Ekonomi
Okupansi Hotel BUMN Turun
Pengusaha hotel berharap PPKM segera berakhir
JAKARTA — Tingkat hunian kamar atau okupansi holding hotel BUMN di bawah naungan PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau Inna Group kembali mengalami penurunan akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 3 Juli 2021.
Direktur Utama Hotel Indonesia Natour atau HIN Iswandi Said mengatakan, okupansi rata-rata hotel BUMN tak lebih dari 10 persen akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat tersebut. "(Okupansi) sudah pasti turun karena (PPKM) tidak hanya di Jakarta dan Bali, melainkan daerah-daerah lain, seperti Yogya, Jawa Timur, dan Padang, semua terdampak," kata Iswandi saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (8/8).
Menurut Iswandi, kondisi ini berbeda dengan periode awal tahun hingga Juni yang mulai menampakkan adanya pemulihan dari sisi okupansi. Ia mengatakan, rata-rata okupansi hotel BUMN selama periode tersebut hampir mencapai 40 persen setelah mengalami tekanan berat pada saat pandemi tahun lalu.
"Trennya mulai membaik dari Januari hingga Juni. Namun, kemudian menurun sejak 3 Juli setelah ada PPKM sampai hari ini, padahal sudah banyak yang pesan kamar, terpaksa harus jadwal ulang lagi," ujar Iswandi.
Iswandi berharap adanya kebijakan pemerintah terkait PPKM yang membantu industri perhotelan agar masyarakat bisa kembali berkegiatan di hotel. Ia menilai, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 menjadi momentum dalam pemulihan bagi sektor pariwisata.
"Pertumbuhan (ekonomi) bagus tapi daya belanja orang tidak keluar karena keran tidak dibuka, tidak bisa liburan sehingga uangnya di bank semua," kata Iswandi.
Iswandi berharap kebijakan PPKM Darurat tak diperpanjang agar memberikan peluang bagi industri dan masyarakat untuk berkegiatan di hotel. Dia menilai, hal ini akan mendorong percepatan pemulihan sektor perhotelan.
Iswandi menambahkan konsolidasi hotel-hotel BUMN melalui holding hotel yang dipimpin anak usaha HIN, Hotel Indonesia Group (HIG) dan anak usaha PT Wijaya Karya (Persero), PT Wijaya Karya Realty, terus berjalan.
Holding operatorship sudah berjalan, sekitar 31 hotel BUMN telah berada dalam satu atap di bawah pengelolaan HIG. Sementara, holding ownership mengenai penggabungan kepemilikan hotel-hotel kepada Wika Realty masih on the track.
"Masih on the track, artinya untuk holding hotel BUMN yang mana 11 unit HIN bergabung ke Wika Realty dalam bentuk saham, insya Allah pekan depan bisa tandatangan," kata Iswandi.
Pengamat BUMN, Toto Pranoto, mengatakan, pembatasan kegiatan memberikan pukulan telak bagi sektor dunia usaha nonesensial, termasuk hotel-hotel BUMN. Menurut Toto, Inna Group sebagai holding BUMN pengelola hotel perlu melakukan upaya terobosan, seperti skenario bundling produk dengan klaster BUMN pariwisata yang lain, melakukan efisiensi, dan alternatif kolaborasi dengan pemangku kepentingan agar tetap bisa bertahan di tengah pandemi.
View this post on Instagram
“Holding pariwisata diharapkan bisa membuat sinergi antaranggota menjadi optimal. Value creation bisa diciptakan dari produk bundling pariwisata yang akan membuat harga paket pariwisata menjadi sangat kompetitif," ujar Toto.
Toto mengatakan, pemulihan usaha perhotelan memerlukan sinergitas dari berbagai pihak. Menurut Toto, industri hotel tidak akan mampu bergerak sendiri dalam percepatan pemulihan okupansi saat atau setelah pandemi.
"Apabila cetak biru pariwisata Indonesia pascapandemi dijalankan dengan baik, saya yakin tingkat okupansi hotel bisa segera pulih. Kuncinya sinergitas pelaku usaha di klaster pariwisata," kata Toto.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, perkembangan industri perhotelan dan restoran tahun ini relatif lebih berat dibandingkan 2020 lantaran kondisi pandemi Covid-19 yang sudah berjalan sekitar 1,5 tahun.
Maulana mengatakan, industri perhotelan dan restoran memang sempat mengalami pertumbuhan 40-50 persen pada akhir 2020. Kendati begitu, Maulana menyebut pertumbuhan tersebut belum mampu menutupi biaya operasional hotel.
"Kita perhatikan terakhir di kuartal IV 2020, khususnya Desember itu sampai 40 hingga 50 persen, tapi perlu diingat juga hotel tidak hanya bicara okupansi, tapi nilai jual harga per malamnya itu justru turun 40 persen. Jadi, 50 persen belum bisa menutup biaya operasional mereka tiap bulan," ujar Maulana.
Maulana juga menyebutkan, industri perhotelan dan restoran kehilangan tiga momentum atau musim puncak kunjungan, seperti liburan Lebaran, Natal, dan tahun baru, dan libur sekolah. Ia menilai, kebijakan pelarangan mudik makin mendorong penurunan tingkat okupansi hotel yang sebelumnya diprediksi membaik pada kuartal II 2021.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.