Geni
Ramaikan Bioskop dengan Film Nasional
Gerakan “Kembali ke Bioskop” perlu difokuskan pada film-film Tanah Air.
Bioskop Indonesia mencatat lebih dari 50 juta kunjungan selama 2019. Tahun itu diyakini sebagai sinyal kebangkitan film Tanah Air.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno bahkan menyebutnya sebagai masa keemasan industri perfilman Indonesia. Namun, pandemi Covid-19 yang mulai terjadi pada 2020 memaksa langkah industri film Indonesia berhenti di tempat untuk sementara.
Untuk mendukung film sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyiapkan program pemulihan ekonomi nasional (PEN), khusus sektor perfilman. Selain kampanye “Kembali ke Bioskop”, terdapat program lainnya, yakni kampanye promosi film Indonesia dengan memberikan program khusus, seperti buy one get one atau program diskon lainnya.
Pemerintah menyiapkan tiga program untuk PEN, khusus industri perfilman. Pertama, mengampanyekan kembali ke bioskop. Kedua, mengampanyekan menonton film nasional dengan promosi beli satu gratis satu tiket. Ketiga, melakukan stimulasi produksi, yang akan dikurasi dengan produser film.
“Kami melibatkan produser dan insan perfilman secara komprehensif dan menyeluruh,” kata dia saat ditemui dalam acara nonton bareng film Tjoet Nja' Dhien di Plaza Senayan, Ahad (30/5).
Menparekraf ingin ada satu skema yang membantu produksi film nasional berkualitas sehingga ketersediaannya bisa disandingkan dengan film luar negeri. Dia sudah meminta XXI membantu gerakan tersebut dengan menayangkan film nasional yang memiliki nilai kualitas, keberagaman, dan persatuan.
“Saya yakin dengan kekuatan bersama, kita akan pulih dan bangkit,” kata dia.
Sandiaga tak menampik ada kekhawatiran dari produser Tanah Air untuk merilis filmnya saat pandemi Covid-19. Namun, dia memastikan pemerintah akan hadir dengan program yang mendukung film nasional.
Kehadiran Sandiaga untuk menyaksikan film Tjoet Nja' Dhien sebagai cara merayakan kembali pencapaian salah satu film terbaik karya anak bangsa sekaligus menggalakkan gerakan “Kembali ke Bioskop”.
Menurut dia, gerakan “Kembali ke Bioskop” merupakan program kampanye, yang tidak hanya untuk meningkatkan industri perfilman termasuk bioskop, tetapi juga bentuk keberpihakan kepada film-film nasional.
“Karena ada puluhan ribu masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari industri perfilman, kita harus hadir dengan kebijakan yang berpihak, tepat manfaat, tepat sasaran, dan tepat waktu," ujarnya.
Sutradara Eros Djarot berharap gerakan “Kembali ke Bioskop” berfokus mendukung film-film nasional. “Kalau tak bisa membangkitkan film nasional, saya bilang keterlaluan. Gerakan ‘Kembali ke Bioskop’ nonton film Indonesia,” kata Eros.
Dia juga berharap pengelola bioskop ikut berpartisipasi dalam upaya membangkitkan perfilman nasional. Salah satu upaya yang bisa dilakukan, yaitu menambah layar untuk film nasional.
Coba layar-layar itu dibukakan sedikit pintu untuk film Indonesia.
“Coba layar-layar itu dibukakan sedikit pintu untuk film Indonesia. Jangan lagi terjadi satu judul film Barat mendapat empat layar, sementara kita (film Indonesia) tidak,” ujar sutradara film Tjoet Nja’ Dhien itu.
Aktris Christine Hakim beranggapan slogan gerakan “Kembali ke Bioskop” kurang lengkap. Menurut dia, sebaiknya slogan itu diubah menjadi “Kembali ke Bioskop Menonton Film Indonesia”.
Bagi Christine, jika kembali ke bioskop untuk menonton film asing, akan percuma. “Buat apa, yang diuntungkan bioskop? Makanya slogannya kembali ke bioskop menonton film Indonesia,” kata dia.
Dia mengamini, produser memiliki kekhawatiran menayangkan film saat pandemi Covid-19. Berdasarkan pantauannya, film-film luar negeri saja saat ini hanya ditonton sekitar dua hingga empat orang dalam satu studio.
View this post on Instagram
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Neil El Himam menjelaskan, program PEN khusus perfilman saat ini tengah dalam tahap finalisasi. Kemenparekraf sedang mempersiapkan petunjuk pelaksanaan dan teknis agar dapat dilaksanakan sesegera mungkin.
"Program PEN untuk perfilman itu ditargetkan dapat berjalan pada tahun ini. Karena bentuknya bantuan pemerintah, harus benar-benar memperhatikan sisi akuntabilitas dari program tersebut," ujar Neil.
Neil menjelaskan, Kemenparekraf/Baparekraf juga akan terus menjalankan program-program lain dalam upaya pendampingan dan peningkatan kualitas pelaku di sektor perfilman. Salah satunya, yaitu Scene, yang merupakan program inkubasi penulisan skenario untuk OTT, TV, dan serial film, atau serial web. Pada tahun ini, Kemenparekraf berencana meningkatkan dan memperluas jangkauannya, juga untuk film layar lebar.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.