Internasional
PBB Bahas Pandemi Hingga Iklim
Biden, Xi, dan Raisi diperkirakan menjadi sorotan dalam sidang PBB kali ini.
NEW YORK – Para pemimpin dunia akan kembali mengikuti sidang tahunan Majelis Umum PBB untuk pertama kalinya dalam dua tahun, Selasa (21/9). Sejumlah isu mendesak seperti penanganan pandemi dan perubahan iklim menanti untuk dibahas dalam kesempatan tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bakal membuka sidang. “Beliau (Guterres—Red) akan memberikan visi untuk menjembatani berbagai perpecahan yang menghalangi kemajuan,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric, Senin (20/9).
Tiga pembicara yang bakal mendapat sorotan dalam sidang Majelis Umum PBB adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Presiden Cina Xi Jinping, dan Presiden Iran Ebrahim Raisi. Sebelumnya, Guterres sempat mendorong AS memperbaiki hubungannya dengan Cina. Menurut dia, hubungan yang disfungsional antara kedua negara itu berpotensi memantik Perang Dingin baru.
Biden melakukan pertemuan dengan Guterres pada Senin (20/9) malam. Mereka membahas sejumlah isu yang menjadi tantangan global, termasuk penanganan pandemi Covid-19.
Menurut keterangan yang dirilis Gedung Putih, selain penanganan pandemi, Biden dan Guterres turut membahas ancaman kesehatan di masa mendatang. Perubahan iklim dan penguatan sistem ketahanan pangan turut mereka bicarakan. Keduanya juga membicarakan tentang upaya-upaya mengurangi konflik di dunia dan mempromosikan hak asasi manusia (HAM).
Biden menekankan, tantangan global yang kompleks hanya dapat diatasi dengan solusi global sejati. “Beliau (Biden) menekankan peran unik PBB dalam mewujudkan kemakmuran, perdamaian, dan keamanan bagi semua orang,” kata Gedung Putih.
Bus vaksin
Karena ini merupakan sidang tatap muka pertama dalam dua tahun, hambatan utama menjelang pertemuan adalah persyaratan bebas Covid-19 bagi para pemimpin yang hendak masuk ke AS. Markas PBB diketahui berada di New York, AS.
Markas PBB pun menerapkan aturan cukup ketat. Siapa pun yang memasuki kompleksnya harus membuktikan tak memiliki gejala Covid-19 dan belum dites positif dalam sepuluh hari terakhir.
Sebuah bus yang diubah menjadi klinik diparkir di markas PBB di New York. Bus berwarna merah muda, biru, dan kuning tersebut menyediakan vaksinasi dan pengujian Covid-19 secara gratis. Bus itu juga bertujuan untuk mencegah sidang Majelis Umum PBB menjadi klaster baru Covid-19.
Bus klinik tersebut menawarkan tes gratis dan vaksin Johnson & Johnson kepada peserta selama sidang berlangsung dari pukul 07.00 sampai 23.00 waktu setempat. Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield pada Senin melakukan tes Covid-19 di dalam bus klinik itu.
“Peserta harus melakukan segala sesuatu untuk mengurangi penyebaran Covid-19 sehingga acara ini tidak menjadi acara penyebar (virus korona) super," kata Thomas-Greenfield.
Wali Kota New York Bill de Blasio juga mengimbau para pemimpin dunia untuk divaksinasi sebelum menghadiri pertemuan PBB. New York memang mewajibkan vaksin bagi peserta pertemuan tertutup.
“Jika Anda tidak ingin divaksinasi, jangan repot-repot datang,” kata de Blasio.
Piza di Tepi Jalan
Presiden Brasil Jair Bolsonaro bersama delegasi Brasil lainnya melakukan makan malam pertama dengan sepotong piza di tepi jalanan New York. Mereka tidak bisa bersantap mewah di restoran New York karena harus menunjukkan bukti vaksinasi Covid-19.
Bolsonaro dikenal antivaksin Covid-19. Sebelum berangkat ke New York, pemimpin populis sayap kanan tersebut mengatakan bahwa dia tidak perlu divaksinasi.
Dia mengatakan, kekebalan tubuhnya sudah kuat untuk menangkal virus korona. Sebelumnya, Bolsonaro pernah dinyatakan positif Covid-19.
Dua menteri Kabinet Brasil mengunggah foto Bolsonaro dan para penasihatnya sedang menikmati sepotong piza di trotoar New York pada Ahad (19/9) malam. Pendukung Bolsonaro mengatakan, presiden Brasil itu tampil sederhana karena memilih untuk makan piza di tepi jalan ketimbang restoran mewah.
Dalam sebuah pertemuan pada Senin (20/9), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bertanya kepada Bolsonaro apakah dia sudah divaksinasi. Secara blak-blakan, Bolsonaro menjawab, "Belum".
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.