Khazanah
Umat Islam dan Palestina
Apa yang menimpa bangsa Palestina bukan semata-mata tragedi agama.
Oleh USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH
DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute
Akhir-akhir ini, banyak sekali kata-kata simpatik yang beredar tentang Palestina. Misalnya, “Tidak harus menjadi orang Islam, cukuplah menjadi manusia untuk membela kemanusiaan di Palestina.”
Ungkapan ini benar adanya. Sebab, apa yang menimpa bangsa Palestina bukan semata-mata tragedi agama. Lebih dari itu, mereka sedang mengalami tragedi kemanusiaan.
Indonesia pun berkali-kali menegaskan bahwa yang terjadi di Palestina saat ini adalah penjajahan, bukan sekadar konflik. Karena itu, perjuangan Palestina pada esensinya adalah melawan kolonialisme.
Aneh jika ada orang Islam yang merasa tidak tahu-menahu tentang apa yang menimpa saudaranya di Palestina. Apalagi, terbukti dalam Alquran bagaimana Allah SWT mengikat umat ini dengan Palestina. Dalam surah ke-95 ayat pertama, Dia bersumpah dengan buah Tin dan buah Zaitun. “Wat tiini waz zaituun,” itu sebenarnya dimaksudkan untuk Palestina, tempat tumbuhnya kedua pohon tersebut.
Dalam surah al-Isra ayat pertama, disebutkan bahwa Allah menjamin keberkahan Palestina, “al-ladzii baaraknaa haulahu.” Sebab, di negeri itu tidak saja terdapat Masjid al-Aqsha, tetapi juga tempat singgahnya para nabi. Tambahan pula, dalam ayat yang sama Allah menggandeng Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid al-Aqsha di Palestina.
Sejak pertama, Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk shalat. Ibadah ini langsung dihubungkan dengan Masjid al-Aqsha sebagai kiblat pertamanya. Hal itu agar umat Islam memahami, visi perjuangan beliau tidak akan pernah lepas dari wilayah yang Allah berkahi tersebut.
Sejak pertama, Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk shalat. Ibadah ini langsung dihubungkan dengan Masjid al-Aqsha sebagai kiblat pertamanya.
Saat Rasulullah SAW masih di Kota Makkah, Allah SWT turunkan kepadanya surah ar-Rum. Surah ini dibuka dengan penegasan, “ghulibatir rum”—kaum Romawi dikalahkan oleh Persia. Suatu kabar gembira bahwa kelak umat Islam tidak mustahil bisa juga mengalahkannya. Sebab, ketika itu Palestina memang sedang berada di bawah kekuasaan Romawi.
Inilah isyarat awal tentang misi pembebasan Palestina. Dalam peristiwa Isra dan Miraj, Allah SWT menyuruh Nabi SAW agar singgah di Masjid al-Aqsha. Di sana, beliau pun dipertemukan dengan para nabi.
Pertemuan ini menandakan transisi risalah, yakni dari para nabi sebelum Rasulullah SAW kepada beliau sebagai utusan-Allah yang terakhir. Seakan-akan dikatakan, “Inilah Masjid al-Aqsha sebagai visi perjuangan engkau, wahai Muhammad!”
Semakin kuat visi Palestina ini ketika Rasulullah SAW membuka front melawan Romawi dalam Perang Tabuk. Peristiwa itu terjadi setelah beliau berhasil memimpin kaum Muslimin untuk membebaskan Kota Makkah. Kabar tentang Fath Makkah membuat gemetar kaum Romawi.
Di sini, Nabi SAW tidak hanya membuka jalan bagi para penerus kepemimpinannya, melainkan juga mengarahkan mereka kepada alur perjuangan berikutnya, yakni membebaskan Palestina. Dalam Perang Tabuk, beliau telah membuka sumber air yang dengannya kelak para sahabat mendapatkan persediaan air untuk misi menaklukkan Palestina.
Pada saat yang sama, beliau pun berhasil mengadakan perjanjian dengan Taima dan Ailah, wilayah-wilayah di jalur pantai. Dengan begitu, pasukan Muslimin yang kelak melewatinya akan terjamin kebutuhan logistik dan persenjataannya. Melalui rute Tabuk dan jalur pantai itu, para sahabat sesudah era Nabi SAW berhasil membuka Palestina.
Kemenangan ini terjadi pada zaman Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA. Maka, umat Islam kini mesti memahami visi besar dan amanah yang harus dipikul untuk Palestina merdeka.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.