Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin di Jakarta, Senin (21/6). Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 yang akan diadakan oleh DPP LDII bekerja sama dengan Dinkes DKI Jakarta dan Ponpes Minhaajurrosyidii | Prayogi/Republika.

Khazanah

Percepat Vaksinasi Covid-19 di Ponpes

Kemenag siap bekerja sama dengan banyak pihak untuk vaksinasi covid-19 di ponpes.

JAKARTA -- Rabhithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU mencatat per 4 Juli 2021, sebanyak 595 kiai di pondok pesantren (ponpes) wafat akibat Covid-19. Dalam upaya melindungi para kiai dan warga pesantren dari paparan virus Covid-19, pemerintah sedang mendorong vaksinasi di lingkungan pesantren.

"Kami berusaha agar kiai, bu nyai, ustaz, dan santri bisa segera mendapatkan vaksin. Hingga saat ini belum semua kiai, ustaz, apalagi santri mendapat jatah vaksin," ujar Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag), Waryono, saat dihubungi Republika, Kamis (8/7).

Pihaknya, lanjut Waryono, selalu merekap data kiai dan nyai yang menjadi pasien ataupun meninggal dunia akibat Covid-19 pada setiap akhir pekan dari kantor Kemenag di provinsi maupun  kabupaten/kota. Hampir setiap hari, ia menerima informasi ada tiga hingga empat kiai atau nyai yang wafat akibat virus ini.

Ia menerangkan, dari 31 ribu pesantren yang terdata di Kemenag, lebih dari 28 ribu merupakan pesantren milik NU. Karena itu, ia menilai, jumlah kiai dan nyai yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 hampir sama dengan yang diumumkan RMI PBNU.

Mengenai vaksinasi Covid-19 di pesantren, Waryono menyebut, pihaknya terbuka akan kerja sama dengan pihak lain di luar pemerintahan. "Kami bekerja sama dengan banyak pihak untuk mendukung vaksinasi. Salah satunya, kami dapat tawaran dari Angkatan Laut yang mau membantu vaksin pesantren," lanjutnya.

Ia juga menyebut, hingga saat ini belum mendapat data yang akurat tentang berapa persen pesantren yang sudah menerima vaksin. Meski demikian, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memetakan vaksinasi Covid-19 bagi pesantren ini.

Dalam rapat koordinasi itu diketahui, masih ada kebingungan data. BNPB menggunakan nomenklatur tokoh agama dan tokoh masyarakat. Dengan nomenklatur itu, berarti mencakup semua agama yang ada di Indonesia.

"Karena itu, saya dan Pak Dirjen mengusulkan agar jangan menggunakan bahasa yang cakupan luas. Gunakan bahasa yang lebih sempit, seperti kiai dan bu nyai," ujar Waryono.

Dalam rapat yang sama, pihaknya juga mengusulkan agar dalam proses vaksinasi, pesantrenlah yang didatangi atau dilakukan jemput bola. Usulan ini muncul mengingat pesantren memiliki banyak warga di dalamnya.

Perihal kepatuhan protokol kesehatan (prokes) di dalam lingkungan ponpes, ia mengimbau agar dilakukan dengan lebih ketat. "Sepengetahuan saya, sebelum pemberlakuan PPKM Darurat saya keliling ke beberapa pesantren, di depan pintu rumah kiai sudah tertulis mereka tidak menerima tamu. Kalaupun terpaksa, itu juga tidak boleh salaman," kata dia.

Untuk  mendoakan para kiai dan nyai yang wafat selama pandemi, sekaligus berharap agar bencana nonalam ini segera berakhir, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag rutin menggelar istighatsah kubra secara virtual. Pekan ini, kegiatan tersebut akan dipimpin Pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Abdullah Kafabihi Makhrus, melalui akun Youtube Pendis Channel. 

Sebelumnya, Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Ketua Umum RMI PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin atau yang akrab dipanggil Gus Rozin, mengimbau pesantren di seluruh Indonesia untuk memperketat prokes. Sebab, menurut dia, sudah ratusan ulama atau kiai yang wafat diduga kuat akibat Covid-19. 

Berdasarkan data yang diperoleh RMI dan jaringan kerjanya, menurut Gus Rozin, saat ini ada peningkatan penularan Covid-19 yang sangat signifikan terhadap para kiai dan pengasuh pesantren, terutama seluruh wilayah Madura dan di daerah lainnya.

Per 30 Juni 2021, menurut dia, angka wafat kiai sudah tembus 541 orang. Angka tersebut masih terus bertambah, sehingga pesantren perlu meningkatkan kewaspadaan.  “Per 4 Juli kemarin, angka wafat kiai sudah tembus 595,’’ kata Gus Rozin.

Untuk menjaga para ulama dan kiai di masa pandemi ini, dia pun meminta pemerintah mempercepat pelaksanaan vaksinasi untuk masyarakat pesantren. “Percepat pelaksanaan vaksinasi untuk kiai, guru-guru pesantren, dan santri tanpa memandang domisili dan administrasi yang rumit. Buka lebar-lebar akses vaksinasi dan permudah prosedurnya.’’

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat