Jakarta
Pembangunan Rusun Eks Bukit Duri Berkonsep Kota Air
Rancangan gedung rusun dibangun memungkinkan warga bekerja dari rumah.
JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan memastikan Kampung Susun Produktif Tumbuh di Jatinegara, Jakarta Timur, diserahkan kepada warga eks penggusuran Bukit Duri. Menurut dia, kampung susun tersebut nantinya menggunakan konsep bangunan ramah lingkungan.
"Anda bisa lihat gambarnya, rancangan ini bisa memungkinkan ramah lingkungan, bisa mengelola air dengan baik. Dan mengelola SDA dengan ramah," kata Anies di lokasi, Kamis (7/10).
Menurut Anies, rencana pembangunan kawasan perkampungan bagi 75 kepala keluarga itu merupakan bentuk kepedulian Pemprov DKI. Dia mengatakan, kepemilikan tempat tinggal bagi warga DKI seharusnya menjadi kesadaran semua pihak di DKI.
Terlebih, kata dia, ketika semua warga DKI perlu mendapatkan keadilan dan kesempatan untuk memiliki tempat tinggal. "Jadi, kita ingin babak baru bagi warga Bukit Duri setelah mereka ada lima tahun dalam hidupnya tinggal sementara setelah penggusuran," kata dia.
Rusun tersebut dibangun di atas lahan 4.000 meter persegi. Bangunan itu mencakup 75 unit hunian dengan empat unit lainnya untuk kegiatan usaha. Berdasarkan informasi, gedung tersebut direncanakan terdiri atas lima lantai.
"Kita bersyukur karena bangunan yang sedang dibangun ini merupakan satu konsep perkampungan yang secara rancangan, bisa memfasilitasi interaksi masyarakat," kata Anies.
Anies menambahkan, dengan adanya kehidupan masyarakat yang dekat seperti saat mereka di Bukit Duri diharapkan kehidupan tetap rukun. Walaupun, dia mengakui kini berbeda karena berbentuk rumah susun. "Jangan sampai menghasilkan komunitas yang tidak peduli satu sama lain, tidak kenal satu sama lain, tapi satu konsep bangunan yang memungkinkan kampung yang dekat satu sama lain tapi rukun," kata dia.
Lebih lanjut, dengan adanya pembangunan tersebut Anies juga berharap agar warga di sana nantinya bisa produktif. Hal itu, kata dia, karena rancangan gedung yang memungkinkan warga bekerja dari rumah.
Kota Berbasis Air
Terpisah, arsitek proyek tersebut, Yusin, menambahkan, Jakarta pada dasarnya adalah kota berbasis air dan rawa. Terbukti dari peta DKI kurun 1800 hingga 1900-an. "Kesalahannya Jakarta waktu itu dibangun VOC dan dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia menjadi kota dataran," kata Yusin.
Menurut dia, saat itu semua air termasuk sungai malah dikeringkan. Padahal, badan sungai yang seharusnya menjadi dataran penghalau banjir, tetapi malah dijadikan jalan. "Di situlah mulainya Jakarta bermasalah dengan banjir, bahkan ketika itu waktu VOC masih membiru di Jakarta, Jakarta sudah kebanjiran," kata dia.
Dengan adanya alasan itu, pihaknya akan mengadaptasi bangunan rusun menjadi bangunan yang tahan air. Menurut dia, konsep itu akan dibuat dengan bangunan panggung, termasuk jalan lingkungan di dalamnya.
"Jadi, prinsipnya kami akan mengembalikan Kota Jakarta menuju kota air, tetapi bukan permanen air. Pada saat musim hujan dia bisa menjadi air pada musim kering dia bisa menjadi kebun," ungkap Yusin.
Yusin mengeklaim, pembangunan tersebut akan menjadi dasar supaya warga setempat tidak terganggu kebutuhan air. Bahkan, menurut dia, pengelolaan air hujan juga akan dimaksimalkan sesuai dengan keadaan.
Dia menjelaskam, mengapa ada diksi 'tumbuh' dalam Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung ini disebabkan semangat di dalamnya. Menurut dia, warga yang akan tinggal di sana, akan menempati dalam waktu yang lama, sehingga anak-anak saat ini, nantinya bisa terakomodasi juga di bangunan tersebut.
"Kita dimungkinkan membuat ruang tumbuh, sehingga bangunan ini dalam jangka panjang akan menjadi fleksibel dan dimanfaatkan secara lebih efektif," ujar dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.