Geni
Kreatif Bangun Ekosistem Perfilman di Tengah Pandemi
Akatara menjadi ajang edukasi sineas dan memonetisasi karya secara kreatif di tengah pandemi Covid-19.
OLEH SHELBI ASRIANTI
Pandemi mendesak sineas untuk mengubah pola pikir dalam menghadapi berbagai kondisi. Proses berkarya tak boleh padam meski pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Beragam strategi dilakukan agar pembuat film tetap bisa bertahan menghasilkan kreasi. "Poinnya bukan untung, tapi bagaimana bisa terus berkelanjutan, dari satu karya ke karya lain," kata Dewi pada pembukaan forum pemasaran dan bisnis film Akatara 2021 di The Westin, Jakarta, Selasa (15/6).
Selain perubahan besar pada proses produksi, Dewi menyoroti pergeseran kehadiran tayangan yang dihasilkan sineas. Ada skema bisnis baru, mengingat bioskop yang semula menjadi prioritas utama kini sementara berpindah ke layar digital.
Produser film Guru Bangsa: Tjokroaminoto ini menganggapnya sebagai adaptasi terhadap alternatif lain. Dengan terhambatnya penayangan film di bioskop, ada baiknya para sineas dan produser mempertimbangkan opsi-opsi yang ada.
Dewi mengibaratkan bioskop sedang “tidur” sementara waktu sebagai sumber keuntungan utama para sineas, tetapi kekayaan intelektual (IP) tetap harus bergerak. "Akatara bisa menjadi ajang edukasi sineas memikirkan bentuk bisnis baru dan bagaimana memonetisasi karya secara kreatif," ujarnya.
Sempat absen pada tahun lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kembali menyelenggarakan forum pemasaran dan bisnis film Akatara. Akatara 2021 menggabungkan format penyelenggaraan daring dan luring untuk menyesuaikan kondisi di tengah masa pandemi.
Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf Hanifah Makarim menyampaikan, Akatara telah dilaksanakan sejak 2017. Forum hadir untuk mempertemukan pembuat film dan mitra investor potensial serta bertujuan memulihkan dan semakin mengembangkan perfilman Indonesia. Caranya dengan menciptakan akses pembiayaan dan mendorong entrepreneurship film profesional.
"Dengan kembalinya Akatara, semoga bisa mengajak sineas Tanah Air ikut serta menumbuhkan semangat perfilman untuk kembali membangun ekosistem yang sehat," kata Hanifah.
Akatara akan melangsungkan roadshow ke tiga kota besar di Indonesia. Tim Akatara hendak menyambangi Bandung (11-13 Juli 2021), Padang (22-24 Juli 2021), dan Palu (2-4 Agustus 2021), berlanjut dengan workshop pada 9-13 Agustus 2021.
Rangkaian acara berikutnya yaitu seminar daring pada 24-26 Agustus 2021. Pada Oktober 2021, berlangsung pitching forum yang akan mempertemukan pemilik proposal dengan pihak sumber pembiayaan dan permodalan dalam bidang perfilman.
Menurut Direktur Program Akatara Vivian Idris, pitching forum menjadi momen bagi pembuat film unjuk kebolehan di depan investor. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan pendanaan untuk film dan menggulirkan roda ekosistem perfilman Indonesia.
Para sineas yang ingin ikut serta dalam pencarian pendanaan pembuatan film dapat mengikuti pendaftaran proposal yang dibuka mulai 1 Agustus hingga 31 Agustus 2021. Sebelum mendaftarkan karya, Vivian menyarankan sineas untuk mengikuti workshop yang tersedia.
Jumlahnya 10 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya sehingga yang bisa mendapat manfaat wawasan akan lebih banyak.
Tahun ini, workshop daring tentang pengajuan proposal dimajukan sebelum call for entry, dengan kapasitas peserta daring 500 orang yang bisa diikuti sineas dari berbagai pelosok. "Jumlahnya 10 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya sehingga yang bisa mendapat manfaat wawasan akan lebih banyak," kata Vivian.
Dia menyampaikan, workshop akan digelar sesuai genre dan format film. Ada film berdurasi panjang, film pendek, dokumenter, serial, dan tayangan animasi. Berbeda dari pelaksanaan sebelumnya, proses kurasi tahun ini diserahkan sepenuhnya kepada praktisi yang menjalani masing-masing bidang.
View this post on Instagram
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Fadjar Hutomo menyebutkan beberapa proyek film yang pendanaannya berhasil didapatkan dari hasil jejaring di Akatara. Di antaranya yakni Keluarga Cemara, 27 Steps of May, dan Darah Biru Arema 2.
Begitu juga tayangan dokumenter Nyanyian Akar Rumput beserta beberapa tayangan yang masih dalam proses produksi. Menurut Fadjar, kesempatan sineas untuk mengakses permodalan sangat besar sehingga ajang tersebut sayang jika dilewatkan.
Tahun-tahun sebelumnya, Akatara juga memfasilitasi pembiayaan proyek nonproduksi film, seperti berbagai pelatihan dan inisiasi pemutaran film keliling. Penyelenggaraan tahun keempat kali ini berfokus pada pertumbuhan dan perkembangan usaha perfilman. "Berharap pandemi semakin terkendali sehingga acara bisa berjalan sesuai rencana," ujarnya.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.