Kabar Utama
BPS: Ada Harapan Besar Ekonomi Pulih Tahun Ini
Menurut BPS, peningkatan kinerja dagang memberi keyakinan bahwa ekonomi Indonesia segera pulih.
JAKARTA — Kinerja perdagangan Indonesia secara konsisten menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun lalu. Nilai ekspor pada April 2021 bahkan melonjak lebih dari 50 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan kinerja dagang memberi keyakinan bahwa ekonomi Indonesia segera pulih. Kepala BPS Suhariyanto dalam paparannya menyampaikan, nilai ekspor pada April lalu mencapai 18,48 miliar dolar AS. Capaian tersebut merupakan yang tertinggi setelah nilai ekspor mencetak rekor pada Agustus 2011.
"Saat itu (Agustus 2011) nilai ekspor sebesar 18,64 miliar dolar AS. Jadi, ini tertinggi sejak Agustus 2011," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Kamis (20/5).
Suhariyanto menyampaikan, secara bulanan (month to month/mtm), ekspor April 2021 naik 0,69 persen dari 18,35 miliar dolar AS. Adapun, secara tahunan ekspor meningkat hingga 51,94 persen dari posisi 12,16 miliar dolar AS.
"Performa ekspor April bagus sekali, begitu juga impor. Ini harapan besar bahwa pemulihan ekonomi akan terjadi pada 2021," kata Suhariyanto.
Membaiknya perekonomian juga terlihat dari kinerja impor. BPS mencatat, nilai impor April 2021 sebesar 16,29 miliar dolar AS. Meski secara bulanan turun 2,98 persen, secara tahunan meningkat hingga 29,93 persen.
View this post on Instagram
Menurut penggunaan barang, impor barang konsumsi naik 12,89 persen (mtm). Kenaikan itu didorong oleh impor bawang putih dan anggur dari Cina, gula mentah dari India, serta daging beku dari Australia. "Barang-barang ini naik karena berhubungan dengan kebutuhan pada bulan Ramadhan," ujar Suhariyanto.
Kenaikan juga terjadi pada impor bahan baku dan barang modal, yang masing-masing tumbuh 11,66 persen dan 29,93 persen (yoy). Peningkatan ini mencerminkan ekspansi dari sektor industri masih terjaga.
Suhariyanto mengatakan, hal tersebut juga terkonfirmasi dari data Purchasing Managers Index (PMI) dari IHS Markit pada April yang sebesar 54,6 poin atau naik dari Maret sebesar 53,2 poin.
"Kita berharap geliat industri akan semakin bagus dan investasi di kuartal II tahun ini akan makin berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi secara total," ujarnya.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan April 2021 surplus sebesar 2,19 miliar dolar AS. Tercapainya surplus itu membuat Indonesia mencatat surplus perdagangan dalam 12 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Mengenai kinerja ekspor, Suhariyanto memerinci, nilai ekspor migas tercatat sebesar 18,48 miliar dolar AS. Adapun ekspor nonmigas sebesar 17,52 miliar dolar AS. Suhariyanto mengatakan, ke depan, BPS berharap permintaan akan komoditas ekspor dari Indonesia terus meningkat demi mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Berdasarkan sektor, ekspor migas naik 5,34 persen secara mtm. Sementara di sektor nonmigas, ekspor pertanian turun 14,55 persen. Menurut dia, penurunan itu terjadi karena pada bulan sebelumnya ekspor pertanian naik cukup siginifikan. Lebih lanjut, industri pengolahan dan pertambangan masing-masing naik 0,56 persen dan 2,33 persen.
Kinerja neraca perdagangan yang kembali mencetak surplus menimbulkan optimisme bagi pemulihan ekonomi nasional pada kuartal II tahun ini. Meski demikian, pemerintah tetap harus mengantisipasi sejumlah kemungkinan tekanan kinerja dagang yang bisa terjadi hingga akhir tahun.
Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, surplus neraca dagang pada April 2021 sebesar 2,19 miliar dolar AS menjadi tambahan indikator bagi perekonomian nasional. Menurut dia, kemungkinan besar pada kuartal kedua pertumbuhan ekonomi akan mulai masuk ke zona positif.
