Internasional
AS Siapkan Sanksi Baru untuk Rusia
Sanksi itu berkaitan dengan kasus Alexei Navalny tokoh oposisi Rusia.
WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan sanksi baru untuk Rusia. Sanksi itu tersebut berkaitan dengan insiden peracunan tokoh oposisi negara tersebut, yakni Alexei Navalny.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengungkapkan bahwa sebelumnya Washington telah menjatuhkan sanksi kepada direktur badan keamanan Rusia, FSB. Hal itu dilakukan setelah AS menemukan bahwa badan tersebut melakukan peracunan terhadap Navalny.
"Kami juga sedang menyiapkan paket sanksi lain untuk diterapkan dalam kasus ini. Kami telah menunjukkan sepanjang jalan bahwa kami tidak akan menarik pukulan kami," kata Sullivan saat diwawancara CNN dalam program "State of the Union", Ahad (20/6).
Sullivan mengatakan, AS pun akan mendorong Eropa memberikan sanksi kepada Rusia terkait kasus Navalny. "Kami mengumpulkan sekutu Eropa dalam upaya bersama mengenakan tanggung jawab pada Rusia untuk penggunaan bahan kimia terhadap salah satu warga mereka di tanah Rusia," ujarnya.
Pernyataan mengenai sanksi itu muncul hanya beberapa hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan perdana dengan Presiden AS Joe Biden. Mereka bertemu di Jenewa, Swiss, pada 16 Juni lalu.
Navalny adalah tokoh oposisi yang kerap mengkritisi pemerintahan Putin. Pada Agustus tahun lalu, dia sempat diracun menggunakan agen saraf Novichok. Akan tetapi setelah menjalani perawatan intensif dan melewati masa koma di sebuah rumah sakit di Berlin, Jerman, Navalny selamat.
Setelah pulih, dia kembali ke Rusia pada Januari lalu. Akan tetapi saat tiba di negaranya, Navalny ditangkap. Pengadilan menyatakan Navalny melanggar ketentuan hukuman sebelumnya terkait kasus penggelapan.
Hukumannya yang semula ditangguhkan kemudian diubah menjadi hukuman penjara dua setengah tahun. Navalny dan pendukungnya mengatakan semua tuduhan terhadapnya bermotif politik. Biden dan para pemimpin Uni Eropa telah menyerukan agar Navalny dibebaskan segera.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov telah kembali ke Washington pada Ahad (20/6). Sebelumnya, dia ditarik pulang menyusul komentar Presiden AS Joe Biden yang menyebut Presiden Rusia sebagai pembunuh. Pengiriman kembali duta besar ini merupakan buah dari pertemuan Putin dan Biden di Jenewa, Swiss pada Rabu (16/6), pekan lalu.
Dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS, Antonov tiba di Bandara Internasional John F Kennedy pada pukul 11:50 waktu setempat. Ia berangkat dengan penerbangan reguler Aeroflot.
Sejak Biden berkuasa hubungan Washington-Moskow memang memburuk. Pada Maret lalu, Rusia menarik Antonov dari Washington. Hal itu dilakukan sebagai respons atas pernyataan Biden yang menyebut Putin sebagai pembunuh. Pernyataan itu dibuat Biden saat mengomentari kasus peracunan Navalny. Merespons hal itu, AS juga kemudian menarik duta besar John Sullivan ke Washington.
Dalam pertemuan di Swiss, Putin membantah kritikan mengenai perlakuannya terhadap lawan-lawan politiknya. Meski memang selama dia berkuasa, banyak kritikusnya yang tewas dibunuh dan banyak media yang diberangus. Alih-alih, dia justru mengatakan AS memiliki masalah yang lebih besar.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.