Kisah Dalam Negeri
Data Ancaman Covid-19 untuk Anak
Disebutkan, kematian terjadi pada 40 persen pasien anak yang terkonfirmasi Covid-19.
OLEH HAURA HAFIZHAH
Hasil studi yang dilakukan tim dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menunjukkan, infeksi Covid-19 meningkatkan risiko kematian pada anak yang memiliki penyakit penyerta. Hasil penelitian menyebutkan bahwa 40 persen pasien Covid-19 anak dengan penyakit penyerta memiliki risiko kematian yang cukup tinggi.
“Umumnya memiliki lebih dari satu penyakit penyerta. Kebanyakan pasien gagal ginjal, kemudian pasien anak yang memiliki penyakit keganasan,” kata Peneliti Utama Tim RSCM, Rismala Dewi, seperti dilansir Antara, Ahad (6/6).
Penelitian dilakukan pada periode Maret hingga Oktober 2020, dengan memeriksa 490 pasien anak yang dirawat karena Covid-19. Hasil penelitian telah dipublikasikan dalam International Journal of Infectious Diseases.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Cissy Kartasasmita, mengatakan, risiko anak tertular dan sakit akibat Covid-19 sebenarnya sangat rendah. Pernyataan itu merujuk pada jurnal medis berjudul ‘Children and Adolescents With SARS-CoV-2 Infection’, yang menunjukkan bahwa anak-anak cenderung asimtomatik atau memiliki gejala ringan saat terinfeksi.
Jika anak terinfeksi Covid-19, kata Cissy, mereka akan cenderung menunjukkan gejala ringan atau asimtomatik. Namun, tidak menutup kemungkinan anak bisa terinfeksi Covid-19 dengan gejala sedang, dan dirawat di ruang perawatan intensif bahkan meninggal karena Covid-19.
“Biasanya karena pernah menderita penyakit lain, atau memiliki penyakit penyerta atau kurang gizi. Angka kematian di negara lain sebenarnya cukup rendah, meski sebuah penelitian di Indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi,” ujar dia.
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menanggapi hasil penelitian di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang mencakup 490 kasus suspek atau probable pada anak. Dari angka tersebut didapatkan 50 kasus terkonfirmasi Covid-19 dengan 20 kasus atau 40 persen meninggal dunia. Menurutnya, fakta ini harus diingat oleh pemerintah kalau anak-anak juga rawan terkena Covid-19.
"Memang benar anak-anak yang sehat tidak punya gejala serius saat terinfeksi Covid-19. Tapi, di beberapa kasus, anak yang memiliki komorbid dapat menghadapi komplikasi serius dari penyakit ini dan bahkan meninggal. Itu adalah fakta riset di RSCM. Catat," katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Sabtu (5/6).
Kemudian, ia melanjutkan saat ini beberapa daerah berstatus zona merah terus bertambah. Angka keterisian tempat tidur di RS pun melonjak. Bahkan di Kudus mencapai 90 persen. Apalagi setelah riset RSCM itu diterbitkan banyak 40 persen pasien Covid-19 anak-anak meninggal dunia. "Dari hasil tersebut, apakah ide baik membuka sekolah tatap muka? Silakan simpulkan sendiri," kata dia.
Sebelumnya diketahui, di tengah rencana pemerintah membuka kembali sekolah tatap muka, sebuah studi di International Journal of Infectious Diseases mengungkap tingginya angka kematian pada anak akibat Covid-19.
Disebutkan, kematian terjadi pada 40 persen pasien anak yang terkonfirmasi Covid-19. Data ini merupakan hasil penelitian di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang mencakup 490 kasus suspek atau probable pada anak. Dari angka tersebut didapatkan 50 kasus terkonfirmasi Covid-19 dengan 20 kasus atau 40 persen meninggal dunia.
"Tingkat kematian pada kasus terkonfirmasi Covid-19 pada anak-anak adalah 40 persen," kata peneliti, dalam jurnal berjudul 'Mortality in children with positive SARS-CoV-2 polymerase chain reaction test: Lessons learned from a tertiary referral hospital in Indonesia'.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.