"Ini kabar baik kalau seandainya kita bisa mempertahankan kinerja pemulihan ekonomi," kata Yusuf kepada Republika, Kamis (20/5).
Ekspor pada bulan lalu tembus 18,48 miliar dolar AS, tertinggi sejak Agustus 2011. Yusuf mengatakan, lonjakan tersebut lebih diakibatkan oleh momentum kenaikan harga komoditas dunia yang diekspor Indonesia, terutama harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara, dan tembaga.
Ini kabar baik kalau seandainya kita bisa mempertahankan kinerja pemulihan ekonomi.
Kenaikan harga CPO, kata Yusuf, salah satunya didorong oleh peningkatan permintaan dari berbagai negara, khususnya negara dengan mayoritas Muslim yang merayakan Hari Raya Idul Fitri. Adapun khusus untuk harga batu bara, tidak terlepas dari permintaan dari Cina yang naik, saat suplai yang terbatas.
Australia sebagai eksportir batu bara terbesar di dunia juga tengah dalam tensi geopolitik dengan Cina sehingga Indonesia mengambil posisi dalam situasi tersebut. Menurut Yusuf, pemerintah harus tetap membuat antisipasi karena kenaikan nilai yang lebih disebabkan oleh harga.
Belajar dari ledakan harga komoditas pada 2011 lalu, Indonesia harus banyak belajar agar lebih siap menghadapi situasi jika terjadi penurunan harga secara tiba-tiba.
Indonesia harus banyak belajar agar lebih siap menghadapi situasi jika terjadi penurunan harga secara tiba-tiba.
Sementara untuk kinerja impor yang mencapai 16,29 miliar dolar AS, Yusuf mengatakan, salah satu yang terbesar terjadi pada impor mesin yang naik sekitar 20-30 persen. Itu setidaknya menjadi salah satu indikasi bergeliatnya aktivitas investasi.
"Saya kira ini mengikuti tren di bulan sebelumnya. Dan kalau kita lihat impor untuk bahan baku mengalami peningkatan dari tahun lalu. Ini juga seiring PMI manufaktur kita yang masih di level ekspansi di atas 50 poin," kata dia.
Yusuf berpendapat, data impor dari BPS mulai menggambarkan aktivitas pemulihan ekonomi di dalam negeri yang mulai terjadi.
Riset PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan, perekonomian Indonesia menunjukkan tren pemulihan, meskipun masih mengalami kontraksi 0,74 persen (yoy) pada kuartal I 2021.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, tren pemulihan yang berlanjut didukung oleh meningkatnya ekspor sejalan dengan melonjaknya harga komoditas global, front loading stimulus, dan belanja modal pemerintah.
“Kuartal I 2021 ekonomi Indonesia masih terkontraksi. Namun, secara umum perekonomian Indonesia menunjukkan tren pemulihan berlanjut,” ujarnya berdasarkan riset Bank Mandiri seperti dikutip Kamis (20/5).
Dia menjelaskan, berbagai indikator kondisi ekonomi terus menunjukkan perbaikan, seperti tingkat kepercayaan masyarakat yang mulai pulih, yaitu pada Maret hingga April didorong menurunnya kasus harian Covid-19 dan berlanjutnya vaksinasi.
View this post on Instagram
Indeks kepercayaan konsumen (IKK) pada April 2021 kembali ke level optimis tecermin dari jumlah frekuensi dan nilai yang ditransaksikan sehingga menandakan peningkatan ekspektasi konsumen kepada kondisi ekonomi ke depan yang optimistis.
Tak hanya itu, aktivitas investasi turut menunjukkan pemulihan. Ini tecermin dengan meningkatnya impor bahan baku dan barang modal masing-masing 10,2 persen (yoy) dan 11,5 persen (yoy) pada kuartal I 2021.
Panji menyebut, pulihnya konsumsi dan investasi ini akan mampu menopang pemulihan ekonomi ke depan sehingga tahun ini diproyeksikan pertumbuhan positif. “Itu tiga sinyal yang kita yakini dan harapkan berlanjut ke tiga kuartal ke depan sehingga laju perekonomian positif,” ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.