Umat Islam melintas di dekat pura saat akan membagikan makanan kepada umat Hindu dalam Tradisi Ngejot di Banjar Tista, Desa Dapdap Putih, Buleleng, Bali, Rabu (12/5/2021). Tradisi yang digelar sehari sebelum perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah tersebut untuk | Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO

Nasional

Syafruddin: Tidak Ada Konflik Agama

Iman kepada Tuhan mempersatukan umat manusia, bukan untuk memisahkan manusia.

JAKARTA – Tokoh Islam, Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Syafruddin mengatakan, dalam sejarah Indonesia, toleransi merupakan ruh yang kuat bagi kehidupan bersosial-negara. Meski muncul ragam konflik yang terkesan bernuansa agama, namun menurut dia, hal itu bukan dipicu oleh agama.

“Konflik agama tidak pernah terjadi (di Indonesia). Agama hanya dikambing hitamkan, konflik-konflik yang terjadi hanyalah konflik kepentingan yang mencatut nama agama,” kata Syafruddin dalam webinar "Kerukunan Beragama dan Berbangsa Ditinjau dari Alquran, Al-Kitab, Wedha, dan Tripitaka", Jumat (2/7).

Mantan kepala Polri itu mengatakan, kerukunan berbangsa perlu disikapi secara bersama-sama. Kerukunan beragama di Indonesia, kata dia, sudah sempurna meskipun dalam perjalanannya terdapat sejumlah peristiwa konflik. Bahkan, kerukunan beragama dan toleransi telah muncul sebelum Indonesia lahir sebagai sebuah bangsa.

Tokoh Hindu dan Guru Besar Pertanian di Universitas Udayana I Gede Pitana mengatakan, di agama Hindu, masalah toleransi pun bukanlah hal yang baru. Pihaknya menyebut, toleransi dan kerukunan merupakan jiwa dalam sejarah kelahiran agama Hindu.

photo
Umat muslim berjalan usai melaksanakan Shalat Idul Fitri 1442 H di Masjid Al Hikmah yang bersebelahan dengan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan, Kratonan, Serengan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (13/5/2021). Sebagai bentuk tolaransi umat beragama, Gereja setempat memindahkan jadwal kebaktian Kenaikan Isa Almasih dari pagi menjadi sore hari untuk menghormati umat Islam yang melaksanakan salat Ied. - (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

Dia menjelaskan, terdapat dua tugas utama dalam Hindu yang sarat dengan kerukunan dan toleransi. Pertama, tugas agama atau dharma agama dan kedua adalah dharma negara atau tugas terhadap negara. “Untuk itu antara keduanya, tidak boleh didikotomikan. Tapi harus kita seimbangkan,” kata dia.

Dia pun menyebut, pada kitab suci Wedha, aspek toleransi atau penghargaan terhadap orang lain menjadi prinsip dasar. Toleransi dapat dilihat dalam berbagai tataran, baik secara teologis maupun antropologis. Dalam aspek teologis, umat Hindu mengenal enam perspektif. Menariknya, dia melanjutkan, tidak ada satu pun perspektif yang menihilkan perspektif lainnya.

Dia pun menambahkan tentang sejarah rakyat Nusantara yang begitu toleran. Pihaknya menyebut, toleransi sudah muncul sejak abad ke-8 dan 9 di Indonesia. Buktinya antara Hindu dengan Budha terdapat calik dan juga candi yang saling berdampingan.

“Saudara kami yang bergama Islam, kita sebutnya dengan sebutan nyamo Islam. Menyebut Idul Fitri, disebut galungan Islam, Natal kita sebut galungan Kristen. Jadi begitu cara penyebutannya dalam Hindu, tidak ada istilah kemerekaan dalam agama kami, yang ada hanyalah perbedaan agamanya,” kata dia.

photo
Peserta mengunjungi Gereja St Antonius Padua Kotabaru saat acara Jelajah Bineka Goes to Jogja di Kotabaru, Yogyakarta, Ahad (30/5/2021). Acara yang digagas oleh Jelajah Bineka dan diikuti oleh belasan peserta lintas iman dengan mengunjungi sejumlah tempat ibadah di Kawasan Kotabaru itu guna mengenalkan keberagaman dan toleransi. - (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Biksu Nyanabandhu Shakya Bumansah menambahkan, toleransi dan kerukunan umat beragama juga menjadi urat nadi agama Budha. Melihat tatanan sosial saat ini yang semakin berubah dan statis, kata dia, dia pun mengajak umat beragama mampu menyikapi perubahan.

“Jangan sampai umat Budha merasa paling hebat, sebab pilar Asoka itu mengajarkan agar umat Budha tidak boleh mencela agama lain,” kata Nyanabandhu.

Tokoh Kristen Romo FX Wahyu Tri Wibowo pun mengatakan, iman kepada Tuhan adalah mempersatukan umat manusia, bukan untuk memisahkan manusia dan tatanan sosial yang ada. Agama Kristen, kata dia, adalah agama yang menjunjung tinggi cinta dan kasih terhadap seluruh lapisan manusia. “Semakin beriman, semakin solider,” kata Romo FX Wahyu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat