Olahraga
Gengsi Tim Basket Amerika Serikat dalam Olimpiade
Sebagai 'pemilik' NBA, pantang bagi tim basket Amerika tersungkur di Olimpiade.
TOKYO — Perjalanan terjal tim basket putra Amerika Serikat (AS) membawa mereka ke babak semifinal. Wakil negeri Paman Sam sudah ditunggu oleh Australia dalam partai empat besar Olimpiade Tokyo, Kamis (5/8) pukul 11.15 WIB.
Turun sebagai unggulan, AS ternyata harus susah payah menuju semifinal. Hal ini sudah mulai terlihat ketika Kevin Durant dan kawan-kawan dipermalukan Prancis di laga pembuka babak penyisihan dengan skor 76-83.
Kekhawatiran publik makin menjadi ketika menghadapi Spanyol di perempat final. Melawan juara Piala Dunia Basket 2019, AS sempat terseok-seok di awal kuarter. Untungnya mereka berhasil bangkit dan membalikkan keadaan dengan hasil akhir 95-81.
Ekspektasi juara yang dicap membebani para pemain ditengarai memengaruhi kualitas performa di arena. Bukan tanpa alasan publik menaruh harapan tinggi pada Davin Booker dan kompatriotnya. Sebab, dari 19 kali AS ikut dalam Olimpiade, mereka sudah 15 kali menyabet medali emas. Gelar juara pertama bahkan hampir selalu mereka dapatkan sejak 1992 lalu. Hanya pada Olimpiade Athena 2004 AS gagal meraih emas karena merebut perunggu.
Tim basket putra AS juga kerap dibanding-bandingkan dengan tim putri yang tampil percaya diri sepanjang kompetisi. Terlebih, tim basket putri sukses mempertahankan rekor 50 pertandingan tak terkalahkan.
Menanggapi hal tersebut, Kevin Durant sebagai kapten tim menegaskan tidak ingin terbebani dengan ekspektasi publik. Ia hanya ingin mengerahkan kemampuan terbaiknya dengan memenangkan setiap laga, terutama di fase gugur karena tidak ada kesempatan kedua.
View this post on Instagram
"Kami harus menyelesaikannya. Kami berhak berada di sini dan memburu medali emas," katanya seperti dilansir Sports Illustrated, Rabu (4/8).
Sementara Australia, yang tidak mengemban tanggung jawab juara sebesar AS, tampil lebih luwes sejak Olimpiade Tokyo bergulir. Mereka menyapu bersih seluruh kemenangan dari babak penyisihan hingga perempat final. Di babak delapan besar kontra Argentina, tim berjuluk Boomers itu melumat lawan dengan skor 97-59.
Tim Negeri Kangguru sama sekali belum pernah menyabet medali apa pun selama partisipasinya di Olimpiade. Namun, statistik mereka di hajatan olahraga empat tahunan itu cenderung meningkat.
Sempat menembus semifinal di Olimpiade Atalanta 1996 dan Sydney 2000, mereka harus terpuruk di Olimpiade Athena 2004. Namun, Australia perlahan-lahan merangkak ke perempat final di Beijing 2008 dan London 2012, kemudian menjajakkan kaki di empat besar pada Olimpiade Rio 2016.
View this post on Instagram
Penggawa Australia, Matisse Thybulle, percaya timnya akan meraih hasil yang lebih baik dari sekadar lolos ke semifinal. Ia sadar akan menghadapi tim sebesar AS. Namun, hal tersebut tidak ingin dijadikan alasan untuk merasa kerdil di arena pertandingan.
"Kami baru memulai petualangan dan belum berada di titik yang diinginkan. Kami tampil di panggung terbesar di dunia dan mewakili negara. Ini sudah prestasi. Namun, kami ingin hasil lebih, yaitu mengalahkan Amerika lalu tampil di final dan meraih medali emas," katanya seperti dilansir ABC News.
Thybulle sadar terdapat banyak perbedaan di pentas dunia dengan tampil di bawah naungan NBA. Pemain Philadelphia 76ers itu mengaku NBA memiliki regulasi yang berbeda dengan FIBA selaku payung hukum basket di Olimpiade.
Meski begitu, ia memilih tidak ambil pusing dengan perbedaan suasana dan regulasi. Menurut dia, timnya hanya perlu mencetak angka sebanyak mungkin jika ingin merebut kemenangan.
"Di level ini, seluruh lima pemain akan benar-benar harus bekerja keras. Namun, kami hanya perlu mengincar angka. Kemampuan kerja sama tim yang kami miliki akan menjadi kekuatan tersendiri," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.