Tuntunan
Inspirasi dari Asyura
Ada berbagai kejadian monumental pada 10 Muharram yang tercatat lembar sejarah.
OLEH A SYALABY ICHSAN
Tahun Baru 1443 Hijriah menjadi salah satu momentum berharga bagi umat Islam untuk menambang pundi-pundi pahala. Muharram mempromosikan begitu banyak keutamaan bagi setiap Muslim di manapun berada. Termasuk di antaranya, berpuasa pada 9-10 Muharram yang biasa disebut sebagai Tasu’a dan Asy-Syura.
Sunnah berpuasa pada Hari Asyura dicontohkan langsung oleh Baginda Rasulullah SAW. Nabi menyaksikan bagaimana para ahli kitab pada masa itu, yakni kaum Yahudi dan Nasrani mengagungkan Hari Asyura.
Dari Ibnu Abbas, tatkala Rasulullah berpuasa Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Maka beliau bersabda, “Tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari ke-9.” Ibnu Abbas berkata,”Tahun berikutnya belum datang Rasulullah lebih dahulu meninggal.” (HR Muslim No 1134).
Rasulullah berniat untuk berpuasa hari ke-9 untuk membedakan diri dari ahlul kitab. Oleh karena itu, sebagian ulama menjelaskan, “Barangkali sebab puasa hari ke-9 bersama hari ke-10 adalah agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi, jika hanya berpuasa hari kesepuluh saja. Dan dalam hadis tersebut memang terdapat indikasi ke arah itu.”
Pada hari itu, begitu banyak peristiwa berharga yang terjadi. Di antaranya, yakni bagaimana Nabi Musa AS selamat dari kejaran Bani Israil hingga memasuki Laut Merah. Peristiwa ini langsung dikisahkan Rasulullah SAW.
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya, 'Apa ini?' Mereka menjawab, 'Sebuah hari yang baik, ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur.' Maka beliau Rasulullah menjawab, ”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu'." (HR Bukhari).
Selain peristiwa tersebut, ada berbagai kejadian monumental pada 10 Muharram yang tercatat lembar sejarah. Itulah saat bertobatnya Nabi Adam AS kepada Allah dari dosa-dosanya. Tobat tersebut pun diterima Allah. Kedua, berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS di Bukit Zuhdi setelah berhasil selamat dari musibah air bah yang menenggelamkan bumi.
Berikutnya yakni selamatnya Nabi Ibrahim AS dari siksa Raja Namrud. Ayah para nabi ini dapat terbebas dari kobaran api yang hendak membakar tubuhnya.
Momentum Asyura juga merupakan waktu di mana Nabi Yusuf AS dibebaskan dari penjara Mesir. Begitu pula saat Nabi Yunus berhasil keluar dari perut ikan paus dan disembuhkannya Nabi Ayub dari penyakit menjijikkan.
Di sisi lain, Asyura juga menjadi momentum menyedihkan yang pernah tercatat dalam sejarah perjalanan umat Islam. Rasa haru selalu membuncah saat cucu Rasulullah, Husain bin Ali bin Abi Thalib tewas dalam pertempuran Karbala. Ketika pasukan Yazid bin Muawiyah menghabisi rombongan Husain, membunuh dan mengerat kepala cucu nabi yang mulia itu. Semenjak itu, Asyura pun kerap diklaim kelompok Syiah lewat ‘festivalisasi’ kekejaman terhadap ahlul bait lewat Hari Karbala.
Terlepas dari kontroversi yang melandanya, Asyura patut menjadi ajang bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kebangkitan dan keselamatan para nabi saat Asyura selayaknya bisa menjadi ajang bagi kita untuk berkontemplasi.
Inilah saat yang tepat bagi kita untuk bangkit dari pandemi. Terlebih, peristiwa hijrah juga terjadi pada bulan mulia ini. Semoga Asyura bisa memberi kita inspirasi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.