Inovasi
Ceruk Menjanjikan Bisnis Konten
Blockchain akan membawa revolusi dalam pertukaran nilai.
Perkembangan dunia teknologi terus diwarnai beragam dinamika. Setelah revolusi yang diusung internet, saat ini dunia tengah berada di ambang revolusi terbaru melalui teknologi blockchain.
Blockchain merupakan teknologi yang digunakan sebagai sistem penyimpanan data digital yang terhubung melalui sistem kriptografi. Salah satu penggunaan teknologi blockchain tak bisa dilepaskan dari cryptocurrency dan bitcoin.
Namun, menurut Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi, sejatinya masih banyak lagi sektor yang bisa memanfaatkan teknologi yang satu ini. "Apabila internet menawarkan revolusi dalam pertukaran informasi, melalui hadirnya surat elektronik dan mesin pencarian, seperti Google, blockchain membawa revolusi pertukaran value, melalui lahirnya berbagai kelas aset digital baru," kata Irfan, Kamis (6/5).
Data Grandviewresearch pada 2020 menunjukkan, pasar teknologi blockchain secara global pada 2020 diperkirakan bernilai 3,67 miliar dolar AS. Angka ini diprediksi terus berkembang dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) mencapai 82,4 persen sepanjang 2021 hingga 2028.
Lelang Edisi Perdana Republika
Makin luasnya adopsi teknologi blockchain, melahirkan non-fungible token (NFT) sebagai aset digital baru. Republika pun resmi menawarkan kover atau halaman muka perdananya dalam bentuk NFT pada platform penjualan NFT terbesar di dunia, Opensea, Rabu (5/5). Halaman muka yang terbit pada 4 Januari 1993 itu hadir dengann judul headline "George Bush-Yeltsin Tandatangani START II".
Koran yang terbit hitam putih ini memiliki tata letak yang berbeda dengan koran pada masanya, sekaligus menjadi pelopor pada zamannya. "Perkembangan ekosistem blockchain dan peluang pasar NFT yang masih terbuka luas mendorong Republika menjajal peluang yang ada," ujar Irfan.
Hal ini, ia melanjutkan, sekaligus membuka peluang bagi para kolektor untuk memiliki kover perdana Republika sebagai bagian dari aset digitalnya. Perkembangan tren aset digital memang terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir.
Jika pada 2020 pertumbuhan ekosistem di blockchain diwarnai dengan tren desentralisasi keuangan (decentralized financed), kini tren mulai bergeser ke pemilikan NFT. NFT adalah aset digital yang mewakili berbagai macam barang berwujud dan tidak berwujud yang memiliki keunikan.
Mulai dari. kartu olahraga yang dapat dikoleksi hingga real estat virtual atau bahkan digital sneakers. Industri ini mengalami kenaikan yang sangat pesat pada awal 2021.
Menurut laporan kuartal satu dari CoinGecko pada akhir Maret 2021, rasio pencarian Google dari NFT adalah 4:1 jika dibandingkan dengan pencarian decentralized financed (DeFi).
Tingkat minat penelusuran NFT pun mencapai level tertinggi sepanjang masa yang berjumlah 100 pencarian pada 12 Maret 2021. Hal ini bertepatan dengan hari setelah artis Beeple yang berhasil menjual karya seninya "Everydays: The First 5.000 Days" seharga 69 juta dolar AS.
Edisi perdana halaman muka Republika ditawarkan perdana seharga satu ethereum atau sekitar 3.400 dolar AS per Jumat (7/5). Ke depan, Republika berencana terus mewarnai industri NFT dengan membuka peluang masyarakat untuk memiliki karya-karya terbaik Republika dalam bentuk aset digital.
Bagian dari Tren Global
NFT saat ini menjadi sangat populer di kalangan pengguna dan perusahaan kripto karena mampu merevolusi bidang gaming dan collectibles. Sejak November 2017, ada total 196 juta dolar AS yang dibelanjakan untuk NFT menurut NonFungible.com.
Maing-masing NFT memiliki keunikannya sendiri dan berbeda dari NFT yang lain. Sebuah NFT juga tidak akan sama dengan NFT lainnya, baik dalam hal properti maupun nilai.
Karena setiap NFT diberikan digital hash yang membedakannya dari NFT lain. Fitur pembeda ini memungkinkan NFT untuk dapat memiliki sejarahnya tersendiri.
Entreprenuer sekaligus pemilik Dallas Mavericks, Mark Cuban dalam EtherelaVitual Summit yang digelar Kamis (6/5) menjelaskan, saat ini, kepemilikan serta keaslian kekayaan intelektual seseorang seperti karya seni asli, sangatlah dihargai. “Ketika berbicara tentang dunia barang koleksi dan gaming, NFT disebut sebagai barang koleksi digital. NFT itu asik untuk dimiliki, dikoleksi, disimpan, atau dijual kembali,” ujarnya.
Menurut Cuban yang juga baru saja merilis pasar NFT, Lazy.com ini, di awal boom NFT, beberapa bulan lalu, ada lebih banyak pembeli ketimbang penjual. Hal ini membuat harga NFT, begitu melambung tinggi.
Kini, pasar NFT menjadi semakin ramai sehingga hukum penawaran dan permintaan pun bekerja. ‘Ke depan, pasar NFT akan terus berkembang, dengan kondisi dimana harga akan lebih rasional karena jumlah pembeli dan penjual sudah semakin simbang,” ujarnya.
