IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Wajah Emirat Islam Afghanistan

Kita menunggu bagaimana kebijakan, kinerja, dan sepak terjang Emirat Islam Afghanistan di lapangan.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Afghanistan berganti nama lagi. Kini namanya Emirat Islam Afghanistan (al-Imarah al-Islamiyah Afghanistan atau Keemiran Islam Afghanistan). Sebelumnya, selama 20 tahun pendududukan AS dan sekutunya, negara itu bernama Republik Islam Afghanistan.

Namanya sekarang, sama dengan ketika Taliban berkuasa di Afghanistan dari 1996-2001. Pemerintahannya pun sudah terbentuk dan diumumkan pada Selasa (7/9), setelah tiga pekan Taliban berhasil masuk Kabul sekaligus berkuasa kembali di Afghanistan.

Beberapa kali, para pemimpin Taliban menegaskan Emirat Islam sekarang berbeda dengan 20 tahun lalu. Antara lain, memberikan kebebasan kepada perempuan memperoleh pendidikan (sekolah) dan bekerja. Kebebasan pers dan berpendapat dijamin.

Mereka juga akan memberi kesempatan kepada orang Afghanistan yang mempunyai keahlian khusus, bergabung dalam pemerintahan. Menurut mereka, orang yang duduk di pemerintahan tidak didasarkan suku atau kelompok, tetapi keahlian dan kemampuan.

 

 
Kepada dunia internasional, mereka menekankan ingin menjalin hubungan baik dengan semua negara, termasuk AS. Mereka menyatakan, akan aktif ikut menciptakan perdamaian dunia dan pertumpahan darah telah berakhir.
 
 

Kepada dunia internasional, mereka menekankan ingin menjalin hubungan baik dengan semua negara, termasuk AS. Mereka menyatakan, akan aktif ikut menciptakan perdamaian dunia dan pertumpahan darah telah berakhir.

Pernyataan dan janji pemimpin Taliban, termasuk Mullah Hebatullah Akhundzadeh, yang akan menjamin HAM dan kepentingan minoritas, layak diapresiasi. Sayangnya, itu tak tergambar di wajah pemerintahan Emirat Islam Afghanistan sekarang.

Tepatnya dalam formasi menteri yang telah diumumkan pada Selasa lalu. Dari 33 nama, yang menduduki jabatan perdana menteri (PM), dua wakil PM, menteri, dan ketua-ketua lembaga negara lainnya, semuanya dari Taliban.

Sebanyak 14 nama pernah menjabat menteri atau wakil menteri pada pemerintahan Taliban sebelumnya. Lima nama pernah ditahan di Penjara Guantanamo dan 12 menteri merupakan generasi kedua Taliban.

Para tokoh kunci Taliban juga memegang posisi penting dalam kabinet. Mullah Muhammad Hasan Akhund menjabat PM. Mullah Abdul Ghani Baradar dan Mawlawi Abdul Salam Hanafi menjabat wakil PM.

Mawlawi Muhammad Yaqoub-putra Mullah Muhammad Omar, pendiri dan pemimpin pertama Taliban, menjadi menteri pertahanan.

 

 
Yang menarik, Mawlawi Amir Khan Muttaki, salah satu tokoh media dalam kepemimpinan Taliban sekarang, menjabat menteri luar negeri. Ia menteri penerangan di pemerintahan Taliban pertama.
 
 

Mullah Sirajuddin Haqqani, putra Mawlawi Jalaluddin Haqqani, pemimpin Taliban yang paling ganas melawan pasukan Uni Soviet dan pasukan AS dan sekutunya, didapuk jadi menteri dalam negeri,  dan Mawlawi Amir Khan Muttaki jadi menlu.

Yang menarik, Mawlawi Amir Khan Muttaki, salah satu tokoh media dalam kepemimpinan Taliban sekarang, menjabat menteri luar negeri. Ia menteri penerangan di pemerintahan Taliban pertama.

Pemimpin Taliban di posisi penting pemerintahan saat ini dari tokoh politik dan militer. Dari kalangan politik adalah Mullah Baradar, Mawlawi Amir Khan Mottaki, Mawlawi Abdul Salam Hanafi, dan Sher Abbas Estanekzi yang menjabat wakil menteri luar negeri.

Dari kalangan militer, Mawlawi Muhammad Yaqoub (menteri pertahanan), Mullah Sirajuddin Haqqani (menteri dalam negeri), dan Mawlawi Fasih al-Din (kepala staf angkatan darat).

Dari sisi etnis, didominasi suku Pashtun. Mereka PM Mullah Muhammad Hassan, Wakil PM  Mullah Abdul Ghani Baradar, menteri pertahanan, dalam negeri, luar negeri, media, listrik, air, pendidikan tinggi, keimigrasian, kepala intelijen, dan kepala Bank Sentral.

Tak ada dari etnis Turkmenistan, Hazara, Arab, dan Baluch. Juga tidak ada menteri dari kalangan Syiah. Sedangkan dari sisi pendidikan, hampir semua berlatar belakang sekolah dan institut keagamaan tradisional di Afghanistan atau Pakistan.

 

 
Tak ada dari etnis Turkmenistan, Hazara, Arab, dan Baluch. Juga tidak ada menteri dari kalangan Syiah.
 
 

Beberapa menyandang gelar 'mullah', lainnya 'maulawi'. Gelar untuk tokoh agama. Hanya seorang yang tak bergelar 'mullah' atau 'maulawi'. Dia Sher Muhammad Estanekzi, wakil menlu. Ia pernah belajar teknik militer di India dan mahir berbahasa Arab dan Inggris.

Yang juga menjadi perhatian banyak kalangan, dalam kabinet baru ini tidak ada perempuan, juga tidak menyertakan tokoh dari pemerintahan lama atau sebelumnya.

Taliban menambahkan satu kementerian baru, yaitu Kementerian ad Dakwah wal Irsyad dan Amar Makruf dan Munkar. Menteri yang ditunjuk dalam posisi ini tokoh tak populer bernama Sheikh Muhammad Khalid.

Yang mengherankan, Taliban tak menginformasikan otoritas lebih tinggi yang akan berada di atas pemerintah. Mereka juga tidak menyinggung posisi pemimpin Taliban Mullah Hebatullah Akhundzadeh, apakah sebagai amir, presiden, atau apa.

Pun tidak mengumumkan pembentukan dewan atau lembaga yang akan membantu dan memberi nasihat kepada pemerintah. Taliban hanya mengatakan, pemerintahan sekarang adalah sementara dan anggota kabinet adalah penjabat alias pelaksana tugas.

Jabatan menteri dalam pemerintahan belum definitif. Mereka juga mengatakan, akan menyelenggarakan pemilu yang melibatkan semua warga Afghanistan. Namun, mereka tidak memastikan batas waktu kapan pemilu akan digelar dan pemerintahan sementara berakhir. 

Banyak pihak pesimistis, susunan kabinet saat ini bisa memenuhi keinginan rakyat Afghanistan. Kita menunggu bagaimana kebijakan, kinerja, dan sepak terjang Emirat Islam Afghanistan di lapangan. Bukan sekadar janji dan pernyataan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat