Narasi
Aliran Dana Rasuah Tersangka ASABRI (Selesai)
Penyidik Kejakgung membenarkan terkait uang ASABRI yang ada di grup Benny Tjokro.
Mantan direktur utama PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), Sonny Widjaja menggunakan peran banyak orang dalam mendapatkan dan membuat ’samar’ uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya.
Dalam berita acara pemeriksaan (BAP) tersangka korupsi dana ASABRI itu, terungkap Sonny menggunakan fee senilai Rp 64,5 miliar dari sejumlah manajer investasi (MI) yang mengelola dana investasi saham, serta reksa dana milik ASABRI. Penelusuran wartawan Republika, Bambang Noroyono mengungkap kesaksian Sonny Widjaja terkait uang ASABRI yang mengalir ke PT Hanson International Tbk (MYRX) milik Benny Tjokrosaputro.
Sonny mengakui adanya pembelian saham MYRX Rp 800 miliar oleh ASABRI. Pembelian itu pada era Adam Rachmat Damiri, Dirut ASABRI 2009-2016. Sonny kemudian meminta Hari Setianto (HS), selaku komite investasi ASABRI membatalkan dan menarik uang ratusan miliar tersebut.
“Terkait kebijakan yang saya lakukan dalam rangka meminta dana investasi yang pernah PT ASABRI keluarkan sebesar Rp 800 miliar untuk pembelian saham MYRX, awalnya saya meminta Hari Setianto bisa mengembalikan uang PT Asabri. Adapun caranya, saya serahkan kepada Hari Setianto,” kata Sonny dalam BAP 6-a.
Sonny menerangkan, ia pernah meminta agar HS membawa Benny Tjokro menghadap purnawirawan letnan jenderal (letjen) itu ke ruang kerjanya di ASABRI. Dalam BAP-nya, Sonny meminta Benny menjalankan kesepakatan untuk pengembalian uang pensiunan prajurit tersebut.
“Dan pada saat itu, sudah ada kesepakatan tentang penyelesaian tersebut, saya tegaskan untuk bisa dilaksanakan agar uang prajurit dapat kembali,” kata Sonny dalam BAP 6-a.
Sonny mengaku menerima penawaran Benny agar ASABRI bersedia tukar-guling dengan lahan kavling di Serpong Kencana senilai Rp 700 miliar dan uang kontan Rp 100 miliar. “Penyelesaian yang disampaikan bahwa Benny Tjokrosaputro tidak mempunyai uang tunai keseluruhannya (Rp 800 miliar). Dan akan diganti dengan lahan kavling siap bangun yang ada di Serpong Kencana, dengan nilai Rp 700 M (miliar), dan uang cash Rp 100 M,” kata Sonny.
Kesepakatan tersebut, kata Sonny, sudah direalisasikan sebagian, terutama terkait penarikan uang kontan yang langsung diserahkan ke PT ASABRI.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung, Febrie Adriansyah membenarkan terkait uang ASABRI yang ada di grup Benny Tjokro. Namun, kata Febrie, tak ada realisasi kesepakatan antara Sonny dan Benny untuk pengembalian uang tersebut. Yang ada, kata Febrie, penyidik telah menyita aset Benny senilai uang milik ASABRI.
“Kalau yang di Harvest Time, itu sudah semua. Bukan dikembalikan, tetapi kita sita. Banyak betul itu,” ujar Febrie, Selasa (22/6).
Pada Januari lalu, Republika menjumpai mantan dirut ASABRI 2009-2016, Adam Rachmat Damiri, saat diperiksa sebagai saksi dalam kasus tersebut. Adam belakangan juga ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung.
Dalam penjelasannya, purnawirawan mayor jenderal itu mengakui, pernah menyetujui ASABRI membeli saham perusahaan milik Benny. “Di masa saya (memimpin ASABRI), pernah menanam investasi ke MYRX,” kata dia, Kamis (21/1). Tetapi, dia lupa besaran angkanya.
Namun Adam meyakinkan, penanaman dana prajurit ke saham grup Benny Tjokro itu mendapatkan keuntungan. Hanya, Adam yang kini sudah berusia 71 tahun itu mengaku lupa berapa besaran keuntungan dari penanaman investasi tersebut.
“Saya lupa kalau itu. Yang jelas, tidak merugi. Karena waktu itu, saya beli LQ-45. Kalau rugi, saya pasti dipanggil. Tetapi saya tidak pernah dipanggil,” terang Adam. Ia mengaku tujuh tahun memimpin ASABRI sejak 2009, tak pernah ada catatan kerugian.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.