Petugas kesehatan bersiap menyuntikan vaksin Covid-19 kepada santriwan di Pondok Pesantren Darunnajah, Pesanggrahan, Jakarta, Kamis (15/7). Sebanyak 104 santriwan dan santriwati mendapatkan vaksin Covid-19 tahap pertama untuk menciptakan kekebalan komunal | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

Vaksin untuk Kiai Terbatas

Baznas berupaya memenuhi ketersediaan vaksin untuk program Kita Jaga Kyai.

JAKARTA –  Banyak kiai wafat di tengah pandemi Covid-19. Maka, program Kita Jaga Kyai pun diluncurkan. Namun, program yang sangat baik itu teradang oleh masalah ketersediaan vaksin yang masih terbatas di beberapa wilayah.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dr Makky Zamzami. PBNU merupakan salah satu organisasi masyarakat yang terlibat dalam program yang diinisiasi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) tersebut.

"Saat ini jumlah vaksin kurang atau distribusinya tidak merata. Saya rasa vaksin saat ini sampai akhir Agustus masih cukup, kisaran 10 sampai 15 juta dosis," kata dia kepada Republika, Kamis (5/8).

Makky mengatakan, PBNU berupaya mendukung program ini dengan melaksanakan vaksinasi di pesantren. Untuk itu, NU akan mengajukan permintaan bantuan ke semua pihak yang bertanggung jawab atas distribusi vaksin.

Di beberapa titik, ia berharap, distribusi vaksin diharapkan terarah sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Pemerintah, menurut dia, juga harus mempersiapkan vaksin untuk dosis kedua. "Kalau tidak ada vaksin, program vaksinasi tidak bisa berjalan. Ada vaksin, tapi tidak ada biaya atau vaksinator juga tidak bisa. Maka, ini harus berjalan beriringan," ujar dia.

Sebelum program Kita Jaga Kyai diluncurkan, PBNU sudah menggelar vaksinasi di dua titik, yakni Cirebon dan Tangerang Selatan. Sementara itu, saat program ini diluncurkan, vaksinasi dilakukan di lima titik, yakni Pondok Pesantren (Ponpes) Asshidiqiyah Jakarta, Ponpes al-Islah Semarang, Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Ponpes Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, dan Ponpes Babakan Ciwaringin Cirebon.

Makky menyebut,  di lingkungan pesantren yang bisa menjaga kiai adalah santri. Dengan kegiatan belajar mengajar tatap muka, interaksi antara kedua pihak ini menjadi hal yang tidak bisa dikesampingkan.

"Maka, percuma jika kiai dan ulama sudah divaksin, tapi santri belum. Kiai ada yang sepuh, di mana kekuatannya juga menurun," ujar dia.

Sementara santri, menurut Makky, sulit jika diminta mendatangi sentra vaksinasi yang ada. Sebab, jika mereka keluar dari komunitasnya, hal itu akan menyebabkan adanya interaksi dengan orang luar yang berpotensi menularkan Covid-19 dan membahayakan lingkungan pesantren.

Maka, untuk program Kita Jaga Kyai, Satgas Covid-19 PBNU akan menyelenggarakan vaksinasi ke pesantren-pesantren. Adapun pesantren yang akan dikunjungi harus memenuhi beberapa persyaratan. Di antaranya, terdaftar di Kementerian Agama, menyatakan mau dilakukan vaksinasi, serta bagi santri sudah mendapat izin vaksinasi dari orang tua.

Sementara itu, Baznas akan mengupayakan agar vaksin yang dibutuhkan dalam program Kita Jaga Kyai, tersedia. "Insya Allah kita upayakan terus dengan bekerja sama ke berbagai pihak yang punya persediaan vaksin. Insya Allah ada jumlah vaksin yang diharapkan," ujar Ketua Baznas, Prof Noor Ahmad, Kamis (5/8).

"Kami akan menyalurkan 80 ribu kali dua vaksin. Mudah-mudahan nanti dapat berlanjut," lanjut dia.  

Sebelumnya, saat dihubungi Republika setelah peluncuran program Kita Jaga Kyai, Noor mengatakan, program ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kiai yang wafat di tengah pandemi Covid-19.  "Latar belakangnya, banyak kiai yang wafat di masa pandemi sudah lebih dari 650 orang. Padahal, untuk menjadikan seorang kiai sulitnya bukan main karena di samping diperlukan kemampuan juga pengakuan," kata dia.

Ia menerangkan, program ini merupakan salah satu bentuk peran Baznas sebagai penyangga pemerintah yang saat ini sedang fokus menangani pandemi Covid-19. Karena itu, Baznas menginisiasi program ini melalui kerja sama dengan sejumlah pihak, seperti Kementerian Agama (Kemenag), TNI-Polri ,Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan organisasi masyarakat Islam.

Dengan adanya program ini, ia berharap, umat akan merasa tenang dan para kiai-santri terjaga kesehatannya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat