Nasional
Dosis Tambahan Dikaji
PPNI dan IDI belum pernah membahas pemberian booster dengan siapapun.
JAKARTA – Munculnya tenaga kesehatan (nakes) yang terinfeksi Covid-19 meski telah menerima dua dosis vaksin membuka kemungkinan untuk pemberian booster atau dosis tambahan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku kemungkinan itu masih dikaji dan terus diteliti yang nantinya akan menjadi basis kebijakan dari pemerintah.
“Kami tunggu hasil uji klinisnya. Kedua juga rekomendasi WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan ITAGI (Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional),” kata Juru Bicara Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika, Ahad (20/6).
Kasus infeksi Covid-19 terhadap nakes terus terjadi pada rentang waktu Februari 2021 hingga saat ini. Padahal, nakes mulai menerima dosis pertama vaksin pada Januari dan hampir semua telah mendapat dosis kedua pada April. Sejauh ini, kata Nadia, belum ada rekomendasi apapun dari WHO maupun ITAGI mengenai dosis penguat ini.
Vaksinasi Covid-19 pertama di Indonesia diberika kepada Presiden Jokowi pada 13 Januari 2021. Pada fase pertama vaksinasi ini, sekitar 1,5 juta nakes didahulukan. Artinya, jika interval dosis pertama dengan kedua adalah dua pekan, maka saat ini sebagian besar nakes telah menerima vaksinasi dosis kedua lebih dari tiga bulan lalu.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mencatat 98 nakes di Tanah Air terpapar Covid-19 selama periode 15 Mei hingga awal bulan ini yang tersebar di berbagai wilayah. Sementara Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat, total 374 dokter yang meninggal dunia selama pandemi Covid-19 hingga per 1 Juni 2021.
Jumlah ini naik sekitar 63 dokter yang meninggal pada periode 25 Februari hingga 1 Juni. Sebab, kematian per 25 Februari berdasarkan data Kemenkes, tercatat sebanyak 311 dokter.
Ketua Satgas Covid-19 PPNI Jajat Sudrajat mengaku belum ada pembahasan apapun terkait kemungkinan pemberian dosis tambahan kepada nakes. “Vaksinasi untuk nakes memang sudah mencapai hampir 100 persen dan kami belum ada pembahasan terkait vaksin Covid-19 dosis ketiga,” kata dia.
IDI pun menyatakan hal yang sama. Sampai saat ini belum ada pembahasan pemberian dosis tambahan untuk dokter. Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi PB IDI Iris Rengganis mengatakan, memang sampai saat ini belum ada penelitian mengenai masalah ini.
“IDI belum membahas vaksinasi Covid-19 dosis ketiga untuk nakes, termasuk dokter. Belum ada data atau literatur penelitian termasuk di jurnal mengenai nakes disuntik dosis ketiga vaksin Covid-19,” kata Iris.
Kendati demikian, Iris mengaku, wacana ini jadi salah satu pemikiran beberapa ahli, termasuk di Cina. Menurutnya, wawasan mengenai ini perlu dipikirkan, apalagi ada varian baru virus yang diduga lebih berbahaya, yaitu delta.
Kendati demikian, IDI sepakat jika hal tersebut lebih baik menunggu rekomendasi WHO maupun ITAGI. “Kami juga melihat ketersediaan Vaksin Covid-19 Sinovac,” ujar dia.
Ia menyebut, kalaupun memberi dosis penguat, maka nakes kemungkinan menggunakan vaksin Sinovac. Jika menggunakan vaksin merek lain untuk dosis penguat, kata Iris, hal itu tidak bisa dilakukan saat ini. Sebab, belum ada hasil penelitian yang menunjukkan manfaat lebih besar jika campuran vaksin tersebut dilakukan.
“Kalau nantinya nakes yang sudah mendapatkan vaksin Sinovac bisa divaksin ulang menggunakan merek lain, kami juga menunggu rekomendasi WHO dan ITAGI juga. Karena penelitian menggunakan (jenis atau merek) vaksin yang berbeda kan belum ada,” katanya.
Iris menyebut, IDI tetap memilih menunggu semua rekomendasi itu. Jika rekomendasi tersebut keluar, IDI akan mengikuti rekomendasi itu dan membahasnya sebelum kemudian mengeluarkan rekomendasi final secara kelembagaan.
“Kemudian kami kerja sama dengan pemerintah seperti Kementerian Kesehatan (dalam menyampaikan rekomendasi),” ujar Iris.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.