hingga Rp29 triliun atau bisa lebih besar lagi," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.