Tyler menjelaskan, sebelum NFT dikenal luas seperti sekarang, ia sempat mencari-cari seniman yang sekiranya berminat menjual karyanya dalam bentuk digital aset. “Saya berpatroli dak media sosial, menghubungi beberapa seniman melalui direct message, jarang yang memberi respon,” ujarnya.
Namun, kini situasi justru berbalik. Setelah NFT makin populer, Nifty gateway justru kebanjiran pesan dari para seniman yang ingin karyanya bisa masuk ke platform tersebut. “Dalam situasi apapun, konten yang berkualitas dan kurasi yang aplik, akan selalu menjadi kekuatan utama industri seni dan kreatif,” ujar Tyler.
Yang Membuat NFT Berharga
Karakteristik umum dari NFT, adalah kelangkaan (rareness), keunikan (uniqueness), dan tidak bisa dibagi-bagi (indivisible).
Buat boks-boks istilah
• Aset Fungible vs Non Fungible
Fungibility, atau dalam bahasa Indonesia berarti “kesepadanan". Hal ini diartikan satu unit individu pada dasarnya dapat dipertukarkan, dan setiap bagiannya tidak dapat dibedakan dari bagian lain. Contohnya, adalah mata uang fiat yang saat ini kita miliki.
Uang pecahan Rp10 ribu nilainya sama dengan uang Rp10 ribu yang disimpan di rekening bank, atau uang Rp10 ribu yang ada di dalam dompet Anda. Seseorang dapat menukar uang Rp10.000 dengan orang lain tanpa mengubah karakteristik fundamental penggunaannya, sehingga membuat mata uang fiat menjadi aset yang fungible.
Di sisi lain, ada aset non-fungible (yang tidak sepadan). Contoh dalam dunia nyata berupa barang sehari-hari yang dimiliki orang. Misalnya, kaos bertanda tangan seseorang dari konser artis favoritnya, album polaroid kenangan berharga seseorang, atau tiket kursi yang dibeli seseorang untuk menghadiri acara olahraga.
Tidak satupun dari item itu dapat dipertukarkan dengan cara yang sama, karena ada aspek keunikan di barang-barang tersebut.
• Tokenisasi
Aset fungible dan aset non-fungible dapat dipindahkan ke ekosistem blockchain menggunakan proses yang disebut tokenisasi.
Tokenisasi adalah metode untuk mengubah hak atas aset untuk dapat diperdagangkan menjadi token digital yang diwakili dan dikelola dalam blockchain, atau secara lebih umum dalam bentuk distributed ledger.
Aset yang ditokenisasi biasanya disebut sebagai aset kripto. Implikasi dari tokenisasi aset sangatlah luas. Di satu sisi, kepemilikan fraksional, akan meningkatkan likuiditas dengan membuat aset bankable dan non-bankable menjadi dapat diakses oleh investor yang lebih luas.
Di sisi lain, dengan mengandalkan teknologi blockchain, berarti pengguna akan mendapat keuntungan, seperti data yang kita simpan akan kekal (immutability), lebih transparan, dan lebih efisien karena mengurangi ketergantungan pada peran pihak ketiga.
Kekurangan Sistem NFT
• Likuiditas
Salah satu masalah NFT adalah tingkat likuiditasnya. NFT dianggap aset yang tidak likuid, karena siapa pun yang membeli NFT belum tentu akan bisa menjualnya.
• Overspeculation
Karena sifat NFT yang non-fungible, NFT sangat rentan terhadap overspeculation. Hal ini terjadi karena orang menetapkan harga NFT secara kualitatif, bukan kuantitatif.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan evaluasi eksternal. Misalnya, dalam investasi seni yang tradisional, kolektor dapat mengevaluasi nilai seni dengan mengumpulkan data evaluasi eksternal seperti arsip seniman, berita pameran, dan hasil lelang.
• Pembajakan Digital atau Pencurian Identitas Seniman
Saat ini, NFT masih dalam tahap pengembangan pertama, karena penggunaan massal NFT baru booming kurang dari setahun. Secara prinsip, NFT hanyalah mekanisme sederhana dalam menentukan kepemilikan sebuah konten digital.
Proses ini berkisar pada smart contracts yang memberikan tanda tangan digital ke konten digital. Tidak ada mekanisme untuk menangani pembajakan digital atau penipu yang menyamar sebagai seniman tertentu.
Siapapun dapat membuat NFT tentang apa saja dan menjualnya di marketplace. Oleh karena itu, orang yang tertarik membeli NFT harus berhati-hati dan menggabungkan NFT dengan konsep Decentralized Finance (DeFi). Karena, DeFi dapat menyediakan likuiditas untuk NFT dengan cara aset NFT yang berkualitas tinggi dan diakui secara luas.
• Masalah Penyimpanan
Jika seseorang membeli NFT dari marketplace tertentu, maka NFT yang dibeli akan disimpan di dalam wallet yang di marketplace itu saja. Tidak ada mekanisme penyimpanan NFT yang terdesentralisasi. Hal ini menciptakan masalah sentralisasi, di mana hacker dapat memanipulasi pengguna untuk menyerahkan kredensial mereka, kemudian mengakses akun kita.
Dikutip dari The Verge, hal ini terjadi di platform Nifty Gateway, saat sejumlah akun Twitter mulai men-tweet tentang hilangnya NFT di akun mereka pada Maret 2021. Seorang pengguna Twitter, bahkan mengklaim telah kehilangan koleksi NFT-nya senilai lebih dari 150 ribu dolar AS.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.