Hikmah
Jangan Marah
Marah juga dapat menjatuhkan harga diri seseorang, apalagi sebagai publik figur.
Oleh IMAM NUR SUHARNO
OLEH IMAM NUR SUHARNO
Dari Abu Hurairah RA berkata, seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, “Berilah aku nasihat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Laki-laki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi SAW (selalu) menjawab dengan, “Janganlah engkau marah.” (HR Bukhari).
Hadis di atas memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kita semua, terutama pejabat publik dan figur publik karena sikap dan perilakunya selalu dalam sorotan. Nasihat Nabi SAW di atas cukup pendek dan simpel tetapi memiliki makna yang luas, yaitu larangan untuk marah, apalagi marah di depan publik, tidak elok.
Marah merupakan perilaku buruk yang harus dijauhkan dari diri seorang Muslim. Marah juga dapat menjatuhkan harga diri seseorang, apalagi sebagai pejabat publik maupun publik figur. Karena itu, jauh-jauh hari Islam telah memberikan kiat praktis untuk mengendalikan sikap marah-marah.
Pertama, membaca taawudz. Yaitu, meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang menyesatkan. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, “Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS al-A’raf [7]: 200).
Kedua, diam. Marah sering kali diekspresikan dengan kata-kata yang tidak tertata dengan rapi yang diiringi dengan desis napas sebagai tanda dorongan emosi. Karena itu, Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR Ahmad).
Ketiga, berganti posisi. Hal ini penting karena berganti posisi dapat mengendorkan urat-urat kemarahan karena emosi yang tidak terkendali. Karena itu, Nabi SAW bersabda, “Jika salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR Abu Dawud).
Keempat, mengambil air wudhu. Api kemarahan itu bisa dipadamkan dengan air yang mendinginkan. Karena itu, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR Abu Dawud).
Kelima, mengingat wasiat Nabi SAW. Seseorang yang bisa mengendalikan amarahnya, maka baginya balasan pahala berupa surga. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR Abu Dawud). Dalam hadis yang lain, “Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR Thabrani).
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar mampu mengendalikan amarah sehingga layak mendapatkan surga-Nya. Amin.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.