Kabar Utama
Lonjakan Kasus Covid-19 Terlalu Cepat
Pemprov DKI kembali menambah rumah sakit rujukan menyusul lonjakan kasus Covid-19.
JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali menambah rumah sakit rujukan menyusul lonjakan kasus Covid-19 yang disebut Gubernur Anies Baswedan terlalu cepat. Pemprov DKI juga berdalih bahwa kebijakan pembatasan bergantung pada keputusan pemerintah pusat.
"Dengan penambahan kasus di Jakarta, kita menambah rumah sakit menjadi 140 rumah sakit untuk menangani Covid-19 yang di awal Juni 106 rumah sakit. Per 17 Juni meningkat jadi 140 rumah sakit dengan ada 8.524 tempat tidur dan 1.186 ruang ICU," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Selasa (22/6).
Anies menjelaskan, Pemprov DKI memiliki 32 rumah sakit dan seluruhnya telah digunakan untuk menangani pasien terpapar virus Covid-19. Dari puluhan rumah sakit itu, jelas dia, 13 di antaranya secara penuh atau 100 persen hanya untuk penanganan Covid-19.
Sisanya, yakni 19 rumah sakit lainnya menampung pasien Covid sampai melebihi 60 persen kapasitas rumah sakit. "Ini mengirimkan pesan kepada kita semua bahwa kita menambah tempat tidur, menambah kapasitas rumah sakit, tapi lonjakanannya terlalu cepat. Kalau saja minggu lalu tidak ditingkatkan kapasitasnya sudah tembus 100 persen. Sekarang ada ruang untuk penambahan rumah sakit," ujarnya.
Anies menekankan, lonjakan kasus di DKI kali ini lebih kompleks ketimbang yang terjadi sebelumnya. "Artinya kita menghadapi situasi wabah yang berbeda dengan awal tahun kemarin. Besar kemungkinan adalah varian baru yang dengan mudah menular, termasuk kepada anak-anak," tambahnya.
Kecepatan penularan di DKI Jakarta salah satunya terlihat di Tower 8 Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara. Baru dibuka lima hari lalu, lokasi isolasi tersebut saat ini sudah penuh.
"Tower 8 Wisma Atlet Pademangan kemarin (20/6) pagi sudah close karena sudah 99 persen, sudah penuh," kata Komandan Lapangan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Letkol Laut Muhammad Arifin.
Sedangkan ketersediaan tempat tidur pasien di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, kemarin tersisa 992 tempat tidur atau 13,42 persen dari total kapasitas 7.394 tempat tidur. "Update RSDC pagi ini mengkhawatirkan. Waspada!" kata Muhammad Arifin, kemarin.
Terlepas dari kedaruratan di DKI, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan, Pemprov belum berencana menarik rem darurat alias menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat. "Dulu kewenangannya ada di (pemerintah) daerah. Sekarang kewenangan ada di pusat. Sekarang sudah ada aturan," kata Ariza di Balai Kota Jakarta, Senin (21/6) malam.
Ariza mengatakan, perubahan kewenangan itu terjadi setelah ada kebijakan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan PPKM Mikro yang diatur pemerintah pusat. "Sejak adanya PPKM, semuanya dikooordinasikan lewat pemerintah pusat dan itu sangat baik. Antar daerah bisa saling menolong, bisa membantu, bisa bersinergi dengan baik," tutur dia.
Ia menyatakan, penebalan PPKM Mikro yang disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartrato pada Senin (21/6) akan dituangkan dalam peraturan gubernur selekasnya. "DKI Jakarta akan mengikuti apa yang menjadi kebijakan dan keputusan yang sudah diambil oleh pemerintah pusat," ujarnya.
Adapun lonjakan kasus Covid-19 di DI Yogyakarta juga masih terus terjadi dengan tambahan 675 kasus baru pada 22 Juni 2021. Angka itu kembali mencatatkan rekor baru, melebihi angka yang sebelumnya dilaporkan pada 20 Juni sebanyak 665 kasus.
Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji juga menyatakan, ditetapkannya lockdown maupun PSBB bukan kewenangan pemerintah daerah. "Daerah tidak bisa menentukan PSBB. PSBB ditentukan pusat," kata Aji di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (22/6).
Kota Bandung, pusat lonjakan kasus di Jawa Barat, juga memilih mengikuti arahan pemerintah pusat dengan penerapan PPKM Mikro. "Saya merasakan hari ini dan dua pekan ini yang Mang Oded rasakan rapat koordinasi luar biasa intensif dengan Pak Menteri, Pak Presiden, dengan Menko Perekonomian menyikapi situasi kondisi hari ini yang harus diantisipasi apabila terjadi lonjakan," ujar Wali Kota Bandung, Oded M Danial, Selasa (22/6).
Menurut Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas Penanganan Covid-19 Hery Trianto, kenaikan tajam pascalibur Lebaran ini disebabkan masyarakat tak mematuhi aturan yang berlaku. "Karena sebagian kecil masyarakat tidak mengindahkan larangan mudik, maka penularan kembali tinggi seperti saat ini. Di samping karena faktor varian baru," kata Hery saat dihubungi, Selasa (22/6).
Terkait adanya usulan agar diberlakukan lockdown, Hery meminta agar kebijakan itu tak dipertentangkan dengan kebijakan PPKM Mikro. Menurutnya, kedua kebijakan itu memiliki substansi yang sama, yakni pembatasan sosial. "Dalam PPKM mikro bila dalam satu RT ada lima rumah atau lebih terpapar juga wajib dilakukan lockdown," kata Hery.
