Khazanah
Jumlah Pekurban Diprediksi Turun
Penurunan jumlah pekurban diperkirakan mencapai 10 persen.
JAKARTA – Kelesuan ekonomi sebagai akibat pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap kemampuan umat untuk berkurban. Pada Idul Adha tahun ini, jumlah umat Islam yang menunaikan ibadah kurban diprediksi turun hingga 10 persen.
Koordinator Kelompok Zoonosis Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Tjahjani Widiastuti, mengatakan, pada 2020, jumlah pekurban mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2020 sudah terjadi pandemi Covid-19, sehingga terjadi penurunan jumlah pekurban sekitar 10 persen.
"Adapun tahun 2021 diperkirakan dengan belum adanya recovery (pemulihan) ekonomi, kemudian masih ada pandemi Covid-19, ditambah dengan PPKM Darurat, maka diperkirakan akan terjadi penurunan kembali (jumlah pekurban) sebanyak 10 persen," kata Tjahjani dalam agenda daring bertema “Branding Produk Kurban: Meningkatkan Nilai dan Kualitas Produk Kurban untuk Kemakmuran Umat”, Selasa (13/7).
Ia juga mengatakan, pada 2020, dampak pandemi Covid-19 hanya terasa di kota-kota saja. Sementara di perdesaan, dampaknya masih sangat sedikit atau jarang. “Di tahun 2021 agak sedikit berbeda karena adanya varian-varian baru Covid-19 yang muncul dan menyebar di mana-mana,’’ katanya.
Dalam forum yang sama, Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa (DD), Nasyith Majidi, menyampaikan data yang agak berbeda. Menurut dia, jumlah umat Islam yang berkurban melalui DD pada 2020 lebih banyak dibandingkan 2019. Peningkatannya mencapai 50,66 persen.
"Dari 22.300 hewan kurban pada tahun 2019, kita bisa memotong 42.126 hewan kurban setara domba-kambing pada 2020," ujar dia.
Nasyith menduga, efek pandemi Covid-19 pada tahun 2020 belum dirasakan separah saat ini. Jadi, para pekurban menggunakan tabungan yang sudah disiapkan tahun sebelumnya.
Sementara, pada tahun ini, ia mengungkapkan, belum bisa membuat prediksi yang terlalu optimistis. Sebab, saat ini daya beli masyarakat berkurang. Makro ekonomi juga turun drastis, pasti efeknya memengaruhi jumlah pekurban.
"Kalau tahun 2021 (jumlah pekurban) masih sama seperti tahun 2020, itu sudah merupakan prestasi yang begitu bagus, karena makro ekonomi kita sangat tidak mendukung," kata Nasyith.
Sementara, CEO Rumah Zakat Nur Efendi menyampaikan, pekurban yang melaksanakan kurban langsung atau kurban secara luring mengalami penurunan pada 2020. Namun, kurban melalui lembaga meningkat.
Ia menerangkan, tahun 2019 banyak orang berdonasi langsung dan berdonasi ke kampungnya. Pada 2020, ada pandemi Covid-19, tapi mereka tetap ingin berkurban. Akhirnya mereka memilih metode berkurban secara daring melalui lembaga.
"Bagaimana dengan Rumah Zakat, kurban tahun 2020 dibanding 2019 mengalami pertumbuhan di angka 45 persen. Jadi, ini anomali, di sisi lain ekonomi turun, kemampuan daya beli masyarakat turun, tapi donasi terus naik termasuk di dalamnya adalah kurban mengalami kenaikan 45 persen," ujar Nur.
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan dampak pandemi Covid-19 terhadap sikap berderma. Berdasarkan hasil survei, pendapatan masyarakat memang menurun, tapi perilaku berderma meningkat. Sepertinya pandemi ini memotivasi umat untuk lebih banyak bersedekah.
"Hasil survei teman-teman Lazismu tahun 2020, pendapatan masyarakat menurun hingga 70 persen tetapi perilaku berderma masyarakat meningkat bahkan sebanyak 79,7 persen, responden masih rutin berderma di tengah-tengah pandemi Covid-19," ujarnya.
Nur menambahkan, beberapa bulan lalu, dalam rilis the World Giving Index disebutkan, Indonesia adalah negara paling dermawan di dunia. “Masyarakat Indonesia memiliki budaya dan nilai bahwa masyarakatnya empati, gotong-royong, dan dermawan.”
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.