Berdasarkan data per Ahad (20/6), ada enam provinsi di Jawa yang menyumbang kenaikan kasus tertinggi. Kenaikan kasus di DKI Jakarta tercatat 387 persen, kemudian di Jawa Barat meningkat 115 persen, Jawa Tengah 105 persen, Jawa Timur meningkat 174 persen, DI Yogyakarta naik 197 persen, serta Banten 189 persen.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, data tersebut menjadikan Indonesia mengalami peningkatan kasus mingguan sebesar 92 persen empat pekan belakangan. “Ini adalah kenaikan yang sangat tajam dan tidak dapat ditoleransi,” ujar Wiku.
Terkait hal itu, Satgas Penanganan Covid-19 meminta pemerintah daerah mengoptimalkan PPKM kabupaten/kota maupun PPKM Mikro.
Anak-Anak Makin Terancam
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga menyebutkan ada kemungkinan anak-anak Jakarta mulai terpapar varian baru Covid-19. Hal ini menyusul temuan 16 persen anak-anak dari 5.582 kasus positif virus itu beberapa hari lalu.
"Artinya kita menghadapi situasi wabah yang berbeda dengan awal tahun kemarin. Besar kemungkinan ini adalah varian baru yang dengan mudah menular termasuk kepada anak-anak," katanya di Jakarta, Selasa (22/6).
Menurut Anies, kondisi yang dihadapi Jakarta saat ini merupakan situasi wabah yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari perkembangan kasus harian termasuk kasus yang dialami pada anak-anak.
Data menunjukkan, dari 5.582 kasus, sebanyak 665 kasus adalah kelompok usia 5-18 tahun dan 224 kasus adalah kelompok usia di bawah lima tahun. Untuk itu, Anies mewanti-wanti orang tua agar ikut berperan serta tidak membiarkan anaknya bermain di luar rumah untuk menjamin kesehatan dan keselamatan anaknya sendiri.
"Saya berharap kepada keluarga di Jakarta lebih berhati-hati. Usahakan di rumah saja. Anak-anak biarkan bermain di rumah saja demi keselamatan semuanya. Karena penanganan untuk anak-anak tentu membutuhkan pendampingan orang dewasa sehingga muncul kompleksitas yang tidak sederhana," ujar Anies.
View this post on Instagram
Pengurus Rukun Warga (RW) 10 Kramat Jati, Jakarta Timur menuturkan, jumlah balita, anak, dan remaja yang terpapar Covid-19 meningkat 20 persen. "Iya anak-anak juga kena. Ada kenaikan 20 persen dari sebelumnya. Mulai dari bayi hingga usia belasan," kata Wakil RW 10 Kramat Jati, Tarsana, di Jakarta, Selasa.
Tarsana menjelaskan, saat ini kasus Covid-19 mencapai 24 kasus dari yang sebelumnya 12 kasus dalam tiga hari terakhir per 21 Juni 2021. "Pencegahan sementara ini dengan protokol kesehatan yang ketat karena bagaimana pun ini adalah kesadaran masing-masing. Jadi semua ikut berperan," ujar Tarsana.
Pada Ahad (20/6), Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana mengonfirmasi, sebanyak 37 balita ikut terinfeksi Covid-19. "Kami menemukan dalam sehari 37 balita terpapar Covid-19," katanya dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (20/6).
Dadang menekankan, mobilitas masyarakat Kota Depok yang tinggi mempengaruhi penularan Covid-19. "Saat ini, Covid-19 tidak hanya menyasar orang dewasa, tapi juga balita. Ini disebabkan kurang disiplinnya orang dewasa dalam menerapkan prokes," kata Dadang.
Di Kota Batam, Kepulauan Riau, jumlah anak yang terpapar Covid-19 juga meningkat signifikan dalam sebulan terakhir. Satgas Penanganan Covid-19 Kota Batam mencatat terdapat 237 balita, 280 anak usia 6-11 tahun, dan 285 anak usia 12-16 tahun yang terpapar Covid-19 hingga Senin (21/6).
Jumlah ini meningkat dibandingkan data 29 Mei 2021 sebanyak 184 balita, 215 anak usia 6-11 tahun, dan 215 anak usia 12-16 tahun. "Angka ini naik signifikan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi, Selasa.
Berdasarkan Data Satgas, maka penambahan balita terpapar Covid-19 dalam waktu kurang dari sebulan terakhir mencapai 53 orang, anak usia 6-11 tahun mencapai 65 orang, dan anak usia 12-16 tahun sebanyak 70 orang. Meski begitu, Didi masih enggan mengaitkan peningkatan kasus Covid-19 pada anak di Batam dengan beredarnya varian baru. "Belum kayaknya," kata Didi.
Ahli biologi molekuler Ahmad Utomo menyatakan, penyebab kerawanan pada anak-anak terkait varian baru masih dalam pengumpulan data. Namun, ia mengiyakan, ada beberapa laporan kalau varian Delta ini mulai mudah menular ke anak-anak.
"Kami masih dalam taraf pengumpulan data. Memang ada beberapa laporan kalau varian Delta ini mulai mudah menular ke anak-anak. Tetapi kami belum tahu, apakah hal ini menimbulkan gejala separah pada orang dewasa? Hal ini masih perlu kami pantau," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (22/6).
Kemudian, kemungkinan dinas kesehatan setempat memiliki data-data tersebut. Selain itu, untuk ibu hamil yang terkena varian Delta juga masih ditelusuri. "Apakah ada perbedaan proporsi ibu hamil yang tertular varian Delta dibandingkan varian non Delta? Ini masih ditelusuri," kata dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.